Site icon SumutPos

Atasi Gizi Buruk di Medan, Dinkes Gandeng Pihak Ketiga

Triadi Wibowo/Sumut Pos_
Kepala Dinkes Kota Medan, Polita Nasution meninjau langsung pelayanan unit gigi jelang proses akreditasi puskesmas di Puskesmas Darusallam, Medan, Senin (13/2). Dijadwalkan pada 2017 akan ada 20 puskesmas di Kota Medan yang akan masuk dalam proses akreditasi pelayanan, sehingga diharapkan mampu menjadi pelopor pelayanan kesehatan sebelum masyarakat berobat ke rumah sakit.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Kesehatan Kota Medan menyusun program kerjasama dengan pihak ketiga. Hal itu dilakukan untuk mengatasi persoalan gizi buruk di Kota Medan.

Hal itu dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, drg Usma Polita, Senin (13/2). Melalui kerjasama ini, pihaknya membidik CSR untuk mengatasi gizi buruk di sekitar perusahaan.

“Melalui kerja sama ini, perusahaan akan bertanggung jawab dengan gizi buruk dan gizi kurang. Istilah Bapak Asuh di wilayahnya,” ujar Usma.

Usma mencontohkan Belawan, yang merupakan daerah yang banyak pabrik. Pabrik-pabrik tersebut seyogyanya memberi CSR kepada masyarakat sekitar yang terkena dampak dari limbah. Dengan cara itu, perusahaan yang bersangkutan juga bertanggung jawab dengan limbahnya.

Selain itu, Usma menyebut jika pihaknya juga akan bekerjasama dengan mitra kerja, yakni Badan Ketahanan Pangan Kota Medan. Usma menyebutkan, Badan Ketahanan Pangan memiliki sumber anggaram kesiapan pangan.

“Begitu juga dengan institusi pendidikan, akan diajak kerjasama untuk penjaringan sehingga ke depan data gizi burik dan gizi kurang benar-benar falid,” paparnya.

Dengan data yang falid, akan dapat direncanakan penanganannya, apa hanya akan menggunakan APBD atau harus melibatkan mitra kerja. Hal itu bertujuan agar semua dapat diakomodir dengan anggaran terbatas.

Diakui Usma, anggaran yang ada saat ini, sebenarnya dipriorotaskan untuk warga miskin dan anak terlantar. Anggaran untuk penanganan gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2016, sekitar Rp 1 miliar, sedangkan tahun 2017 ini nihil.

Usma mengaku wajar terjadi peningkatan jumlah penderita gizi buruk di Medan. Pada tahun 2015 hanya 113 orang dan tahun 2016 meningkat menjadi 120 orang. Usma menilai ini hal positif, karena penjaringan berhasil, sehingga penanganan dapat dilakukan.

Dikatakan Usma banyak faktor mempengaruhi gizi buruk, seperti ekonomi, faktor pengetahuan soal gizi, prilaku serta penyakit penyerta. Oleh karena itu, semua pihak harus memberi perhatian terhadap kasus gizi buruk dan gizi kurang. (ain/dek)

 

Exit mobile version