Site icon SumutPos

WASPADA! Medan Dikepung Imigran Pencari Suaka

DANIL SIREGAR/SUMUT POS CUKUR RAMBUT:  Para imigran Rohingya dan Bangladesh ketika dicukur rambut di Hotel Beras Pati Jalan Jamin Ginting Medan.  Minggu (24/5). Berdasarkan keterangan Menhum dan Ham, pemerintah RI hanya memberikan waktu setahun untuk menampung imigran tersebut.
DANIL SIREGAR/SUMUT POS
CUKUR RAMBUT: Para imigran Rohingya dan Bangladesh ketika dicukur rambut di Hotel Beras Pati Jalan Jamin Ginting Medan, Minggu (24/5). Berdasarkan keterangan Menhum dan Ham, pemerintah RI hanya memberikan waktu setahun untuk menampung imigran tersebut.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kota Medan menjadi salah satu destinasi atau tujuan para imigran yang hendak mencari suaka. Bahkan, Ibu Kota Provinsi Sumut ini dianggap sebagai salah satu surga bagi para imigran. Hal ini dibuktikan dengan jumlah imigran terus mengalami peningkatan.

“Imigran di Medan ini bebas, bisa keluar malam. Bebas melakukan apapun, sampai menikahi penduduk pribumi. Terlebih mereka menerima bantuan dari IOM (International Organization for Migration) sebesar Rp1.250.000 untuk setiap orang dewasa, dan penambahan Rp500 ribu untuk anak kecil setiap bulannya,” kata Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Medan, Syarif Armansyah Lubis saat rapat kerja bersama IOM, Imigrasi serta Komisi A DPRD Medan di gedung dewan, Rabu (12/10).

Kata dia, selain mendapatkan biaya hidup, para imigran juga mendapatkan tempat tinggal secara percuma yang dibiayai oleh IOM. “Anehnya, IOM tidak melakukan pengawasan, para imigran dibiarkan bebas berkeliaran malam hari. Ini yang sering dikeluhkan masyarakat,” bilangnya.

Reza, perwakilan IOM, tidak memberikan banyak penjelasan didalam RDP tersebut. Ditanya mengenai jumlah pengungsi dan lokasi imigran, Reza juga enggan memberikan penjelasan.

Kepala Divisi Imigrasi Kantor Wilayah Kementrian Kemenkumham Sumut, Yudi Kurniadi menyebut sudah ada pembahasan di tingkat pusat terkait lokasi penampungan para imigran gelap itu di satu lokasi. “Ada usulan memang pengungsi itu ditempatkan di satu pulau tertentu. Tapi itu kebijakan pusat,”kata Yudi.

Disebutkannya, jumlah imigran di kota Medan berjumlah 2.098 orang. Di mana, 318 di antaranya baru saja diserahkan kepada negara ketiga. “Tujuan pengungsi asing ini ke Indonesia hanya sebagai negara transit untuk melanjutkan perjalanan mereka ke negara ketiga untuk mencari suaka seperti ke negara-negara di Eropa. Kalau masyarakat menemukan ada imigran yang nakal atau membuat resah, bisa disampaikan atau dilaporkan langsung ke Imigrasi setempat,” bilangnya.

Ketua Masyarakat Pribumi Indonesia, Sumut, Anwar Bakti mengatakan ada sebuah kekhawatiran keberadaan imigran gelap yang masuk ke Indonesia melalui Kota Medan sebagai pencari suaka akan mengancam eksistensi bangsa.

“Imigran gelap ini seperti pohon. Kalau dia kecil mudah ditebang, tapi kalau sudah besar, sangat sulit ditebang. Faktanya sekarang, jumlah mereka (imigran gelap) semakin banyak di Medan,” sebutnya.

Anwar menambahkan kondisi Kota Medan saat ini sudah dikepung dengan banyaknya imigran gelap seperti dari Sri Lanka, Somalia, Iran, Sudan, Myanmar dan ditambah dengan pendatang gelap dari Tiongkok. “Inti kota kita sudah dikuasai China semua. Ini bukan soal sara, tapi soal mempertahankan eksistensi kebangsaan kita,”bilangnya.

Ketua Komisi A DPRD Kota Medan, Roby Barus mengungkapkan IOM jangan menjadi agent imigran gelap. Soalnya, keresahan masyarakat Kota Medan terhadap keberadaan imigran gelap itu menjadi bukti kegagalan IOM dalam mengurusi keberadaan imigran gelap di Kota Medan.

“Saya khawatirkan, IOM malah jadi agent pengungsi asing yang secara tidak langsung mengajak pengungsi asing itu untuk tinggal di Medan. Pernahkan IOM mensosialisasikan kepada pengungsi asing itu untuk mengikuti aturan di Medan. Saya rasa ini kegagalan IOM dalam mengurus pengungsi asing di Medan,” kata Politisi PDI-P itu. (dik/ila)

Exit mobile version