Site icon SumutPos

Astagaa… Kepala Bayi Putus Saat Persalinan

Foto: Edwin Fs Garingging/Metro Asahan/JPNN Tubuh bayi Farida Hanum, yang lahir tidak normal dengan kepala terpisah dari badannya tampak ditutupi kain panjang saat masih berada di RSU HAMS Kisaran, Senin (11/1/2016).
Foto: Edwin Fs Garingging/Metro Asahan/JPNN
Tubuh bayi Farida Hanum, yang lahir tidak normal dengan kepala terpisah dari badannya tampak ditutupi kain panjang saat masih berada di RSU HAMS Kisaran, Senin (11/1/2016).

KISARAN, SUMUTPOS.CO – Penantian Bohirin (35) dan istrinya Farida Hanum (30) atas kelahiran anak ketiga mereka berakhir pilu. Minggu (10/1) pukul 22.00 WIB, bayi perempuan yang dikandung Farida, lahir tak bernyawa dengan kondisi kepala putus dan terpisah dari tubuhnya.

Kisah tragis sekaligus memilukan ini terjadi di Dusun Aek Nagali, Kecamatan Bandar Pulau. Kejadian berawal sekitar pukul 08.00 WIB, Farida yang tengah hamil tua merasakan bayi di rahimnya akan segera lahir. Melihat itu, Bohirin sang suami pun lantas bergegas menjemput D br S, seorang perawat kesehatan yang tinggal tak jauh dari rumah mereka. Setelah dicek oleh D br S, dipastikan kelahiran masih akan terjadi beberapa jam ke depan. Sebab kontraksi baru dimulai.

Setelah memeriksa kandungan Farida, pagi itu juga D br S pun pulang. Sebelum beranjak, dia sempat menyarankan agar Farida dirujuk ke rumah sakit. Namun sarannya ditolak keluarga. Singkat cerita, sekitar pukul 21.30 WIB, Farida mengalami pecah ketuban. Borihin yang panik kembali menjemput D br S untuk membantu persalinan si jabang bayi.

Tak berapa lama berselang, D br S tiba di kediaman pasutri yang sebelumnya telah dikarunia dua orang putra ini. Di rumah itu, D br S juga mendapati sejumlah kerabat Farida, termasuk seorang wanita yang dikenal sebagai dukun beranak. Dengan pertimbangan kondisi Farida yang dianggap lemah, dan perkiraan mengenai bayi yang akan lahir berukuran besar, D br S sempat menyarankan agar proses kelahiran dilakukan di rumah sakit, agar lebih aman.

Namun diduga karena faktor ekonomi, lagi­lagi sarannya ditolak oleh keluarga. Keluarga meyakini jika wanita lulusan Akademi Keperawatan ini mampu membantu proses persalinan Farida. “Waktu anak kedua orang ini pun lahir, ibu itu (D br S,red) juga yang menolong,” kata seorang kerabat keluarga Bohirin di halaman depan RSUD HAMS Kisaran, Senin dini hari. Saat itu, awalnya proses persalinan berjalan normal sebagaimana umumnya. Sambil mengejan beberapa kali, secara perlahan si jabang bayi menampakkan wujudnya sedikit demi sedikit, hingga akhirnya kepala sang bayi muncul dari mulut rahim Farida.

Namun karena proses kelahirannya cukup sulit, D br S dibantu Bohirin dan kerabat lain sempat melakukan upaya pertolongan. D br S memegang kepala si bayi yang telah menyembul di antas kedua kaki ibunya. Sedangkan Bohirin membantu mendorong. Saat itulah, entah bagaimana, tiba-tiba kepala sang bayi yang berada dalam genggaman D br S terlepas dari badannya yang masih berada di rahim.

Kondisi itu sontak membuat seluruh kerabat yang menyaksikan histeris dan panik. Di tengah kekalutan tersebut, disepakati melarikan sang bayi tersebut ke rumah sakit, guna langkah penyelamatan.

Dengan bersusah payah, lewat tengah malam, Farida yang didampingi sejumlah keluarga, termasuk D br S pun tiba di RSUD HAMS Kisaran, setelah sempat mendapat penolakan di RSU Hadi Husada Tanjungbalai. Di IGD RSUD HAMS Kisaran, Farida lantas ditangani oleh dr Binsar Sitanggang Sp.OG, sekitar pukul 01.30 WIB. Dengan serangkaian pemeriksaan terhadap Farida yang kebetulan mengalami peningkatan tekanan darah saat itu, tim dokter berhasil mengeluarkan sisa tubuh si bayi yang masih tertinggal di rahim ibunya. Usai proses persalinan lanjutan tersebut, tim dokter kemudian memindahkan Farida ke ruangan untuk mendapatkan perawatan intensif. Sedangkan tubuh bayi itu disatukan dengan kepalanya yang terputus. (ing/smg/deo)

 

Exit mobile version