Site icon SumutPos

Para Penari Kelejotan Kesurupan, Turis Tercengang, Bagaimana Danau Toba?

 

Foto: Soetomo Samsu/Sumut Pos
Tarian tradisional beraroma mistis di Dusun Temusari, Desa Lencoh, Selo, Boyolali.

ATRAKSI merupakan salah satu elemen penting sebuah destinasi wisata. Jauh-jauh terbang dari negaranya, para bule sudah tentu ingin melihat sesuatu yang unik bernuansa tradisional. Termasuk yang berbau mistis.

Soetomo Samsu – Boyolali

TABUHAN gamelan mengalun rancak. Semakin lama ritmenya semakin cepat. Puluhan penari berjingkrak di atas panggung pendek, di lantai berpasir.

Mereka semua bertopeng, semuanya pria. Ada yang memerankan tokoh pewayangan, Hanoman, berkostum putih. Tapi ada yang merah.Sebagian bertopeng buto, tokoh jahat dalam cerita wayang.

Semakin cepat ritme gamelan, semakin menegangkan. Gerakan penari semakin tak beraturan, bersenggolan, gentayangan, memutar tak berarah di atas panggung, ada yang bertabrakan sesama mereka.

Ratusan warga yang menonton tampak tegang. Tiba-tiba ada penari yang kelejotan di pasir. Ya, penari itu kesurupan. Matanya merah menyala, tatapannya nanar. Turis asing yang melihat pun terbengong. Anggota tim yang lain memberikan pertolongan, melepas topeng, membawa ke dalam, ke ruang “penyadaran”.

Itulah sajian kesenian tradisional warga Dusun Temusari, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, Jateng, di sebuah halaman rumah warga setempat, Minggu (10/7). Desa nan asri itu merupakan destinasi plesiran, jalur wisata Solo-Selo-Borobudur (SSB).

Banyak turis yang berkunjung ke Borobudur yang merupakan situs budaya, melanjutkan berwisata alam ke kawasan Selo. Tidak hanya menatap Gunung Merapi dan Merbabu yang mengapit desa kawasan tersebut, para turis juga disuguhi kesenian tradisional yang mistis, bikin merinding.

Pentas seni warga di lereng Gunung Merapi itu ditampilkan berkaitan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Sebagai ajang silaturahmi warga, sekaligus upaya menggaet wisatawan.

Aroma mistis memang menyeruak di panggung tarian. Ada bau kemenyan, yang dibakar di sisi panggung. Seperangkat gamelan terus ditabuh. Satu per satu, dan kadang bersamaan hingga dua-tiga penari, kesurupan.

Ngeri melihatnya. Tangan mengepal, badan meliuk-liuk, bergerak dengan tatapan kosong. Bahkan, ada yang keluar, lari dari panggung. Anggota tim khusus yang bertugas “mengatasi” mahkluk gaib yang merasuki tubuh penari bergerak cepat, mengejar, dan membawanya ke ruang dalam.

Bagaimana cara “mengobati”? “Mintanya apa, ya dituruti, langsung pergi (roh yang merasuki sudah keluar dari tubuh penari, red). Tadi ada yang minta minum air kembang, ada yang minta rokok,” ujar Warsito, salah seorang pemuda setempat.

Menurut keterangan Sukamto (70), sesepuh Desa Lencoh, pentas kesenian berbau mistis itu semata untuk melestarikan budaya peninggalan para leluhur desa setempat.

Mantan Kades selama 32 tahun itu cerita, biasanya yang merasuki tubuh para penari juga bukan “sosok” yang tidak asing bagi warga setempat. “Seperti Mbah Petruk dan kawan-kawannya,” kata Sukamto. Mbah Petruk, berdasar mitos, merupakan salah satu “penunggu” Gunung Merapi.

Bahkan, lanjutnya, terkadang ucapan-ucapan yang disampaikan oleh penari yang kesurupan, berupa kalimat wejangan dan peringatan. “Pernah terjadi bencana, yang sebelumnya sudah disampaikan oleh penari yang kesurupan. Iki bener, aku ora ngarang (ini benar, saya tidak mengarang, red),” ucapnya.

Warga di sana memang sadar betul, bahwa atraksi seni budaya tradisional lah yang diminati para bule. Sampai-sampai, seluruh desa yang ada di Kecamatan Selo, seluruhnya punya kelompok kesenian, dengan ciri khas masing-masing. Bahkan, Desa Samiran misalnya, punya 58 kelompok kesenian.“Setiap saat siap dipanggil untuk pentas di depan para bule,” ujar Ketua Desa Wisata Dewi Santi, Haris Budiarto, saat ditemui koran ini di rumahnya, di desa tersebut, Minggu (10/7).

Lantas, sudah siapkah warga sekitar Danau Toba menyuguhkan atraksi-atraksi yang unik, yang membuat para bule tercengang? Jika tidak, jangan salahkan jika hanya sedikit saja dolar dari kantong para pelancong itu yang menetes ke warga sekitar Danau Toba. (*)

Exit mobile version