Site icon SumutPos

Tito Sudah Siapkan Pengganti

Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pernyataan mengejutkan terlontar dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Di sela-sela acara peringatan HUT ke-71 Bhayangkara, Tito mengatakan bakal pensiun dini. Tito memilih mengesampingkan peluang menjadi Kapolri terlama, lantaran masih memiliki waktu lima tahun lagi untuk pensiun.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengaku tidak terlalu kaget dengan pernyataan Tito tersebut. Pasalnya menurut Neta, sejak empat bulan lalu Tito sudah berniat mundur dan mengakhiri karirnya di kepolisian. Bahkan lulusan Akademi Kepolisian 1987 ini sudah menyiapkan penggantinya.

“Empat bulan lalu saat ngobrol-ngobrol di rumah dinasnya, dia sudah niat pensiun dini,” ujar Neta kepada JawaPos.com (grup Sumut Pos), Selasa (11/7).

Tak hanya itu, Tito juga sempat menunjukan siapa saja kiranya yang pas menggantikan dia bila pensiun dini. “Pak Tito juga sempat memaparkan beberapa Perwira Tinggi (Pati) yang dianggapnya layak menjadi Kapolri. Tapi saat itu saya tidak menanggapinya dengan serius karena bagi saya setiap pejabat harus siap diganti kapan saja,” sambung dia.

Apalagi kata dia, Tito sudah melakukan berbagai penataan di internal Polri, termasuk menyiapkan proses kaderisasi di tubuh korps Bhayangkara. “Dalam pandangan IPW, situasi Polri saat ini sangat solid. Duet Tito-Syafruddin adalah duet ideal antar Akpol 87 dan 85,” kata Neta.

Dimana, kata Neta, Jenderal Tito sebagai Adimakayasa 87 tampil dengan kemampuan profesionalnya yang kemudian di-backup oleh syafruddin sebagai figur yang disegani para senior maupun junior di kepolisian.

Keduanya kata Neta relatif ideal dalam menjalankan lokomotif maupun gerbong kepolisian menuju polri profesional. Neta juga menuturkan, setiap polisi yang berada di posisi Kapolri pasti selalu mendapat tekanan yang membuat stress. Tentunya hal ini sangat manusiawi.

“Saya pikir stress itu hal biasa. Meskipun saat Tito memimpin, Polri banyak menghadapi masalah, dari kasusu SARA hingga terorisme,” papar dia.

Terkait adanya isu yang menyebutkan bahwa posisi Tito banyak digoyang oleh kalangan internal Polri, Neta menjawab, hal itu tentu tidak mustahil. “Kalau ada yang menggoyang posisi Kapolri itu biasa. Setiap jabatan tinggi publik pasti ada goyangan. Presiden saja digoyang apalagi Kapolri,” paparnya.

Anggota Komisi III DPR Daeng Muhammad merespon rencana pensiun dini Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Menurut Politikus PAN ini, beban kerja berat dan stres sudah risiko jadi pemimpin di korps Bhayangkara. “Kalau Kapolri menyatakan dirinya stres dengan beban yang ada, itu risiko dari jabatan,” ujar Daeng di Kompleks Parlemen, Selasa (11/7).

Risiko atau konsekuensi beban kerja yang berat, menurut Daeng, itu hal yang biasa dan harus diterima seorang pejabat publik. Apalagi, Tito mengatakan mampu dan siap menjadi kapolri saat ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo. “Sebetulnya manusiawi saja. Sebagai seorang manusia dia menyatakan capek, stres itu biasa. Tapi sebagai seorang kapolri, itu risiko jabatan,” tegas dia.

Untuk itu, Daeng berpendapat seharusnya Tito tidak menyatakan hal seperti itu di publik. “Kurang baik jika diumbar ke publik,” imbuhnya.

Sementara soal rencana pensiun dini tersebut diduga karena banyaknya tekanan dari pihak istana, Daeng mengaku dirinya enggan berspekulasi. Begitu pun anggapan pernyataan Tito tersebut lantaran adanya isu reshuffle kabinet kerja.

“Saya tidak mau berasumsi. Risiko jabatan tekanan biasa. Apakah dia mau lanjut sebagai kapolri atau mengajukan pensiun dini, itu hak Tito secara personal,” pungkas Daeng.

Sebelumnya diketahui, Tito menyatakan rencana dirinya yang ingin mengakhiri masa jabatannya sebelum 2022. Kata dia, organisasi Polri, butuh penyegaran. Artinya, perlu calon pemimpin baru. Amanah sebagai Kapolri, lanjutnya, memberikan tekanan yang berat.

“Saya sampaikan. Kalau saya boleh pilih, saya tidak ingin selesai sampai tahun 2022. Kenapa? Terlalu lama, tidak baik bagi organisasi, tidak baik bagi saya sendiri. Bayangin, saya jadi Kapolri 6 tahun, anggota organisasi bosen,” ungkap Tito usai upacara HUT Bhayangkara di Monas, Jakarta Pusat, Senin (10/7).

Organisasi Polri, kata Tito, butuh penyegaran. Artinya, perlu calon pemimpin baru. Amanah sebagai Kapolri, lanjutnya, memberikan tekanan yang berat. Sehingga memicu tingkat stres yang tinggi (stressfull). “Saya katakan, jadi Kapolri itu penuh dengan kehidupan stressfull. Banyak persoalan-persoalan. Nah, saya juga punya hak menikmati hidup bersama keluarga dalam kehidupan less stress full,” ungkap peraih Adhi Makayasa lulusan Akpol 1987 itu.

Pensiun dini, kata Tito, masih awam bagi masyarakat Indonesia. Bahkan, jadi bahan tertawaan. Mengingat, banyak pihak yang justru ingin memperpanjang masa pensiun. Namun, lanjut jenderal asal Palembang itu, di luar negeri merupakan hal yang diinginkan banyak orang.

“Di luar negeri justu kalau dia sudah kerja keras, dia pengen menikmati sisa hidupnya. Banyak yang pensiun dini dan itu tidak masalah. Bagi saya yang pernah sekolah di luar negeri, melihat kultur pensiun dini itu biasa,” papar mantan Kepala BNPT itu.(jpg/adz)

Exit mobile version