Site icon SumutPos

Kasihan… Pemuda Ini Dirantai Ayahnya selama 2 Bulan

Foto: Rizky/PM Suddin Rohmadona, kakinya dirantai ayahnya, Arpan Lubis, selama 2 bulan terakhir di sebuah gubuk di Jalan Gabus, Lingkungan V, Kelurahan Pandau Hulu II, Medan Area, Kota Medan, karena ia kerap mengganggu warga.
Foto: Rizky/PM
Suddin Rohmadona, kakinya dirantai ayahnya, Arpan Lubis, selama 2 bulan terakhir di sebuah gubuk di Jalan Gabus, Lingkungan V, Kelurahan Pandau Hulu II, Medan Area, Kota Medan, karena ia kerap mengganggu warga.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Suddin Rohmadona (22) tak bisa pergi kemana-mana. Itu setelah kedua kakinya dirantai selama 2 bulan di sebuah gubuk, Jalan Gabus, Lingkungan V, Kelurahan Pandau Hulu II, Medan Area. Kasihan…

Menurut warga sekitar gubuk, kaki Suddin Rohmadona dirantai ayahnya sendiri, Arpan Lubis (54) warga Jalan Perintis, Gg Lingga, Desa Bandar Khalipah, Percut Sei Tuan. “Kalau tidak dirantai, dia mengganggu warga dan barang orang lain,” ungkap Anto (45).

Dikatakan Anto, kaki Suddin dirantai ayahnya atas permintaan warga. Sebab, Suddin dua bulan belakangan sering menganggu kenyamanan dan merusak harta benda warga. “Dulu kakinya tidak dirantai, tapi karena sudah sering mengganggu, bapaknya (Arpan) kami suruh merantai Si Sudin itu,” terangnya, Selasa (12/4).

Arpan yang ditemui mengaku jika anaknya Sudin mengalami gangguan kejiwaan sejak tahun 2014. “Dia sudah 1,5 tahun mengalami gangguan jiwa karena kecanduan narkoba,” ungkap Arpan.

Ayah lima anak ini mengaku, Sudin mengonsumsi narkoba hingga kecanduan, karena sering berpindah tempat tinggal. “Saya dan istri sudah bercerai. Jadi dia (Sudin) kadang tinggal samaku dan kadang juga tinggal sama ibunya di Tembung. Jadi kegiatannya sulit saya kontrol dan terpantau,” terangnya.

Arpan pun menduga, jika Sudin terkontaminasi dengan narkoba di kawasan Tembung. “Setelah ibunya tak sanggup mengurusnya, Sudin dikasih samaku. Jadi selama 7 bulan saya urus, baru 2 bulan terakhir ini kakinya dirantai karena sering mengganggu warga,” kata Arpan.

Dikatakan Arpan lagi, ia tak bisa berbuat banyak untuk mengurus anaknya, Sudin. Sebab, penghasilannya dari menarik becak dayung hanya cukup untuk makan sehari-hari. “Saya pun di sini tidurnya di atas becak, rumah pun saya tak punya,” lirihnya.

Arpan berharap, agar Pemko Medan mau membantu anaknya untuk bisa mendapat perawatan yang layak atas gangguan kejiwaan yang diidap anaknya. “Saya berharap pemerintah mau menanggung biaya perawatan anak saya supaya penyakitnya sembuh,” kata Arpan penuh harap. (riz/han)

Exit mobile version