Site icon SumutPos

50 Persen Warga Sumut Tak Menyadari Dirinya Alami Diabetes

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sebanyak 50 persen masyarakat Sumatera Utara (Sumut) tidak menyadari sudah terkena penyakit diabetes. Pola makan yang tidak sehat serta pola hidup yang tidak sehat merupakan penyumbang terjadinya diabetes. Salah satunya, mengonsumsi makanan siap saji.

PERIKSA: Medis memeriksakan kesehatan pasiennya, sekaligus pemeriksaan kadar gula darah. Sedangkan 50 persen warga Sumut tidak menyadari dirinya mengalami penyakit diabetes.

Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) Sumbagut, Dr H Syafruddin Ritonga menuturkan, perlu edukasi yang komperhensif agar masyarakat paham terhadap penyakit tidak menular ini tetapi kasus kematiannya cukup tinggi di dunia. “Banyaknya masyarakat yang tidak tahu telah mengalami penyakit diabetes karena ketidakpedulian terhadap kesehatan,” ujar Syafruddin pada Workshop Komunikasi Terapedik dalam Mengenal Mencegah dan Melawan Diabetes di Tengah Pandemi Covid-19 di Aula Abdi Praja, Medan Amplas, Selasa (9/2).

Karena itu, pihaknya melakukan jemput bola, mengedukasi masyarakat soal diabetes. Hal ini sudah dilakukan keliling kecamatan di Kota Medan dan Deliserdang. “Kita jemput bola agar masyarakat mendapatkan edukasi. Diabetes bisa dicegah sebelum terkena diabetes melitus,” ungkap akademisi Universitas Medan Area (UMA) ini.

Syafruddin menjelaskan, penyakit diabetes memang tidak menular namun merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Hanya bisa dikontrol dengan makan obat, edukasi, hidup sehat agar bisa bertahan seperti orang normal.

Disebutkan dia, Indonesia kini berada di urutan 5 terbesar dunia penderita diabetesnya. Jika ini tidak ditekan, maka diprediksi tahun 2035 Indonesia akan menjadi nomor 1 di dunia terbanyak penderita diabetesnya.

“Nah, penyakit diabetes ini juga nomor 3 penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan hipertensi. Komplikasinya paling banyak dari ujung kaki sampai ujung rambut, di mana organ terlemah itu yang diserangnya. Komplikasinya jika tidak terkontrol dengan baik, penderitanya bisa menyebabkan kebutaan, jantung, impotensi, bahkan gagal ginjal. sembari mengharapkan, melalui edukasi ini para peserta dapat juga mengedukasi keluarga untuk melawan penyakit diabetes.

Diketahui, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyebutkan, prevalensi penyakit tidak menular terus mengalami kenaikan dari tahun 2013 dengan persentase hingga 10 persen. Penyakit tak menular tersebut, seperti diabetes, hipertensi, kanker, stroke, dan jantung. Penyakit tak menular ini juga menjadi angka penyebab kematian tertinggi setiap tahunnya di Indonesia.

Dari beberapa jenis diabetes, secara umum, diabetes yang paling banyak ditemui di masyarakat adalah diabetes tipe 2, yaitu yang diakibatkan oleh pola hidup tak sehat. Persoalannya, ketika diabetes menjadi tidak terkendali, maka kondisi ini akan mempercepat timbulnya komplikasi, baik komplikasi yang sifatnya akut maupun kronis.

Contoh komplikasi akut adalah ketika gula darah pasien terlalu rendah atau tinggi sehingga darahnya menjadi asam, dan kondisi ini ternyata dapat memicu kematian secara mendadak. Untuk komplikasi kronis, biarpun lambat tetapi pasti terjadi. Seperti ketika gula dalam darah merusak dinding pembuluh darah, bisa yang besar maupun yang kecil.

Kerusakan pembuluh darah kecil dicontohkan bisa terjadi pada pembuluh darah mata yang kemudian memicu retinopati dan kebutaan, atau pada pembuluh kapiler jantung yang dapat menyebabkan lemah atau gagal jantung. Kalau pada pembuluh darah besar jantung efeknya bisa jantung koroner atau kalau ke otak stroke.

Adapun gejala umum menderita diabetes yakni, sering buang air kecil, gampang haus, cepat lapar, berat badan turun drastis, kulit kering, luka yang susah sembuh, gangguan penglihatan, kesemutan, lemas dan sakit kepala, infeksi jamur atau bakteri, sindrom ovarium polikistik (PCOS), Gusi merah dan bengkak. (ris/ila)

(ris/ila)

Exit mobile version