Site icon SumutPos

Bapak Guru Kerabat Penyanyi Judika Tewas Digilas Truk

Foto: Robert/PM Jenazah Parsaoran Pasaribu ditutupi koran dan daun-daunan. Bapak guru ini tewas digilar truk, saat hendak berangkat mengajar, Senin (11/5/2015).
Foto: Robert/PM
Jenazah Parsaoran Pasaribu ditutupi koran dan daun-daunan. Bapak guru ini tewas digilar truk, saat hendak berangkat mengajar, Senin (11/5/2015).

PERCUT, SUMUTPOS.CO – Dengan kondisi tubuh remuk, Parsaoran Pasaribu Spd (47) ditemukan tewas usai digilas truk pengangkut semen, Senin (11/5). Kematiannya membuat sejumlah tetangga di Jalan Pendidikan, Kel. Cinta Damai, Medan Helvetia, kaget.

Salah seorang kerabatnya, Rio (32) yang sedang memasang bendera merah tepat di jalan masuk, mengaku, almarhum masih ada saudara dengan artis Judika. ”Istrinya Flora br Sihotang, saudara dekat Judika,” ujarnya.

Amatan di rumah duka, terlihat pelayat memadati kediaman sederhana itu. “Gak nyangka kami kalau cepat dia meninggal, apalagi karena kecelakaan,” ujar Barus, tetangganya. Namun, istri korban tak terlihat di sana karena sedang mengurus jenazah suaminya di RS Pirngadi Medan.

“Bapak ini guru pengayom dan baik hati. Kami sering dinasehatinya soal hal-hal baik,” ujar Santos Sibuea, salah seorang muridnya. Hampir semua tetangga mengetahui kalau korban merupakan kerabat Judika. “Tadi kami dengar istri mendiang nelepon Judika sambil nangis-nangis. Kami tahu kalilah kalau mereka saudara Judika,” ujar Martin, warga setempat.

Saat kecelakaan terjadi di Jalan Letda Sudjono, Percut Seituan, tak jauh dari Simpang Jodoh, korban mengendarai Vario BK 5013 ABU. Saat itu, korban mengenakan pakaian bertuliskan Methodis 2. Korban berusaha mendahului pengendara sepeda motor di depannya.

Tetapi situasi jalan yang sempit, membuat korban bersenggolan dengan pengguna sepeda motor yang dikendarai seorang wanita di depannya. Seketika, korban jatuh bersama sepeda motornya, tak lama korban langsung disambut truk di sebelah kanannya. Delapan roda belakang truk menggilas tubuh korban yang terpental ke sebelah kanan badan jalan dan korban tewas ditempat dengan kondisi mengenaskan.

“Kulihat korban mau mendahului sepeda motor cewek yang berada di depannya. Rupanya dia (korban) jatuh setelah menabrak sayap belakang sepeda motor perempuan tadi. Terus korban terjatuh. Disaat bersamaan, truk semen itu yang melintas di sebelahnya, langsung menggilasnya. Lengket tadi tubuh korban di ban belakang truk itu,” terang Adit (28) saksi mata yang tinggal di Jalan Dame, Bandar Kalipah.

Warga yang mengetahui hal tersebut, langsung memadati lokasi untuk melihat kondisi korban. Sukri Purba (38) warga Jalan KL Yos Sudarso, Medan Labuhan, tepatnya di Simpang Kantor, sopir truk nahas itu, langsung dihajar.

Kejadian tersebut juga dimanfaatkan orang-orang dengan menjarah beberapa zak semen yang ada di truk. Beruntung, anggota TNI yang bermarkas dikantor Koramil setempat, langsung melerai dan mengamankan sang supir beserta muatan truknya dari amukan massa.

Selang satu jam, petugas Lalu Lintas (Lantas) Polsek Percut Sei Tuan, tiba dilokasi dan langsung mengevakuasi jasad korban ke RSUD Dr Pirngadi Medan. Sementara, Sukri Purba dan mobil truk yang dikendarainya, digiring ke Lantas percut di Jalan William Isakandar tepatnya di pajak Bengkok Aksara.

Dikantor polisi, Sukri mengaku tak ada menyenggol apalagi menabrak. “Dia jatuh sendiri dan tepat jatuhnya di bawah truk. Saya tahu pas dengar suara sepeda motor korban ngerem. Tiba-tiba kulihat dari kaca spionku, korban udah terjatuh. Saya sempat turun. Begitu turun, udah kulihat berceceran darah. Terus warga bilang ‘ini supirnya’ saya langsung dipukuli sampai pecah bibir saya. Uang di dompet saya juga diambil warga sejumlah Rp 400 ribu,” terang Sukri Purba. “Aku membawa semen dari Medan mau ke arah Batang Kuis,” ujarnya.

Fitriani (46), warga Tembung Pasar 7 mengaku tidak menyangka jika korban harus mengalami kejadian tersebut. “Gak nyangka kali aku, bisa pula lah dia mengalami seperti ini,” ungkapnya sambil menangis saat berada di Ruang Forensik RSU dr Pirngadi Medan.

Ibu beranak 5 ini mengatakan, korban semasa hidupnya dikenal sebagai orang yang ramah, mudah bergaul, dan suka bercanda. “Orangnya baik, mudah bergaul, suka bercanda juga,” ujarnya sambil menangis. Guru Olahraga di SD Negeri 105292 Bandar Khalifah Jalan Mesjid ini mengatakan, dirinya terakhir berjumpa dengan korban pada hari Jumat yang lalu, saat berada di sekolah. “Hari Jumat lah terakhir kami jumpa di sekolah,” ujarnya.

Ketika disinggung tentang firasat yang buruk, Fitriani mengatakan saat bertemu pada hari Jumat yang lalu, korban berpenampilan dari yang biasanya. “Lain tampilannya, terlihat lebih ganteng dari biasanya, baru itu lah ku lihat dia ganteng kali,” ungkapnya.

Menurutnya, saat terakhir kali bertemu, korban mengenakan pakaian baju batik dengan berpenampilan rapi. “Baru itu lah ku lihat dia pakai baju batik, biasanya dia gak pernah pakai baju batik,” jelasnya.

Fitriani mengatakan, korban sedang dalam perjalanan menuju sekolah, namun sampai pukul 2 siang korban belum juga sampai di sekolah tersebut. “Dia masuk ngajar pelajaran kedua, masuknya jam 2, kami juga nunggu-nunggu kok belum datang juga,” ungkapnya.

Menurutnya, korban sering curhat kepadanya tentang masalah kerja, keluarga, dan lain-lain. “Dia (korban) sering curhat samaku, asal ada masalah selalu curhat

denganku,” ujarnya. Fitriani mengatakan dirinya sangat kompak dengan korban, sehingga korban tidak sungkan lagi untuk curhat dengannya. “Kami kompak kali, makanya dia selalu curhat denganku,” jelasnya.

Sementara itu, Rosalina Gultom (45), sesama guru, warga sekitar, mengatakan dirinya heran mengapa hari ini korban terlambat datang ke sekolah serta susah untuk dihubungi. “Aku heran juga, kenapa dia terlambat, dihubungi pun gak bisa, ternyata tewas dia,” ungkapnya saat berada di Ruang Forensik RSU dr

Pirngadi Medan. “Gak nyangka aku, tadi aja gak sanggup aku melihat jenazahnya,” jelasnya.

Sementara itu, menurut R Pardede (40) saudara korban, warga Jalan Menteng VII, mengatakan dirinya mendapat kabar dari saudaranya yang dihubungi polisi. “Aku dapat kabar dari tulangku yang ditelfon polisi, katanya korban tewas, jadi aku disuruh mencari tahu kebenarannya di rumah sakit,” ungkapnya.

Perempuan yang berprofesi sebagai bidan di salah satu puskesmas di Jalan Pasar Merah ini mengatakan, dirinya yang sudah melihat langsung, seketika langsung lemas, dengan menahan rasa haru dirinya pun langsung membenarkan kejadian tersebut kepada keluarga. “Udah ku lihat, memang betul itu, karena aku tanda sama pakaian dan sepatunya, langsung ku kabarin keluarga kami,” jelasnya.(mag2/mag3/mri/trg)

Exit mobile version