Site icon SumutPos

Kecanduan Sabu, Bocah 10 Tahun Direhab

DIREBUS: Direktur Narkoba Polda Sumut Kombes Hendri Marpaung beserta jajaran memusnahkan narkoba dengan cara direbus saat pemusnahan barang bukti di Mapolda Sumut Jalan Sisingamangaraja Medan, Senin (10/12) siang.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sumatera Utara khususnya Kota Medan, darurat narkoba. Ketua Panti Rehabilitasi Narkoba Mari Indonesia Bersinar, Johanes Siregar mengatakan, kondisi peredaran narkotika saat ini benar-benar darurat.

Di Medan, tepatnya di panti rehabilitasi narkotika yang ia pimpim, ada anak berusia 10 tahun yang menjalani rehabilitasi. “Dari informasi yang kita dapat, anak itu mulai mengenali narkotika jenis sabu sejak usia 9 tahun. Ia kenal sabu dari abangnya. Pernah teman abangnya datang dan mengajarinya untuk menghisap sabu-sabu, sejak itulah tingkahnya berubah,” katanya.

Anak itu, kata Johanes, merupakan anak dari keluarga ekonomi rendah. Orangtuanya pemulung sehingga kurang perhatian. “Domisilinya di kawasan Simpang Selayang. Kondisi perekonomian keluarganya rendah. Kini anak itu sedang kita rehab di panti kami yang beralamat di Jalan Nusa Indah, Komplek Pemda,” pungkasnya.

Menyikapi maraknya peredaran dan penyalahgunaan narkoba di Sumut, khususnya Kota Medan, Direktur Narkoba Polda Sumut, Kombes Pol Hendri Marpaung mengajak seluruh lapisan masyarakat agar ikut berpatisipasi dalam melakukan pemberantasan narkotika. “Kepada lapisan masyarakat, tentunya berharap adanya partisipasi semua pihak dan kepada seluruh stakeholder untuk bersama-sama perang terhadap narkotika. Sudah begitu banyak korban generasi muda yang terkontaminasi narkotika,” kata Kombes Hendri Marpaung di sela-sela pemusnahan barang bukti 130,229 Kg narkotika jenis sabu dan 159 butir inex di halaman Mapolda Sumut, Senin (10/12).

Menurut Hendri, barang bukti narkoba yang dimusnahkan itu merupakan hasil tangkapan selama tiga bulan. “Terhitung sejak September hingga November 2018 ini kita menyita 130,229 Kg narkotika jenis sabu dan 159 butir inex. Barangbukti itu merupakan penyitaan dari 36 kasus dengan 73 tersangka yang terdiri dari 68 laki-laki dan 5 wanita,” ungkap Hendri.

Ia mengklaim, pengungkapan tersebut berkat kerja keras timnya yang bekerja dan turun ke lapangan. “Saya memberikan apresiasi kepada anggota yang turun ke lapangan, berkat kerja keras anggota di lapangan, berkat kecerdasan, keterampilan dan kemampuan, saya memberikan apresiasi,” katanya.

Ia meminta kepada personel yang turun ke lapangan agar tidak berpuas diri alih-alih berbangga atas hasil pengungkapan yang mereka lakukan. “Harapan saya agar anggota tidak berpuas diri dan berbangga diri. Ke depan pengungkapan ini tidak lagi bertambah lebih besar. Dengan harapan, perbandingan pengguna ataupun pemesan berkurang. Sehingga pemasok, ataupun pengungkapan besar tidak lagi dijumpai. Polda Sumut tetap bertekad dan komit untuk tidak berhenti melakukan pengungkapan peredaran narkotika,” katanya.

Sebelumnya, beberapa waktu lalu, Deputi Pemberantasan BNN RI Irjen Arman Depari mengungkapkan kalau Sumut menduduki peringkat kedua sebagai provinsi dengan pengguna narkoba terbanyak di Indonesia. Posisi ini menempatkan Sumut tepat berada di bawah ibu kota DKI Jakarta.

Arman menyebutkan, pada 2015 lalu, peringkat kedua ditempati oleh Kalimantan Timur. Namun, kini, Sumut menggeser provinsi tersebut. “Saat ini, di Sumut sangat pesat untuk peredaran narkoba. Kini, Sumut sudah peringkat kedua di Indonesia untuk pengguna narkoba,” ungkap Arman dalam sebuah

diskusi bertajuk ‘Narkoba Perang Zaman Now’ di Medan, sekira Mei 2018 lalu.

Arman mengatakan, saat ini, ada sekitar 2,2 persen dari 262 juta penduduk Indonesia yang menggunakan narkoba. Dalam sehari, ada 37 hingga 40 orang meninggal sia-sia karena penyakit yang ditimbulkan oleh narkoba.

Sepanjang Pantai Timur Sumatra, dia mengatakan, menjadi daerah yang paling rawan peredaran narkoba. Mulai dari Aceh hingga Lampung. Hal ini disebabkan masih banyak ‘pelabuhan tikus’ yang menjadi sasaran masuknya narkoba dari luar negeri. “Sasaran yang paling besar, daerah transit yang paling banyak, adalah Sumut, karena banyaknya pelabuhan ilegal dan juga pengawasan di garis pantai kita yang relatif lemah. Selain itu, Sumut juga salah satu daerah yang dekat dengan Malaysia. Karena narkoba itu kan mayoritas berasal dari luar negeri,” kata Arman.

Dia menyebutkan, selain Sumut, saat ini, para bandar narkoba juga mulai memasuki kota pelajar, seperti Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa para bandar itu semakin ingin merusak generasi bangsa. “Bahkan saat ini Jogya yang dikenal sebagai kota pelajar sudah menduduki peringkat ke tujuh di Indonesia untuk peredaran narkoba,” ujar dia.

Arman pun mengajak semua pihak untuk ikut bergandengan tangan memberantas narkoba. Menurutnya, BNN sudah banyak melakukan koordinasi antar instansi. Sayangnya, instansi lain belum menjadikan pemberantasan narkoba sebagai agenda utama.

“Banyak instansi yang belum satu visi. Kami sudah berupaya untuk kerja sama, dari bea cukai, angkatan laut, kementerian kemaritiman, kementrian perikanan. Mungkin ini kelihatannya belum begitu padu, sementara BNN sendiri tidak punya peralatan lengkap. Apalagi BNN walaupun sekarang menjadi leading sector, tetapi belum menjadi central of command,” kata Arman. (dvs/bbs/adz)

Exit mobile version