Site icon SumutPos

Panah Beterbangan, Puluhan Gubuk Dibakar

Foto: RIZKY/PM Sejumlah anggota BPRPI Sumut yang terluka  dalam bentrok dengan PTPN II, mengadu ke Polresta Medan, Jumta (13/11/2015).
Foto: RIZKY/PM
Sejumlah anggota BPRPI Sumut yang terluka dalam bentrok dengan PTPN II, mengadu ke Polresta Medan, Jumta (13/11/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Setelah pada Rabu (12/11) pagi sempat bergejolak, bentrokan antara penggarap dan PTPN II kembali terjadi di Jl Jati Rejo Psr VII, Desa Sampali, Kec Percut Seituan. Panah beterbangan dan puluhan gubuk dibakar.

Peristiwa itu terjadi Kamis (13/11) sekira pukul 07.30 WIB. Parahnya lagi, 9 anggota BPRPI (Badan Perjuangan Rakyat Penunggu Indonesia) terluka.

Sembilan korban luka akibat terkena ketapel dan tembakan panah. Depriadi yang saat kejadian berada di posko mengatakan Pagi itu, ratusan orang dari pihak PTPN II dikawal personel Brimob dan security mendatangi lokasi. Mereka menumpang 4 mobil truk Colt Diesel.

Keributan dan saling lempar batu pun terjadi. Pihak PTPN II langsung menangkap 6 orang yang berada di dalam, kemudian langsung dipukuli.

“Kami semua yang ada di posko dipukuli dan posko kami dihancurkan menggunakan balok serta dibakar. Beruntung la kami masih bisa menyelamatkan diri,” ucap Depriadi.

Berhasil kabur, dirinya memanggil rekannya yang lain.

“Saat kami mendatangi pihak PTPN II lagi, semua (50) gubuk yang berada di pertengahan sawah sudah dibakar. Tanaman pihaknya sudah dibabat pihak PTPN II,” jelas Depriadi.

Tak terima, Depriadi Cs melawan. Mereka melempari massa PTPN II menggunakan batu. “Kami hanya sekitar 20 orang, mereka (PTPN II) lebih dari 100 orang. Jarak kami saling lempar pun hanya berjarak 30 meter. Makanya kening saya bocor kena ketapel,” tandas ayah empat anak itu.

Sementara, Ketua BPRPI, Feri Pribadi alias Dede mengaku sudah yakin akan ada serangan susulan.

“Kabarnya seminggu ini mereka (PTPN II) bakal menyerang kami terus. Saat kejadian tadi pagi, saya kebetulan masih dirumah,” ucap Dede.

“Semalam (Rabu (12/11)) kan posko jaga kami dibakar. Kami dirikan lagi. Dan pagi saat di posko ada 6 orang yang menjaga, tiba-tiba pihak PTPN II datang dan langsung menyerang anggota kami secara membabi buta,” tambah Dede.

Dede mengatakan tidak gentar menghadapi pihak PTPN II. Sebab dia mengklaim tanah itu merupakan tanah ulayat yang dipertahankan pihaknya.

“Kami cuma bisa melawan apa, mereka memiliki senjata seperti balok, kayu, panah serta ketapel. Sementara kami hanya bisa melemparkan batu ke arah mereka,” tandas Dede.

Tak terima, massa BPRPI mendatangi Polresta Medan untuk membuat pengaduan. Laporan kemudian diterima dalam surat STTLP/3140/K/XI/2015/ SPKT Resta Medan.

Saat membuat pengaduan 9 korban ikut dimintai keterangan. Diantaranya, Rinal Novian, Awang, M Usman Khadafi, Hermansyah, Depriadi, Muhadi, Asnan dan Sunarti.

Terpisah, Humas PTPN II, Sutan Panjaitan mengatakan lahan tersebut masih areal Hak Guna Usaha (HGU). Dia juga membantah massa yang datang merupakan preman bayaran.

“Itu murni karyawan PTPN II. Itu tindakan untuk mempertahan aset negara,” tegasnya saat dihubungi Jumat (13/11) malam.(cr-1/ala)

Exit mobile version