BANGUN PURBA, SUMUTPOS.CO – Pasca tewasnya, Dedy Fadli (25) yang terjun dari tiang tower di Dusun IV Desa Sialang Kecamatan Bangun Purba, Deli Serdang, Rabu (8/10) pukul 03.00 Wib, menguak kisah lain. Tiga hari sebelum kejadian itu, korban sempat mengeluh lantaran kerap diikuti mahluk halus yang mengajaknya pergi.
Kisah mistis itu terungkap dari orangtua korban, Arifin (61) dan Kadijah (57), Kamis (9/10). Kadijah yang menjabat Kepala Sekolah salah satu SDN di Kecamatan Bangun Purba itu terlihat sangat sedih saat mulai bercerita hari-hari terakhir korban.
Menurut ibu empat anak ini, tiga hari sebelum korban meninggal dunia, korban bercerita jika ada roh halus selalu mengikutinya dan mengajak pergi. Korban pun mencoba melawannya dengan menepiskan punggungnya seraya berucap: “Pergi kau, aku tidak mau ikut kau. Jangan ganggu aku,” sebut Kadijah menirukan ucapan anak bungsunya semasa hidupnya.
Tanda-tanda jika korban diikuti roh halus puncaknya saat peristiwa yang mengenaskan itu terjadi. Dua kali berhasil dibujuk agar turun dari atap seng rumah mereka dan rumah tetangganya. Namun ketiga kali, korban begitu ringan memanjat atap kamar tidurnya yang belum diasbes itu. Dengan satu kaki untuk menjepit kayu penyangga seng, korban langsung menjeblos seng kamar tidurnya berlari diatas seng menuju tower dan terjun dari tower ke atas seng.
“Kami pernah bertanya kepada guru ngaji untuk menerawang sikap korban yang berubah total. Menurut guru ngaji itu, korban sudah diikuti mahkluk halus. Padahal selama hidupnya korban tidak pernah ketiggalan sholat,” bilangnya.
Selain itu, korban juga selalu minta maaf kepada ibunya jika ada kesalahan dan kepingin hidup mandiri dengan mencari pekerjaan lain selain usaha warnet yang sudah dua tahun beroperasi itu.
“Aku bilang sama korban, tidak mesti harus jadi polisi bisa maju. Kerja apa saja asal sabar pasti akan ada hasilnya. Anakku itu pernah tanya sama aku apakah aku sayang sama dia. Kujawab jika aku sangat sayang semua anak ku termasuk korban,” bilang Kadijah sambil menteskan air mata.
Tanda-tanda kepergian korban akan meninggalkan keluarganya untuk selamanya ketika Ani kakaknya Kadijah bercerita bermimpi jika giginya lepas. “Mimpi yang sama juga dialami Andi, anak ku yang sulung,” ungkap Kadijah.
Disinggung soal kegagalan korban yang 4 kali melamar polisi dan TNI, menurut Kadijah, meskipun korban memiliki kesehatan yang bagus dan postur tubuh yang cocok untuk ukuran aparat, namun tidak bisa lolos dan terus kalah di test Penilaian Panitia Penentu Akhir (Pantukhir). “Ada temannya yang buta warna tapi bisa masuk polisi. Mungkin bawaan badan anak ku (korban, red) tidak untuk jadi polisi atau TNI. Padahal kalau ekonomi korban tidak pernah kekurangan,” ungkapnya.
Sejak kegagalan masuk polisi dan TNI itulah korban mulai berubah diri. Dulunya tidak merokok, jadi merokok. Dan setahun belakangan korban depresi. Puncaknya, sepekan lalu, saat temannya pulang pakai dinas TNI AU, depresi korban pun memuncak dengan melompat tower warnet miliknya. ”Bulan ini korban akan diwisuda dengan gelar sarjana computer (S.Kom) di salah satu perguruan tinggi di Medan,” pungkasnya.
Utari (20) isteri korban mengungkapkan, tiga hari sebelum kepergian suaminya itu, korban pernah bercerita jika korban akan sakit tanpa menyebutkan sakit apa dan apa penyebabnya. “Tidak ada pesan terakhirnya, Cuma itu saja. Aku tidak pernah mimpi jika suami ku akan meninggalkan kami selama,” ujar Utari.
Utari pun masih fokus untuk merawat anak lelaki semata wayangnya yang masih berusia 2 tahun tiga bulan itu hasil pernikahannnya dengan korban.(man/ind/bd)