Site icon SumutPos

Dari Taicang Penjelajahan Dunia Dimulai

Foto: Boy Slamet/jawa Pos
Replika Kapal Cheng Ho beserta patung Laksamana Cheng Ho berdiri di Taman ota Suzhou Provinsi Jiangsu,China 4/6/2017. Di taman ini juga berdri museum yang menyimpan artefak , diorama dan dokumen dokumen tentang perlayaran Armada Cheng Ho.

Kota Suzhou, Provinsi Jiangsu, memiliki peran penting bagi ekspedisi Cheng Ho. Dari pelabuhan di kota itulah armada Laksamana Cheng Ho dengan segala kebesarannya memulai ekspedisi ke berbagai belahan dunia.

—–

SUZHOU merupakan salah satu kota paling tua di sepanjang Sungai Yangtze. Peradaban di kota tersebut sudah berlangsung lebih dari 2.500 tahun. Tak heran bila hampir semua penguasa Tiongkok memanfaatkan kota itu untuk memperkuat posisinya. Entah dari sisi ekonomi (perdagangan) maupun pertahanan (militer).

Pada masa Dinasti Ming, Kota Suzhou dengan pelabuhan Taicang-nya juga menjadi penentu kesuksesan mereka. Di situlah home port armada Laksamana Cheng Ho yang hendak berangkat memulai ekspedisi panjang.

”Sejak sebelum zaman Cheng Ho, pusat perdagangan laut itu di Taicang, bukan di Shanghai,” kata Presiden Komunitas Peneliti Cheng Ho Internasional Tan Ta Sen. ”Bahkan, dahulu dermaga ini disebut sebagai dermaga enam negara,” tambahnya.

Enam negara memanfaatkan dermaga Taicang untuk perdagangan lintas negara. Mereka adalah Jepang, Korea, Champa (kini Vietnam), Malaka, Ryukyu Islands (sekarang masuk wilayah Jepang), dan Tiongkok sendiri.

Dermaga itu secara geografis memang sangat strategis. Dari Sungai Yangtze yang lebar, kapal bisa langsung melaju ke perairan lepas di tenggara Tiongkok.

Letaknya yang tak terlalu jauh dari galangan kapal Longjiang di Nanjing juga menjadi salah satu hal yang membuat Cheng Ho memakai Taicang sebagai basis militer. ”Jadi, mata rantai persiapan ekspedisi bisa dilakukan dengan matang,” paparnya.

Menurut Tan Ta Sen, persiapan armada dimulai dari Nanjing. Di sana ada galangan kapal bernama Longjiang. Di tempat itu ratusan kapal ukuran raksasa yang digunakan untuk ekspedisi Cheng Ho dibuat. Logistik juga disiapkan di Nanjing. Termasuk pelatihan penerjemah 17 bahasa.

Kapal-kapal kayu berukuran raksasa itu begitu keluar dari galangan Longjiang langsung dibawa ke Suzhou melewati Sungai Yangtze. ”Yang lalu lalang di Nanjing kebanyakan kapal feeder (kapal dengan kapasitas kecil, Red). Sebab, kapal-kapal besar yang baru selesai dibuat langsung disandarkan di Taicang,” ucap Tan.

Kapal-kapal feeder itulah yang mengangkut manusia dan barang untuk dibawa ke kapal yang sudah bersiap di Taicang. ”Kira-kira seperti itu gambaran singkatnya,” ungkapnya.

Bukan hanya keberadaan Sungai Yangtze yang membuat strategis Suzhou. Tapi juga kanal sepanjang 1.800 km yang menghubungkan ibu kota kekaisaran (Istana Kota Terlarang) di Beijing ke Nanjing, kemudian tersambung ke Suzhou.

Saat ini Taicang masih berfungsi sebagai pelabuhan. Meski sudah tidak sepenting dulu. Sekarang sudah kalah oleh Shanghai. Untuk transportasi, hanya ada kapal feri untuk menyeberangkan orang antarsisi Sungai Yangtze.

Transportasi air memang bukan lagi andalan. Sebab, pemerintah Tiongkok kini memberikan alternatif yang lebih menarik. Yakni, kereta cepat. Dari Nanjing ke Suzhou hanya butuh waktu 1 jam 15 menit. Sedangkan dari Shanghai hanya butuh waktu setengah jam.

Pesawat terbang? Tidak akan laku. Sebab, di Tiongkok tidak berlaku aturan ”datang ke bandara satu jam sebelum keberangkatan”. Sebab, saking ketatnya pemeriksaan, datang ke bandara dua jam lebih awal saja sebenarnya sudah mepet. Habis waktu di pemeriksaan, padahal penerbangan Nanjing–Suzhou paling hanya 20 menit. Maka, satu-satunya alternatif paling baik adalah kereta cepat.

Di bekas pelabuhan tempat bersandar kapal-kapal Cheng Ho itu kini juga dibangun Taman Nasional Cheng Ho. Beragam koleksi terkait sang laksamana disimpan di tempat tersebut.

Foto: Boy Slamet/Jawa Pos
Diorama tentang Pelayaran Armada Cheng Ho terpaampang di Museum Taicang kota Suzhou Provinsi Jiangsu, China 4/6/2017. Liucang merupakan dermaga pertama Pelayaran Armada Cheng Ho ke Laut Cina Selatan.

TAMAN NASIONAL CHENG HO PALING LENGKAP

Dari semua taman nasional Cheng Ho di Tiongkok, yang berada di Suzhou memang bukan yang terbesar. Luasnya hanya 3.300 meter persegi. Kalah jauh bila dibandingkan dengan Taman Nasional Cheng Ho di Kunyang yang luasnya mencapai 16 hektare.

Namun, soal koleksi, bisa jadi tempat ini yang paling lengkap. Di dalamnya ada catatan perjalanan Cheng Ho serta benda-benda yang diangkat dari perairan sekitar Pelabuhan Taicang. Mulai helm berlapis emas, koin-koin, hingga pecahan keramik. Juga, ada diorama yang menggambarkan safari Cheng Ho di banyak negara. Sayang, ada aturan dilarang memotret sehingga kami tidak banyak mendapat gambar.

”Untuk yang di Tiongkok (Suzhou, Red) memang termasuk yang paling rinci penjelasannya dan koleksinya banyak,” kata Zheng Zhi Hai, pria keturunan ke-19 Cheng Ho.

Meski yang terlengkap, taman nasional itu bukan destinasi wisata yang ramai. Saat kami datang pada Minggu (4/6), hanya 15 orang yang berkunjung. Taman itu pun terasa sangat lengang.

Karin Cheng, nama yang tercatat di name tag perempuan penjaga tiket, sedang bersandar mengantuk ketika kami datang. ”Jarang ramai, kecuali jika ada rombongan,” katanya ketika kami tanya apakah sehari-harinya seperti ini. Ketika kami datang pukul 12.30, Karin mengaku baru menyobek 36 lembar tiket seharga CNY 30 (sekitar Rp 60 ribu).

Suzhou punya nilai historis tinggi. Sebab, taman nasional itu didirikan persis di kawasan dermaga tempat persandaran armada Cheng Ho. Persandaran terakhir di Sungai Yangtze sebelum kapal-kapal itu kelur menuju laut lepas.

Tapi, dari sisi lokasi, tempat itu sekarang sudah tidak lagi strategis. Tempatnya terisolasi, dikepung perkantoran, dan pusat perdagangan. Akses menuju lokasi juga disesaki kendaraan berat seperti truk kontainer (meski jalannya sangat lebar). Taman yang tertata apik di kanan dan kiri jalan belum mampu menarik orang untuk mengunjungi taman itu.

Aksesnya juga jauh dari mana-mana. Dari stasiun kereta api Suzhou (pusat kota), pengunjung masih harus menempuh jarak 82 km lagi. Waktu tempuhnya 1 jam 25 menit dengan taksi.

Karena itu, orang yang datang ke Taman Nasional Cheng Ho itu adalah mereka yang memang niat dan meluangkan waktu untuk berkunjung. Kebanyakan adalah mereka yang menggemari wisata sejarah. Sebab, di sana ada banyak ilustrasi yang menunjukkan siapa Cheng Ho dan bagaimana pelayarannya.

Ada patung Cheng Ho besar dan di sebelahnya terdapat replika kapal berukuran 71 meter x 14 meter. Itu adalah kapal prajurit. Di sampingnya ada relief batu yang mengilustrasikan pertemuan Cheng Ho dengan kebudayaan lain di seluruh dunia. Ada yang masuk hutan dan bertemu gajah seperti di India. Ada yang bertemu dengan orang-orang Barat.

Ada juga Memorial Hall yang berisi full penjelasan mengenai tujuan perjalanan Cheng Ho hingga perincian tujuh pelayarannya. Lalu, ada benda-benda peninggalan yang menjadi koleksi serta ilustrasi foto-foto kunjungan Cheng Ho ke sejumlah negara yang telah terverifikasi. ”Peneliti Cheng Ho memang harus melihat ke sana dulu (Sozhou, Red) jika ke Tiongkok,” kata Tan Ta Sen. (*/c10/nw)

Exit mobile version