Site icon SumutPos

Usai Operasi, Usus Anggirlan Tak Tersambung ke Lubang Anus

Anggirlan terbaring lemah di RSUD Deliserdang, Lubukpakam. (Teddy Akbari-Sumut Pos)

SUMUTPOS.CO  – Hampir dua tahun Anggirlan Nasution (11), terbaring lemah di tempat tidur sembari menahan sakit. Operasi usus buntu yang dijalaninya pada April 2015 lalu, tak membawa kebaikan pada penyakit yang dideritanya. Malah kondisinya semakin parah. Anusnya kini tak berfungsi dengan normal.

===========================================================

TEDDY AKBARI, MEDAN

===========================================================

Kondisi Anggirlan, terlihat lusuh. Wajahnya tak menunjukkan keceriaan. Sorot matanya pun hampa, seperti menggambarkan kesedihan yang mendalam.

Buah hati pasangan Adlin Nasution (35), dan Mariana (32), warga Dusun VI, Desa Marindal II, Kecamatan Patumbak, Deliserdang ini, awalnya divonis mengidap penyakit usus buntu. Dengan bermodalkan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Anggirlan dibawa ke RS Pirngadi Medan pada April 2015 lalu.

Sesampainya di rumah sakit milik Pemko Medan itu, Anggirlan diminta untuk operasi kecil. Adlin dan Mariana sempat kaget. Namun demi kesembuhan anak kedua dari tiga bersaudara ini, operasi tetap berjalan setelah pihak keluarga dan rumah sakit menuai kata sepakat.

Tepat pada 2 April 2015, Anggirlan akhirnya menjalani operasi usus buntu. Namun paskaoperasi, kondisi kesehatan Anggirlan tak menunjukkan kemajuan. Sebab, dia hampir setiap malam kerap menangis. Bahkan, menurut Mariana, makanan yang diasup buah hatinya pun keluar dari bekas jahitan operasi tersebut.

“Anak saya kesehariannya hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur. Tidak bisa berbuat apa-apa,” cerita Mariana kepada Sumut Pos ketika mendampingi Camat Patumbak M Arsul, Sekcam Patumbak Febry Gurusinga, Kades Marindal II Jufri Antono, dan Kadus VI Radiono yang menjenguk Anggerlan di RSUD Deliserdang, Lubukpakam, akhir pekan lalu.

Melihat asupan makanan yang keluar dari bekas jahitan operasi tersebut, Mariana kemudian melaporkannya kepada tim medis. Mendapat pengaduan itu, tim medis kemudian menyarankan agar Anggirlan menjalani operasi kembali.

“Maka empat hari kemudian, anak saya dioperasi lagi untuk yang kedua kalinya,” ungkap Mariana.

Selesailah operasi, Anggirlan memang tak lagi menangis setiap malam. Tapi, kondisi kesehatannya pun tak menunjukkan kemajuan. Pasalnya, setiap makanan yang diasup Anggirlan masih tetap keluar dari bekas jahitan operasi di perut sebelah kiri.

“Saya enggak mengerti, kenapa bisa gitu? Tapi malah pihak rumah sakit meminta anak saya dibawa pulang saja. Dirawat di rumah,” beber Mariana.

Menurut dia, Anggirlan hanya sebelas hari mendapatkan perawatan medis di RS Pirngadi Medan. Dengan rasa sedih bercampur kesal, Mariana pun dengan terpaksa membawa Anggirlan pulang ke rumahnya.

Panik tentu. Sedih pun demikian. Mariana yang tak tahu harus mengadu ke mana, bercerita soal kondisi kesehatan Anggirlan kepada jiran tetangga. Pesan itu kemudian cepat sampai ke telinga kepala dusun (Kadus) hingga Camat Patumbak.

Selama mendapat perawatan di rumah, ujar Mariana, tetap begitu saja. Artinya, setiap makan yang masuk ke mulut Anggirlan, keluar di bekas jahitan operasi tersebut. Mariana pun membawa Anggirlan ke Posyandu tak jauh dari rumahnya. Dari situlah dia mendapat informasi kalau lubang anus anaknya diduga sudah tak dapat berfungsi lagi.

Akhirnya, penderitaan Anggirlan ini sampai ke telinga Kepala Dusun VI, Desa Marindal II, Radiono melalui petugas Posyandu. “Tahu dari Posyandu, mereka bilang ada warga mengalami sakit parah. Lalu kami terjun bersama pihak desa pada 8 Februari 2017 lalu ke rumahnya. Kemudian hari Jumat (10/2), atas petunjuk Pak Camat, kami bawa ke RSUD Deliserdang,” ungkap Radiono.

Menurutnya, kedua orangtua Anggirlan sering merantau dan lama menetap di Batam. “Kalau tinggal di Patumbak, lebih kurang masih baru setahun. Sebelumnya, mereka tinggal di Kisaran, karena suami orang sana. Jadi, ngurus KK (kartu keluarga) di Kisaran,” jelas Radiono.

Di Patumbak, mereka tinggal di perumahan kebon, peninggalan orangtua Mariana yang tutup usia sekitar lima sampai enam tahun lalu. Menurut Radiono, pekerjaan Adlin Nasution, ayah Anggirlan, tak tetap atau mocok-mocok.

“Setelah operasi, pengakuan dari orangtuanya ini, katanya si anak disuruh puasa lima hari. Jadi kalau disuruh puasa lima hari, namanya anak-anak, ya lapar jadinya menangis. Setahu saya, puasa itu masih di rumah sakit. Karena operasi usus buntu, operasi kecil, makanya pulang. Jadi si anak tadi nangis-nangis karena lapar,” beber Radiono.

Sementara, Humas RSUD dr Pirngadi Medan Edison Peranginangin yang dikonfirmasi via ponsel mengaku sedang sibuk. Padahal, wartawan koran ini hanya meminta waktu lima menit saja untuk konfirmasi. “Saya lagi acara,” ujar Edison singkat.

Meski demikian, wartawan koran ini tetap berupaya menjelaskan guna mendapatkan konfirmasi. Sayangnya, Edison tak menggubrisnya.

Sementara, Wakil Direktur RSUD Deliserdang dr Asriluddin Tambunan menyatakan, usus Anggirlan sudah tak tersambung ke lubang anus. Akibatnya, semua yang diasup keluar dari bekas jahitan.

“Untuk penyembuhan, harus menggunakan peralatan canggih dan dokter yang berpengalaman. Tapi, biarlah dulu untuk sementara dirawat di sini,” tandas pria yang akrab disapa Aci ini. (*)

 

Exit mobile version