Site icon SumutPos

Badan Cyber Nasional Perang Melawan Hoax

Fajri Achmad NF / Bandung Ekspres Deklarasi anti berita Hoax di Dago Car Free Day (CFD), Jalan Ir. H. Djuanda, Kota Bandung, Minggu (8/1). Kegiatan yang digelar oleh Indonesia Hoax Buster (IHB) Bandung ini mensosialisasikan kepada masyarakat pengguna internet untuk dapat memilih berita dengan bijak.
Fajri Achmad NF / Bandung Ekspres
Deklarasi anti berita Hoax di Dago Car Free Day (CFD), Jalan Ir. H. Djuanda, Kota Bandung, Minggu (8/1). Kegiatan yang digelar oleh Indonesia Hoax Buster (IHB) Bandung ini mensosialisasikan kepada masyarakat pengguna internet untuk dapat memilih berita dengan bijak.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pengguna internet di Indonesia sangat aktif. Jumlahnya juga termasuk tinggi. Berdasar data yang diterima oleh Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) tidak kurang 139 juta pengguna internet berasal dari Indonesia. Seluruhnya mengakses internet saban hari. Melalui telepon genggam, komputer, maupun perangkat lain. Dengan pengguna internet sebanyak itu, potensi serangan hoax melalui cyber attack pun besar. Untuk itu, pemerintah merancang Badan Cyber Nasional (BCN).

Badan tersebut dirancang tidak lain untuk melindungi masyarakat dari serangan cyber attack. Termasuk hoax. Menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Meko Polhukam) Wiranto, hoax berbahaya lantaran dapat merusak tatanan. Kondisnya kian buruk lantaran informasi bohong itu sangat marak. Penyebarannya juga cepat. Melalui beragam media sosial (medsos), informasi tersebut bisa menyebar dari satu pengguna medsos ke pengguna lainnya.

Karena itu, harus ada proteksi. BCN akan menjalankan fungsi tersebut. ”Serangan cyber yang sudah merajalela. Yang meresahkan tata kehidupan masyarakat. Perlu ada proteksi secara nasional,” tegas Wiranto.

Dengan BCN, Kemenko Polhukam berupaya memerangi cyber attack, khususnya hoax. Mereka bakal menghentikan arus informasi yang tidak jelas sumbernya, juga menutup kemungkinan informasi yang bisa berdampak buruk masuk melalui internet. ”Menapis arus lalu lintas cyber yang nyata-nyata negatif,” jelas dia.

Untuk sementara, itu menjadi fokus BCN. Wiranto tahu betul, sudah banyak instansi di Indonesia memiliki tim cyber. Termasuk diantaranya institusi yang berada di bawah koordinasi Kemenko Polhukam. Namun, dia menilai harus ada wadah yang menaungi tim cyber tersebut. Sehingga komunikasi maupun koordinasi lancar dan terarah. Sebab, Indonesia termasuk salah satu negara yang jadi sasaran cyber attack. Persebaran hoax melalui internet adalah salah satu bukti nyata.

”Karena itu, butuh payung yang menaungi kegiatan cyber,” kata Wiranto. Selain menangkal hoax. Kegiatan cyber yang selama ini belum diproteksi juga turut menjadi perhatian. ”Ecommerce, itu belum (diproteksi). Perbankan, kemudian masalah-masalah yang menyangkut jasa keuangan,” ucap mantan Panglima ABRI itu.

Menurut dia, semua bisa menjadi sasaran cyber attack. ”Makanya dibentuk Badan Cyber Nasional (BCN). Itu sudah lama kami rapatkan. Bukan hanya satu dua hari,” terangnya.

Pembentukan BCN melibatkan banyak instansi. Sebab, yang dilindungi dari cyber attack pun tidak sedikit. Sampai saat ini pembentukan BCN masih digodok oleh Kemenko Polhukam. Kepastian soal aktivitas kerja badan tersebut belum diungkap oleh Wiranto. Demikian pula dengan mekanisme kerja badan itu. Yang pasti, melalui rencana tersebut, Kemenko Polhukam menunjukan mereka concern terhadap cyber attack. Mereka punya itikad kuat untuk memerangi itu.

Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu pun berpendapat serupa. Dia menilai, BCN adalah badan yang mampu bergerak memerangi cyber attack secara leluasa. Termasuk diantaranya mengubur sumber-sumber hoax. Soal gerakan masyarakat anti hoax yang digaungkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo), pria yang akrab dipanggil Ryamizard itu yakin, aktivitas BCN tidak akan mengganggu tim yang bergerak di bawah Kemenkominfo. ”Pasti kerja sama. BCN yang menggoordinasikan,” ucap dia. (syn/jpg)

Exit mobile version