Site icon SumutPos

Penduduk Bekerja Naik 457 Ribu

Para pencari kerja sedang mengantre melamar kerja.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jumlah angkatan kerja di Sumatera Utara pada Februari 2018 mencapai 7,23 juta orang, dengan tingkat kenaikan sebesar 483 ribu orang dibandingkan Agustus tahun lalu. Atau naik 510 ribu orang dibanding bulan yang sama 2017.

“Penduduk yang bekerja hingga Februari 2018, sebanyak 6,82 juta orang. Atau naik 457 ribu orang dibanding keadaan semester lalu. Dan bertambah 537 ribu orang dari bulan yang sama tahun lalu. Secara keseluruhan, jumlah pengangguran sebanyak 403 ribu orang atau mengalami peningkatan sekitar 2 ribu orang dari Agustus 2018,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Wilayah Sumut, Syech Suhaimi, Senin (7/50.

Syech menjelaskan, dari 6,82 juta jumlah penduduk bekerja, terdapat 35,435 persen penduduk bekerja tidak penuh atau kurang dari 35 jam seminggu. Di antaranya adalah 8,18 persen setengah penganggur dan 27,27 persen pekerja paruh waktu. Sementara itu, ada 62,18 persen penduduk bekerja pada kegiatan informal, atau naik 1,29 persen dibandingkan bulan yang sama 2017.

“Secara umum, selama Februari 2017 sampai Februari 2018 terjadi peningkatan kondisi ketenagakerjaan di Sumut. Antara lain meningkatnya jumlah penduduk bekerja, meningkatnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), penduduk yang bekerja di atas jam kerja normal juga meningkat, serta pekerja bebas di sektor pertanian mengalami penurunan,” ujarnya.

“Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, TPAK juga naik. Pada Februari 2018 tercatat sebesar 73,36 persen, naik 4,23 persen poin dibanding setahun lalu. Kenaikan ini memberikan indikasi adanya kenaikan potensi ekonomi dari sisi pasokan tenaga kerja,” sebutnya.

Berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Februari 2018, penduduk Sumut paling banyak bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak 2,66 juta orang (38,95 persen), disusul oleh sektor perdagangan dan industri pengolahan masing- masing sebanyak 1,32 juta orang (19,34 persen) dan 567 ribu orang (8,31 persen).

“Dari tren sektoral, hampir tidak ada lapangan pekerjaan yang konsisten naik atau turun kontribusinya dalam menyerap tenaga kerja. Adapun yang mengalami peningkatan persentase penduduk yang bekerja yakni perdagangan (naik 2,16 persen poin), pernyediaan akomodasi dan makan minum (1,09 persen poin) dan sektor industry (0,42 persen poin),” katanya.

Khusus di sektor pertanian yang jumlah angkatan kerjanya terbanyak, justru mengalami penurunan dari tahun sebelumnya (bulan yang sama) sebesar 3,62 poin. Tahun 2017, persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebesar 42,57 persen. Namun tahun ini hanya 2,66 juta atau 38,95 persen.

Sedangkan dari seluruh penduduk yang bekerja, data pada Februari 2018 menunjukkan status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan/pegawai (34,28 persen). Diikuti status pekerja keluarga (19,14 persen), berusaha dibantu buruh tidak tetap (18,75) dan berusaha sendiri (17,05 persen). Sementara penduduk yang bekerja dengan status pekerja bebas di pertanian memiliki persentase yang paling kecil yaitu sebesar 2,91 persen.

Menyikapi tingkat pengangguran terbuka yang masih tergolong tinggi di angka 5,59 persen dari 7,23 Juta orang atau 403 ribu orang, dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara mengaku memiliki program kerja untuk menekan angka pengangguran di Sumut.

Calon Gubernur Sumut Djarot Saiful Hidayat menargetkan, angkanya bisa berada di bawah 4 persen jika mereka terpilih memimpin Sumut lima tahun ke depan. “Karena banyak potensi yang sampai saat ini belum dibuka, belum dimanfaatkan secara maksimal. Misalnya Pelabuhan Belawan, untuk dermaga, mampu menampung sampai 2 juta tenaga kerja. Belum lagi di kawasan Sei Mangkei dan Kuala Tanjung,” ujar Djarot kepada Sumut Pos, Senin (7/5).

Dalam istilah lain, lanjutnya, potensi tersebut menjadi daerah pusat pertumbuhan baru. Dampaknya adalah membuka kesempatan kerja yang luas. Baik sektor perkebunan, agrobisnis, industri manufaktur dan lainnya. Sehingga jika bisa dioptimalkan, maka dalam dua tahun saja, akan dapat dilihat dampaknya. Begitu juga peningkatan penghasilan dengan kualitas keterampilan dan keahlian.

“Ini juga soal kemiskinan, karena itu kami sudah menyiapkan program Sumut Pintar, Sumut Sehat dan Sumut Keluarga Sejahtera. Ini untuk mengurangi pengeluaran,” katanya.

Sementara untuk persaingan terhadap tenaga kerja asing, Djarot mengatakan, pekerja Sumut harus punya keahlian khusus. Sekalipun akan banyak pekerja ahli dari luar negeri bisa masuk ke Indonesia. Namun dengan meningkatkan kualitas tenaga kerja dalam negeri, bahkan provinsi ini bisa membalikkan keadaan dan mengekspansi ke negara tetangga khususnya. “Jadi bisa bersaing keluar, kita jangan pasif. Sebagian kita siapkan untuk ekspansi,” katanya.

Hal lain lanjut Djarot, adalah soal potensi pariwisata yang menurutnya sangat besar. Karena tenaga kerja khusus sektor ini, Sumut masih tergolong ketinggalan dibanding provinsi lain. Karena itu, bagaimana fokus pembangunan mereka bersama Sohar Sitorus (Calon Wakil Gubernur) mempersiapkan sumber daya manusia menjadi tuan rumah yang baik. Tanpa itu, maka potensi bisa mubazir.

“Pemandu wisata yang bagus, pustaka kerajinan dan sebagainya. Tetapi juga dikelola dengan baik, jangan membuat orang jeepra untuk datang kembali. Ini potensi luar biasa, jadi Sumut ibaratnya raksasa yang sedang tidur,” pungkasnya.

Sementara pasangan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah melalui Wakil Ketua Tim Pemenangan Eramas, Sodrul Fuad Lubis mengatakan, masalah pengangguran memang masuk dalam prioritas dan program kerja Eramas. “Pak Edy sering sampaikan mengenai aspek ketenagakerjaan, dimana terdapat ratusan ribu lebih lulusan SMA, S1 dan S2 yang belum punya pekerjaan. Ini persoalan yang krusial dan mendapat atensi Eramas,” ujar Wakil Ketua Tim Pemenangan Eramas, Sodrul Fuad Lubis kepada Sumut Pos, Senin (7/5).

Menurutnya, potensi sumberdaya manusia Sumut harus dimaksimalkan sehingga menjadi unggul di berbagai bidang. Di sisi lain, kata dia, kemudahan berinvestasi untuk calon investor harus dibuka seluas-luasnya sehingga mendatangkan potensi lapangan kerja baru. “Ketika masyarakat punya pekerjaan dan penghasilan tetap, dia tidak lagi berpikir yang macam-macam. Seperti perbuatan negatif dan kejahatan. Makanya aspek ini begitu penting bagi Eramas untuk dituntaskan ketika dipercaya memimpin Sumut,” katanya.

Untuk menciptakan SDM andal itu, kata Sodrul, diperlukan kualitas pendidikan yang baik. Baik itu peningkatan SDM terhadap guru atau staf pengajar, peserta didik serta penambahan sarana dan prasarana pendidikan. “Pembenahan di bidang pendidikan juga tak kalah penting untuk mewujudkan SDM handal dan berkualitas,” katanya.

Di samping itu, dalam rangka membuka lapangan kerja seluas-luasnya, aspek infrastruktur perlu mendapat pembenahan sehingga investor tertarik untuk berinvestasi di Sumut. Terutama infrasturkut pada lokasi-lokasi pariwisata yang ada penting mendapat atensi khusus. “Beberapa aspek ini yang selalu disosialisasikan dan disampaikan Eramas ketika berkampanye dan menyapa masyarakat di berbagai daerah,” katanya.

Dia yakin, dengan visi misi yang nantinya berhasil diwujudkan Eramas saat memimpin Sumut maka tujuannya menjadikan Sumut menjadi bermartabat. “Eramas akan konsern dengan ketenagakerjaan dan masih banyaknya pengangguran di Sumut. Lapangan pekerjaan ini yang nantinya kita buka seluas-luasnya,” katanya.

Diketahui dalam beberapa kesempatan kampanye termasuk dalam kampanye akbar perdana Eramas tempo hari, Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah (Ijeck) selalu mendengungkan akan prioritaskan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Sumut. Selain itu pemerataan pendidikan, kesehatan, pertanian dan bidang kelautan tak luput menjadi atensi Eramas dalam lima tahun mendatang. (bal/prn)

Exit mobile version