Site icon SumutPos

Ditangkap Saat Siapkan Bom Lagi

Anggota Gegana Brimob Polda Jawa Timur menyiapkan bahan peledak hasil penggeledahan rumah terduga teroris Khafid Fathoni yang akan dicerai-berai)di markas Den C Brimob kota Madiun, Senin (12/12).  Disposal (pencerai beraian) dilakukan di markas Den C brimob Kota Madiun karena bahan peledak ini dinilai  rentan meledak bila dibawa ke Surabaya atau Jakarta. WS Hendro/Radar Madiun.
Anggota Gegana Brimob Polda Jawa Timur menyiapkan bahan peledak hasil penggeledahan rumah terduga teroris Khafid Fathoni yang akan dicerai-berai)di markas Den C Brimob kota Madiun, Senin (12/12). Disposal (pencerai beraian) dilakukan di markas Den C brimob Kota Madiun karena bahan peledak ini dinilai rentan meledak bila dibawa ke Surabaya atau Jakarta. WS Hendro/Radar Madiun.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO  – Ternyata kelompok teror pimpinan Nur Solihin sedang mempersiapkan aksi teror estafet. Fakta tersebut diketahui setelah menganalisa barang bukti dari tiga orang terduga jaringan teror yang ditangkap terakhir. Setelah selesai merangkai bom panci, mereka sedang mempersiapkan bom lainnya.

Pada Sabtu lalu, Densus 88 Anti Teror menangkap Nur Solihin, Dian Yulia Novita, Agus Supriyadi dan Abu Izzah alias Suyanto. Minggu (11/12) kemarin, secara berantai ditangkap dalam waktu yang berbeda tiga orang lainnya, Khafid Fathoni dan dua orang lainnya dengan inisial WP dan APM. APM merupakan perempuan kedua yang ditangkap karena bom panci.

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Mabes Polri Kombespol Martinus Sitompul mengatakan, APM ditangkap di Solo dan WP ditangkap di Klaten. Keduanya masih jaringan dari Nur Solihin yang direkrut Bahrun Naim.

”Dalam penangkapan itu ditemukan barang bukti yang menunjukkan fakta baru,” jelasnya.

Barang bukti itu diantaranya, botol cairan nitrat, cairan kimia yang belum diketahui, laptop, alat komunikasi dan buku jihad. Dengan barang bukti itu, ada kemungkinan mereka sedang mempersiapkan pembuatan bom lain, setelah bom panci selesai. ”Indikasi ini nanti akan diperkuat pemeriksaan pada semua terduga jaringan teror Nur Solihin,” terangnya.

Martinus menuturkan, kelompok Nur Solihin ini sepertinya menyiapkan beberapa aksi teror. Tidak hanya aksi teror tunggal dengan pengantin Dian Yulia Novita. ”Belum diketahui apa target untuk bom kedua ini,” ujarnya.

Yang pasti, perakit bom panci tersebut memang Nur Solihin. Namun, kemampuan untuk merakit bom itu ternyata dimiliki sebagian besar kelompok tersebut. Hal itu bisa jadi dikarenakan arahan dari Bahrun Naim. ”Kan mereka afiliasinya Bahrun Naim,” terangnya.

Selain tujuh orang terduga teroris ini, Densus 88 Anti Teror terus mengembangkan kemungkinan adanya orang lain yang terlibat. Dia mengakui, upaya untuk mengetahui seberapa besar jaringan ini masih dilakukan. Ketujuh terduga teroris itu saat ini sedang dalam pemeriksaan. ”Siapa saja yang terkait dengan mereka tentu harus dikejar,” paparnya.

Penyidik Densus 88 hanya tinggal memiliki waktu empat hari untuk memastikan status terduga teroris dan menaikkan status kasus tersebut. Dengan begitu Jumat mendatang, baru diketahui apakah ketujuh terduga itu menjadi tersangka atau tidak. ”Kami masih mengkaji rangkaian dari kasus ini,” ujarnya.

Sementara itu, pengamat teroris Al Chaidar menatakan, pemerintah memang harus menutup segala jalan komunikasi dengan antara markas ISIS di Suriah dengan jaringan di Indonesia. Terlebih lagi, komunikasi aktor perekrut ISIS asal Indonesia  Bahrun Naim dengan lingkarannya di tanah air.

’’Kalau perlu, pemerintah melakukan kerja sama dengan perusahaan telegram untuk mencegah adanya komunikasi mencurigakan,’’ jelasnya.

Dia menganggap pemerintah dan pihak yang melawan ideology ISIS sudah bisa meretas komunikasi mereka dari sebagian besar media. Dari media internet hingga telekomunkasi. Namun, komunikas via telegram tampaknya tak mudah disusupi tanpa persetujuan dari perusahaan.

“Jokowi harus sadar jika saat ini aparat keamanan dan pejabat merupakan target utama dari jaringan ISIS. Perlu ada upaya ekstra untuk menelusuri jaringan dan memutusnya,” terangnya.

Dia juga menambahkan, aparat juga harus belajar dari kasus-kasus terorisme di luar negeri. Karena, mungkin saja ekstrimis di Indonesia meniru cara mereka dan melakukannya di wilayah mereka. “Mulai dari penyerangan dengan truk, penyerangan dengan pisau, hingga penyergapan kantor media. Semua itu mungkin saja ditiru oleh jaringan di sini,” tegasnya.

KF Menunggu Masa Wisuda

Siapa sangka di balik sosok Khafid Fathoni (KF) yang dikenal pendiam tersimpan sebuah misteri. Sesuai rilis Mabes Polri yang disampaikan Kadiv Humas Irjen Boy Rafli Amar, KF yang berasal dari Dusun Gebang Desa Walikukun Kecamatan Widodaren, Ngawi itu memiliki peran sentral. Yakni, sebagai peracik bom panci yang memiliki daya ledak tinggi (high explosive).

Penangkapan KF jelas membuat pihak kerabat kaget.  Ridwan (66), seorang kerabat KF mengungkapkan jika selama ini KF dikenal ramah dengan keluarga. KF merupakan pemuda yang sopan dan menghormati kedua orangtuanya. KF saat ini sedang menunggu masa wisudanya di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Solo. ‘’Dia mau wisuda,’’ ujarnya.

Selama berkomunikasi dengan KF, kata dia, tak pernah ada pembicaraan yang mengarah ke ideologi radikal tertentu. Ridwan mengungkapkan, selama ini tak pernah melihat atribut aliran-aliran tertentu yang dibawa kerabatnya itu. ‘’Kami biasa berkomunikasi, tanya kabar. Tapi tidak pernah ada bahasan aliran-aliran ke arah fanatik agama,’’ ujar pensiunan PNS ini.

Sementara, Budiono, Ketua RT 002 Dusun Gebang, Desa Walikukun Kecamatan Widodaren, Ngawi mengungkapkan jika dalam kesehariannya KF merupakan pemuda pendiam. KF tidak banyak berkomunikasi dengan tetangga sekitarnya. Namun, pemuda 22 tahun itu dikenal aktif beribadah. Bahkan, hampir tiap subuh ke musala yang tak jauh dari rumahnya untuk menajalankan ibadah salat Subuh. ‘’Dia (KF, Red) dikenal pendiam, aktif ibadah,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Lawu.

Di sisi lain, Polres Ngawi siagakan dua pertiga personelnya untuk melakukan pengamanan di wilayah Bumi Orek-Orek. Hal tersebut dilakukan sebagai antisipasi adanya potensi serupa di Ngawi dan sekitarnya. Termasuk menekan ancaman yang dilakukan kelompok tertentu di wilayah Ngawi. ‘’Kekuatan kami dua pertiga personel yang sudah disiagakan,’’ ungkap Kompol Suhono, Wakapolres Ngawi.

Dia mengungkapkan, untuk meningkatkan pengamanan tersebut pihaknya terus berkoordinasi dengan Densus 88 Antiteror dan Satuan Brimob Polda Jatim. Misalnya dengan saling bertukar informasi untuk mendapatkan perkembangan terkini. Tentang potensi perkembangan kelompok-kelompok radikal yang masih mengancam. Wakapolres Ngawi ini mengaku, sudah menyiagakan sekitar 300 orang personelnya dari berbagai kesatuan dan jajaran di bawah Polres Ngawi. ‘’Bahkan sebelum adanya penangkapan (KF, Red) itu kami sudah mulai siaga,’’ beber Suhono.

Dia menuturkan, pihaknya mulai melakukan deteksi dini ancaman teroris dengan meletakkan personel di objek-objek vital wilayah hukumnya. Sayangnya, di mana titik tersebut tak disebutkan. Suhono mengungkapkan, deteksi dini itu dilakukan pula untuk peningkatan pengamanan masyarakat jelang liburan Natal dan tahun baru. Tiap kesatuan bertugas sesuai fungsi masing-masing, terutama Sat Intelijen. ‘’Tim intel sudah kami sebar koordinasi sudah kami lakukan objek-objek vital mana saja yang perlu ekstra pengamanan,’’ tambahnya.

Suhono juga menambahkan, akan mempersiapkan tim khusus untuk melakukan sterilisasi di sejumlah rumah ibadah di Ngawi. Petugas khusus itu diterjunkan dengan peralatan lengkap. Mulai dari alat pendeteksi logam, kaca identifikasi, dan sebagainya. Itu dilakukan untuk menekan adanya ancaman teroris saat hari-hari besar. Sterilisasi tersebut bakal dilakukan dalam waktu dekat. ‘’Nanti ada anggota yang diterjunkan khusus untuk melakukan sterilisasi rumah ibadah di Ngawi, mereka semua dilengkapi peralatan,’’ tambahnya.

Suhono masih enggan menyebutkan langkah yang akan diambil pihak kepolisian pasca penangkapan KF. Terkait sterilisasi rumah orang tua KF, Suhono mengaku menunggu hasil koordinasi yang dilakukan pihaknya dengan tim Densus 88. Sebab, kewenangan kebijakan terkait perkara itu ada di Densus 88 sebagai tim yang bertugas membasmi teroris di Indonesia. ‘’Nanti tunggu hasil koordinasi dengan satuan tingkat atas kami,’’ tambahnya. (idr/bil/ian/ota/jpg/adz)

Exit mobile version