Site icon SumutPos

Aiptu Amril, Dirikan Rumah Pintar di Belawan dengan Kocek Pribadi

Aiptu Amril, mengajari anak-anak pemulung di TPA Terjun, Medan Marelan, belum lama ini. Dia mendidik anak-anak pemulung yang putus sekolah dengan koceknya sendiri.

SUMUTPOS.CO – Polisi yang satu ini memiliki hati yang peduli. Melihat anak-anak pemulung tak lelah mengais barang bekas di tumpukan sampah, hatinya trenyuh. Apalagi saat mengetahui, kebanyakan di antaranya anak putus sekolah. Ogah berdiam diri, Maret tahun lalu ia bertindak. Sebuah rumah pintar didirikannya khusus untuk anak-anak pemulung. Berkat kegigihannya, kini anak-anak pemulung itu bisa memiliki ijazah melalui program paket A, B dan C.

==============================================================================

FACHRIL SYAHPUTRA, MARELAN

==============================================================================

Aroma tak sedap dari tumpukan sampah yang menggunung begitu menyengat hidung. Di sudut persimpangan, tak begitu jauh dari pemukiman warga, terlihat aktivitas petugas kebersihan mengatur antrean truk sampah yang datang dari berbagai penjuru Kota Medan di tempat pembuangan akhir (TPA), Jalan Paluh Nibung, Kelurahan Terjun, Medan Marelan, Sabtu (13/1).

Begitu juga dengan para pemulung, walaupun kotoran melekat di pakaian dan tubuh serta aroma tak sedap menyengat ke hidung, tak membuat mereka lelah mengais barang bekas di tumpukan sampah. Aktivitas itu harus mereka lakukan demi kelangsungan hidup untuk mencari nafkah, walaupun itu sangat membahayakan kesehatan. Bagi pemulung, sampah adalah masa depan mereka.

Bagi mereka, faktor pendidikan yang rendah membuat mereka harus menggantungkan hidup di tumpukan sampah. Di tengah kondisi inilah, Aiptu Amril, personel Polsek Medan Labuhan ingin mengubah ‘warisan’ pemulung itu hingga ke anak cucu mereka.

Aiptu Amril, mengajari anak-anak pemulung di TPA Terjun, Medan Marelan, belum lama ini. Dia mendidik anak-anak pemulung yang putus sekolah dengan koceknya sendiri.

Sebagai polisi yang dipercayakan tugas Bhabinkamtibmas di Kelurahan Terjun, muncul di pikirannya untuk mengabdi dan mengajak anak-anak pemulung yang putus sekolah untuk belajar. Polisi berusia 41 tahun ini terpanggil secara sukarela, karena merasa prihatin dengan anak pemulung yang tidak merasakan dunia pendidikan. Sejak Maret 2017 lalu, Aiptu Amril pun menawarkan pengabdiannya kepada anak-anak pemulung untuk bisa belajar bersamannya.

Bermodalkan ide yang sederhana, Aiptu Amril yang telah mempersiapkan alat tulis-menulis dari hasil merogoh kocek pribadinya, mengajak anak pemulung belajar di antara tumpukan sampah dengan beratapkan tenda. “Saya pertama kali mengajar mereka di tumpukan sampah, itu ada seminggu saya mengajar mereka. Saya lihat, mereka serius dan semangat untuk belajar,” cerita Aiptu Amril.

Pengabdiannya untuk mendidik anak-anak pemulung ini ternyata mendapat apresiasi dan dukungan dari pimpinannya di Polsek Medan Labuhan kala itu dijabat Kompol Yasir Ahmadi. Tercetuslah usulan untuk mendirikan Rumah Pintar di TPA Terjun. Setelah berkoordinasi dengan Kepala TPA Terjun, Pahala Rajagukguk akhirnya Aiptu Amril diizinkan menggunakan ruang aula Kantor TPA Terjun untuk dijadikan tempat belajar.

“Sekarang saya bersyukur, anak-anak pemulung bisa belajar di ruangan yang bersih dan tidak harus menghirup aroma tidak sedap. Bahkan, kami juga mendapat dukungan dari pihak swasta dan anggota DPRD,” ungkap Aiptu Amril.

Tempat belajar yang diberi nama Rumah Pintar TPA Terjun Bhabinkamtibmas Polsek Medan Labuhan itu, kini telah memiliki 60 murid. Mereka yang ingin belajar tidak hanya dari pemulung, namun, ada dari masyarakat sekitar yang putus sekolah. “Dari 60 anak-anak yang belajar di sini, ada lima orang dari masyarakat sekitar. Mereka ikut juga belajar dengan anak pemulung. Bahkan kemarin, ada siswa kita yang ikut ujian paket C yang diprogramkan pemerintah,” jelas Amril.

Dijelaskan Aiptu Amril, berdirinya Rumah Pintar TPA Terjun sudah teroganisir dari staf pengajar yang turut mendukungnya secara sukarela. Dalam memberikan materi pejalaran kepada siswa-siswi, Aiptu Amril dibantu enam pengajar. “Saya disini tidak lagi sendiri, ada 6 guru yang ikut membantu saya, mereka ikut memberikan materi. Sekarang ini sudah kita jadwalkan peroses belajar tiga kali seminggu dengan waktu Selasa, Kamis dan Sabtu,” katanya.

Para anak pemulung yang ikut belajar, sebelumnya terlebih dahulu membatu orang tua mencari barang bekas di tumpukan sampah, ketika masuk jam belajar anak-anak itu meninggalkan tugas mereka mencari barang bekas. “Harapan saya, dengan adanya sarana prasarana dan staf pengajar yang sukarela, anak-anak pemulung tidak lagi putus sekolah, mereka bisa memperoleh pendidikan bahkan bisa memiliki ijazah melalui program paket A, B dan C. Jadi, anak pemulung bisa mengubah nasibnya tidak lagi tergantung pada sampah,” ungkap polisi berusia 41 tahun ini.

Amril juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah mensosialisasikan secara luas, sehingga staf pengajar yang ikut membantunya terpanggil untuk mengabdi memberikan pendidikan kepada anak pemulung. “Kami di sini bekerja secara sukarela demi masa depan anak-anak ini. Bahkan kami rela mengeluarkan uang dari kantong pribadi agar sarana alat belajar tetap terdukung,” bebernya.

Aiptu Amril, mengajari anak-anak pemulung di TPA Terjun, Medan Marelan, belum lama ini. Dia mendidik anak-anak pemulung yang putus sekolah dengan koceknya sendiri.

Meski begitu, Amril tidak putus asa dan terus semangat untuk mengembangkan Rumah Pintar TPA Terjun dan memberikan bekal ilmu kepada anak-anak pemulung. “Semoga semangat ini jadi motivasi saya dan bisa menjadikan anak pemulung yang lebih baik dan jauh dari kenakalan remaja serta narkoba,” sebut Aiptu Amril.

Kepala TPA Terjun, Pahala Rajagukguk mengaku sangat berterima kasih dengan adanya ide cemerlang serta rasa prihatin Aiptu Amril untuk berperan dan peduli kepada anak pemulung dalam dunia pendidikan. “Kita terus mendukung kegiatan Rumah Pintar TPA Terjun yang sudah berdiri, dengan adanya aula yang sudah kita siapkan, kita harapkan anak – anak pemulung dapat terus belajar,” harapan Pahala.

Seorang staf pengajar, Syariah mengaku ikut berperan secara sukarela membantu mengembangkan Rumah Pintar TPA Terjun, karena merasa prihatin kepada anak pemulung. “Saya sehari-hari buka PAUD, karena saya punya dasar pendidikan, saya terpanggil secara sosial membantu Pak Amril, makanya saya hadir untuk ikut mengajarkan anak-anak pemulung ini,” ungkap Syariah.

Dia juga bersyukur, dalam mengembangkan Rumah Pintar TPA Terjun dipercayakan sebagai sekretaris. Bahkan, wanita yang juga anggota Karang Taruna Medan ini membantu Aiptu Amril bersama dua rekannya, Hj Tri Astuti, Miratmi, Astina, Gita Prima Dhati dan Marlina.

“Kami di sini Mengabdi tanpa gaji, kami hanya berharap agar pemerintah dapat membantu dan mendukung agar Rumah Pintar TPA Terjun ini bisa berkembang, mudah-mudahan kami dapat difasilitasi komputer, karena ujian untuk program paket A, B dan C sudah menggunakan komputer,” harap Syariah.

Seorang siswi, Evi Sabrianti yang putus sekolah untuk melanjutkan ke bangku SMA, mengaku, sangat terbantu dengan adanya Rumah Pintar TPA yang dapat melanjutkan ilmu pendidikannya agar memperoleh ijazah paket C. “Saya ini keluarga pemulung, saya sudah punya anak 3, tapi ingin mengubah nasib kerja yang bisa setara dengan ijazah SMA. Makanya saya mau belajar disini. Berkat rumah pintar ini, saya tahun ini bisa ikut ujian Paket C,” kata wanita berusia 30 tahun ini.

Berbeda dengan Masitah, wanita berusia 21 tahun ini putus sekolah di bangku SMA karena kecelakaan dan kekurangan ekonomi. Dengan semangat untuk mencapai cita – cita, dirinya meniatkan untuk belajar di Rumah Pintar TPA Terjun.

“Saya ini bukan anak pemulung, tapi saya ini kemari ingin belajar dan ingin punya ijazah agar bisa kuliah. Dulu saya putus sekolah karena kecelakaan dan tidak ada biaya. Mudah – mudahan dengan saya ikut belajar disini, saya bisa dapat ijazah untuk kuliah,” ungkap Masitah. (*/adz)

Exit mobile version