Site icon SumutPos

3 Kecamatan Terisolasi, BPBD Percepat Perbesihan Material Longsor

m iqbal/SUMUT POSMELINTAS: Sejumlah warga mengatur bus ALS melintasi ruas jalan di Desa Saba Pasir, Kotanopan yang sempat amblas dihantam air sungai Batang Gadis, Jumat (9/11).

MADINA, SUMUTPOS.CO – Banjir bandang yang kembali terjadi di Mandailing Natal pada Kamis (8/11) lalu, mengakibatkan longsor dan 77 rumah hanyut. Bahkan, tiga kecamatan yakni Batang Natal, Lingga Bayu, dan Muara Batang Gadis hingga Jumat (9/11), masih terisolasi karena akses menuju ke sana belum bisa ditembus.

TERDAPAT tiga titik longsor yang masih menutup permukaan jalan. Dua alat berat diturunkan ke lokasi. Petugas BPBD, aparat Kepolisian dan TNI serta warga saat ini masih bahu-membahu mengurai material longsor agar jalan kembali dapat dilalui.

“Ada sekitar 30 titik longsor menuju ketiga kecamatan tersebut. Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), bersama aparat kepolisian, TNI dan dibantu masyarakat, masih bekerja untuk membuka jalan itu,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Madina Yasir, Jumat (9/11).

Yasir mengatakan, dua alat berat juga diturunkan untuk mempercepat proses pembersihan material longsor yang memutuskan jalan penghubung di sana. Bahkan, akses jalan sebagai penghubung transportasi antara Sumut dengan Sumatera Barat (Sumbar), sempat terputus. “Banjir yang kembali melanda pemukiman penduduk itu mengakibatkan 78 rumah mengalami kerusakan yang parah. Selain itu, sekitar 400 orang warga terpaksa mengungsi. Belum ada laporan korban jiwa akibat banjir yang melanda daerah tersebut,” katanya.

Menurutnya, petugas gabungan dibantu masyarakat masih berusaha akses jalan menuju Batang Natal, Lingga Bayu dan Batang Gadis. Seluruh warga korban yang terdampak banjir tersebut, untuk sementara mengungsi ke rumah tetangga, keluarga maupun kantor kecamatan yang berada di dataran lebih tinggi.

“Untuk kebutuhan sandang maupun pangan terhadap pengungsi sudah ditangani dengan baik. Petugas kita di sana sudah berada di lokasi untuk membantu masyarakat. Selain itu, petugas lainnya juga berusaha membuka akses jalan yang tertimbun longsor. Soalnya, tidak sedikit akses transportasi yang tertutup akibat hujan disertai longsor,” jelasnya.

Selain Kecamatan Lingga Bayu, Batang Natal dan Muara Batang Gadis, kecamatan lain di Madina yang terdampak banjir disertai longsor juga terjadi di Kecamatan Penyabungan, Kotanopan, Tambangan, Hutabargot, Penyabungan Selatan, Naga Juang dan Penyabungan Timur.

Kapolres Madina, AKBP Irsan Sinuhaji mengharapkan, masyarakat yang tinggal di pinggiran aliran sungai supaya tidak mengambil risiko untuk bertahan di rumah bila hujan deras sedang melanda daerah tersebut. Pasalnya, intensitas hujan di daerah itu masih tinggi. “Untuk masyarakat yang bermukim di pinggiran sungai, kalau memang sudah hujan deras berlebihan segera menepi untuk mencari perlindungan dulu. Jangan bertahan di rumah. Karena kita tidak tahu nanti tergerus pinggir-pinggir rumah bisa hanyut rumahnya,” sebutnya.

Irsan juga menyarankan kepada pengguna jalan, bagi yang melewati sepanjang jalan ada tebing agar berhati-hati dan bisa membaca situasi. “Saat hujan dan melihat di tebing ada aliran air yang berwarna cokelat, coba untuk menahan diri hingga hujan reda. Takutnya aliran air berwarna cokelat berarti dari arah tebing ada tanah yang tergerus oleh air,” sebutnya.

Lebih lanjut, Irsan berharap hujan cepat reda. Karena hujan sebenarnya juga berkah dari Tuhan. Tapi faktanya, sesuai data dari BMKG terjadi penumpukan awan yang sangat banyak di Sumut, hingga menyebabkan hujan terus menerus terjadi. “Kita kan tidak bisa menghindari hujan. Jadi kita semua harus berdoa kalau perlu melakukan Istighosah, berdoa bersama masyarakat seperti Banjir Bandang beberapa waktu lalu agar permasalahan-permasalahan cepat selesai, ekonomi bisa berjalan lancar dan aktifitas masyarakat bisa berjalan lancar,” pinta Irsan.

Masih kata Irsan, ia berpesan agar masyarakat di Madina bisa saling bahu membahu membantu untuk meringankan beban. Dan peran serta pemerintah diharapkan semakin aktif. “Namanya musibah pasti tidak bisa dihindari. Tapi diharapkan semua perannya aktif untuk membantu. Kalau memang kira-kira ada yang bisa memberikan bantuan makanan saat nanti dibutuhkan paling tidak ada yang membantu,” harapnya.

Titik Longsor di Madina Bisa Bertambah

Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis mengatakan, terdapat sebelas titik longsor yang kemungkinan dapat bertambah pada sejumlah wilayah di Kabupaten Madina. “Namun yang terparah hingga menyebabkan badan jalan tergerus adalah di daerah pinggiran sungai di sekitar Km 198+500. Sejauh ini berdasarkan pengamatan tim di lapangan, ada 11 titik longsor (tebing dan badan jalan) yang kemungkinan bisa bertambah,” katanya menjawab Sumut Pos, Jumat (9/11).

Kata dia, target utama darurat jalan saat ini adalah penanganan arus lalu lintas supaya tidak putus sama sekali. Untuk itu dilakukan koordinasi dengan Polres maupun Dinas Perhubungan setempat dalam pengaturan lalu lintas, terutama truk-truk angkutan berat agar diberi jalur alternatif agar tidak melewati lokasi yang amblas. “Atas kondisi yang terjadi di sana, bupati Madina melalui Surat Keputusan Nomor: 360/0946/K/2018 telah menetapkan status darurat mulai 8 November sampai 14 November mendatang,” katanya.

Riadil menyampaikan, kondisi banjir dan longsor di ruas Jembatan Merah-Ranjau Batu/Batas Sumbar dan banjir Ruas Singkuang-Natal-Sp Gambir, sejak pukul 13.30 WIB kemarin, lokasi amblas (Km 198+500/sebelum Kotanopan dari arah Penyabungan) sudag terbuka untuk kendaraan roda dua dan empat (kendaraan ringan) dengan sistem buka tutup. Sementara kondisi lapangan berlumpur dan terkadang kendaraan roda empat lewat dengan bantuan tenaga manusia.

“Itu karena lokasi dipinggir sungai dan bisa dikatakan beberapa meter hampir seluruh manfaat jalan tergerus air banjir sungai, dibuat relokasi setempat dengan menguruk sawah disebelahnya dengan diberi material base/sirtu,” katanya.

Pada Ruas Singkuang-Natal-Simpang Gambir, ketinggian air di Jembatan Sp. Gambir sudah mulai surut. Jembatan Sp Gambir sambung dia, dalam kondisi baik walaupun nantinya tetap akan dilakukan pengecekan terhadap abutmen dan lainnya. “Lokasi di sekitar Singkuang/Sungai Muara Batang Gadis, kembali naik sejak kemarin sore karena hujan terus mulai sore hingga malam,” ungkapnya.

Begitupun kondisi jalan provinsi ditemukan 30 titik longsor dan sampai saat ini tinggal tiga titik lagi yang belum terbuka. Beberapa meubelair sekolah juga rusak berat diterjang air (SMAN 3 Panyabungan dan SMA Plus), serta jalan nasional dan jembatan ruas Singkuang-Natal-Sp Gambir juga ikut terdampak banjir. “Korban sampai dengan saat ini ada satu orang yang meninggal akibat tertimbun longsor di Kec. Muarasilongi.

Saat ini terdata 78 rumah hanyut (Kec. Linggabayu dan Batangnatal). Lalu pengungsi saat ini berada di 3 titik utama (Kec. Panyabungan, Siabu dan Natal),” imbuh mantan kepala Bappeda Sumur itu. “Masih dibutuhkan logistik, peralatan dan alat berat lainnya di lokasi bencana. Dan bantuan dari warga masyarakat terus mengalir. Diprediksi hujan akan terus melanda Madina sebagaimana info dari BMKG Wilayah I dan terjadi sore hingga malam hari,” pungkasnya.

Pemerintah Harus Lebih Siaga

Anggora DPRD Sumut, Ahmadan Harahap mengharapkan pemerintah lebih siaga dalam penanganan kondisi darurat. Hal ini karena intensitas curah hujan di beberapa tempat cukup tinggi ditambah kerusakan lingkungan. “Kita berharap pemerintah baik pusat, provinsi maupun kabupaten/kota harus siap siaga di tempat-tempat yang rawan terjadi bencana banjir dan longsor, terutama di wilayah Tabagsel,” ujar Ahmadan kepada wartawan, Jumat (9/11).

Untuk penanganan sendiri, dirinya meminta alat berat disiapkan dan dikerahkan. Sebab jika bencana yang datang tiba-tiba itu berdampak pada pemukiman warga hingga akses jalan dan jembatan, maka akan menimbulkan kerugian besar bagi rakyat. “Kita juga meminta pemerintah memberikan pemahaman ke masyarakat agar tidak lagi mendirikan bangunan atau tinggal di bantaran sungai. Dan itu harus disosialisasikan oleh pemerintah daerah, instansi terkait. Karena memang kita tidak tahu kapan dan dimana musibah bisa terjadi,” sebutnya.

Menurutnya pengalaman masyarakat yang menjadi korban banjir bandang bisa dijadikan pelajaran agar tidak membangun rumah tempat tinggal di tepi atau bantaran sungai. Sebab harusnya dilihat sisi yang membahayakan jika warga bermukim di tempat seperti itu. “Itu kan merugikan kita sendiri juga. Memang bencana ini ketentuan Tuhan, tetapi kita harus belajar, jangan sampai ada lagi korban,” katanya.

Selain itu, lanjut Ahmadan, kerusakan lingkungan hutan di bagian hulu diduga menjadi penyebab tinggi dan besarnya banjir sehingga menggerus tanah bahkan menghanyutkan material berat, seperti yang terjadi bulan lalu di kabupaten yang sama. Karena serapan air semakin berkurang, akibat terjadi perambahan hutan dimana-mana. Karenanya ia meminta pemerintah juga fokus memperhatikan itu.

“Jangan gara-gara kepentingan tertentu seperti pengusaha, membuat banyak yang dikorbankan. Pemerintah harus tegas menyikat habis pengusaha yang merusak hutan. Karena hutan kita sekarang sudah semakin berkurang,”

Sebagai langkah perbaikan, Ahmadan meminta pemerintah melaksanakan upaya perbaikan seperti peremajaan hutan agar fungsi penyangga bisa dikembalikan. Kemudian dari segi ekonomi, dalam hal ini masyarakat dapat diberdayakan untuk menjaga kelestarian hutan.

Diantaranya seperti program perhutanan sosial. “Ya itu juga bisa jadi solusi. Jadi masyarakat mendapat manfaat ekonomi dari keberadaan hutan itu. Karena kalau tanaman buah yang ditanam, maka warga setempat bisa memanfaatkannya tanpa harus menggunduli pohon-pohon,” pungkasnya. (prn/bal/bbs)

Exit mobile version