Site icon SumutPos

Dua Periode Berturut Dipimpin Plt

Kemenangan Gatot Pujo Nugroho, setidaknya berdasar perhitungan cepat sejumlah lembaga, memberikan harapan bagus bagi kesinambungan pembangunan di Sumut. Pasalnya, sudah dua periode kepemimpinan di Pemprov Sumut, gubernurnya tak pernah tuntas menjalankan tugas lima tahun. Artinya, Sumut seakan terbiasa dengan posisi Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu.

Periode 2003-2008, Gubernurnya HT Rizal Nurdin meninggal dalam kecelakaan pesawat pada September 2005, akhirnya wakilnya Rudolf M Pardede menjadi plt Gubsu sejak 5 September 2005. Baru pada 10 Maret 2006, Rudolf menjadi gubernur definitive hingga 16 Juni 2008.

Selanjutnya, periode 2008-2013, pada Oktober 2010 Syamsul Arifin jadi tersangka KPK dan ditahan. Gatot pun menjadi Plt sejak 21 Maret 2011. Jika tidak ada halangan, Gatot baru dilantik jadi gubernur penuh pada 14 Maret 2013 hingga Juni 2013.

Pengamat pemerintahan lokal dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syarif Hidayat, menjelaskan, silih bergantinya pucuk pimpinan di Pemprov Sumut ini punya andil besar bagi seretnya pembangunan di wilayah Sumut.

“Tidak ada kesinambungan program yang menyebabkan terganggunya pembangunan, baik ekonomi, sosial, dan aspek lainnya,” ujar Syarif kepada koran ini di Jakarta, kemarin (8/3).

Ditambah lagi, pergantian pucuk pimpinan selalu diikuti dengan mutasi-mutasi, yang didasarkan pada like and dislike.  “Karena gubernur dan wakil gubernur punya klan masing-masing. Begitu gubernur diganti, maka wakilnya yang naik ini menempatkan orang-orang yang di gerbongnya untuk menempati jabatan-jabatan,” kata Syarif, yang konsen mengamati pola kekuasaan di daerah itu.

Karena itu, lanjutnya, dari aspek kepentingan kesinambungan pembangunan, kemenangan Gatot di pilgub 2013 memberikan harapan baik. Gatot, yang sudah mengendalikan pemerintahan Sumut sejak 2011, diharapkan bisa menggeber lagi program-programnya, untuk mengejar ketertinggalan Sumut.

Hal yang sama disampaikan pengamat politik, Umar Syadat Hasibuan. Staf pengajar Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor itu mengatakan, gonta-gantinya pucuk pimpinan Sumut dalam 10 tahun terakhir, membuat Sumut terpuruk.

“Yang menjabat lima tahun saja belum tentu berhasil, apalagi yang cuma dua tahun,” ujar Umar, doktor ilmu politik jebolan Universitas Indonesia (UI) itu.

Hanya saja, Syarif dan Umar punya catatan khusus, mewanti-wanti agar Gatot tidak gampang direcoki para klan politik dan klan birokratnya.

Menurut Syarif, sejak pilgub 2008, Gatot sudah punya klan politik dan klan birokrat, yang berbeda dengan gerbongnya Syamsul Arifin. Nah, pada pilgub 2013 ini, klan-klan baru Gatot juga sudah pasti muncul. Jadi, kata Syarif, ‘gerbong’ yang dimasinisi Gatot saat ini sudah sesak, diisi klan yang terbangun sejak 2008 dan klan baru 2013.

“Nah, Gatot tidak akan berhasil melakukan kesinambungan program-programnya, jika para klan ini terus merecoki. Gatot harus tetap mengutamakan kepentingan publik rakyat Sumut, jangan memprioritaskan kepentingan klan-klannya,” kata Syarif mengingatkan.

Terlebih lagi, kata dia, tipikal Sumut mirip Banten, dimana kekuatan di luar struktur pemerintahan, cukup dominan mengendalikan program-program pembangunan, demi kepentingan uang.

“Di Sumut pengaruh strong man alias preman cukup kuat. Kalau di Banten, jawara-jawara,” kata Syarif. Nah, Gatot jangan sampai dikendalikan kekuatan di luar struktur itu.

Umar menambahkan, Gatot harus konsisten dengan janji-janji kampanyenya, sehingga pembangunan bisa berjalan dengan baik. “Dalam penempatan jabatan di SKPD-SKPD misalnya, harus dipilih berdasarkan profesionalisme dan kompetensi. Jangan terpengaruh tim sukses,” ujar Umar.

Sementara itu, sehari setelah pelaksanaan Pilgubsu, Gatot kembali pada ritme kerjanya menjadi pemimpin pada jajaran Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Gatot mengawali aktivitasnya dengan bergabung bersama para staf mengikuti senam pagi di pelataran Kantor Gubsu Jalan Diponegoro Medan, Jumat (8/3).

Kehadiran Gatot pada senam yang biasa dilaksanakan setiap hari Jumat pagi itu membuat suasana menjadi meriah. Gatot dengan semangat mengikuti gerakan instruktur senam yang memandu jalannya senam aerobik. Ratusan staf dan pejabat yang hadir juga tidak kalah semangat menggerakkan badan seirama dengan hentakan musik. Sesekali terdengar suara teriakan penyemangat oleh instruktur yang juga dibalas teriakan oleh peserta senam secara bersamaan.

Senam yang berlangsung hampir setengah jam itu, kemudian diakhiri dengan menikmati snack bersama. Tidak ada perbedaan antara pejabat dan staf maupun honorer, semuanya berbaur menikmati snack berupa roti dan minuman kemasan.

Waktu luang tersebut kemudian dimanfaatkan para staf untuk menghampiri Gatot sembari mengucapkan selamat. Gatot tampak tersenyum menerima banyak uluran tangan para PNS yang berebutan menyalaminya.

“Terima kasih, terima kasih,” ujar Gatot sambil tersenyum saat menyambut uluran tangan para staf. Menurut Gatot acara senam pagi setiap Jumat memang sengaja rutin dilaksanakan untuk membiasakan pola hidup sehat bagi para PNS. “Selain membuat badan bugar juga moment ini sangat strategis sebagai wadah silahturahmi dan menjalin keakraban,” ujar Gatot.

Di sisi lain, para pimpinan DPRD Sumut belum banyak berkomentar dengan kemenangan Gatot dan Erry pada Pilgubsu. Hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Sumut masih menjadi acuan bagi mereka.
“Sesudah hasil perhitungan suara dari KPUD Sumut selesai baru saya bisa memberikan komentar, yang penting kita sabar menantikan hasil tersebut,” ujar Ketua DPRD, Saleh Bangun, kemarin.

“Jika memang hasilnya tepat berdasarkan hasil ‘quick count’ tentu saja saya ucapkan selamat terlebih dahulu kepada Gatot dan Tengku Erry,” tambah wakil ketua DPRD, Chaidir Ritonga, kemarin.

“Semua kan masih berjalan, baik proses perhitungan suara, jadi lebih baik menunggu hasil nantinya. Sesudah tahu hasil dari KPUD Sumut baru kita sambut Gubernur Sumut 2013-2018,” timpal wakil DPRD Sumut M Affan. (sam/ram/mag-5)

Exit mobile version