Site icon SumutPos

Lima Bom: Pelaku Tiga Keluarga

Dita Supriyanto (sang ayah), bersama istri dan keempat anaknya, yang melakukan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5).

SUMUTPOS.CO – Setelah bom bunuh diri yang meledak di tiga gereja, Minggu (13/5) pagi, disusul bom di Sidoarjo Minggu malam, bom bunuh diri kelima meledak di Mako Polrestabes Surabaya, Senin (14/5) pagi sekitar pukul 08.50 WIB.

Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Frans Barung Mangera menyebut, 10 korban luka terdiri dari 4 anggota polisi, 6 dari masyarakat yang hendak meminta layanan di Mapolrestabes Surabaya. “Korban anggota kepolisian daerah Jatim sudah dirujuk ke RS Bhayangkara,” ujar Frans Barung.

Informasi yang didapat, benda yang diduga bom meledak di depan pos pintu penjagaan sisi Timur. Dari rekaman CCTV, benda tersebut diduga dibawa dua orang yang berboncengan. Saat itu keduanya mau masuk ke dalam Mapolrestabes Surabaya.

Di pos penjagaan tersebut ada empat orang anggota yang berjaga. Motor masuk melalui sisi kiri mobil Toyota Avanza hitam. Saat petugas hendak memeriksa motor, tiba-tiba ledakan terjadi. Selain polisi, ada juga masyarakat yang jadi korban.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menyebut, terduga pelaku bom bunuh diri Mapolrestabes Surabaya, Senin (14/5) pagi, merupakan satu keluarga. Pelaku lima orang, salah satunya anak kecil, mengendarai dua sepeda motor. Empat pelaku tewas, sedang si anak masih selamat.

“Mereka satu keluarga lagi, lima orang, satunya anak kecil. Empat pelaku meninggal, si anak terlempar, masih selamat,” ungkap Kapolri saat menyampaikan keterangan pers, beberapa saat lalu.

Tidak ada korban jiwa dari pihak kepolisian. “Tapi ada yang terluka,” kata Tito. Polisi bisa dengan cepat melakukan identifikasi pelaku, karena sebenarnya mereka juga dalam proses pengejaran. “Mereka bagian dari kelompok Dita (Dita Oeprianto, otak pengeboman tiga gereja di Surabaya, red),” ujar Tito.

Dari Kartu Keluarga (KK) pelaku pengeboman yang ditemukan polisi, diketahui pelaku masih satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan tiga orang anak. Mereka adalah Tri Murtiono, 50, selaku kepala keluarga; Tri Ernawati, 43, istri Murtiono; Ais, putri Murtiono. Ketiganya ada di motor Honda Supra nopol L 3559 D yang berada paling depan saat masuk ke dalam Mapolrestabes Surabaya.

Sedangkan dua motor di belakang ditunggangi M. Daffa Amin Murdana, 18, dan M. Dary Satria, 14. Keduanya juga anak laki-laki dari Tri Murtiono dan Tri Ernawati. Mereka mengendarai Honda Beat L 6629 NN.

Polisi menemukan rakitan bom yang sudah meledak. Rakitan bom itu terdiri dari benda berbentuk pipa, gulungan kabel dan dudukan baterai.

Empat pelaku tewas dalam insiden pengeboman. Sedangkan anak bungsunya Ais berhasil diselamatkan Kasat Reskoba Polrestabes Surabaya AKBP Roni Faisal S. Faton. Dia dilarikan ke RS Bhayangkara.

Tri Murtiono tercatat sebagai warga Krukah, Surabaya. Dia terindikasi punya keterkaitan dengan keluarga Dita Oepriarto dan Puji Kuswati. Yakni, jaringan JAD-JAC cabang Surabaya.

“Kenapa mereka beraksi di Surabaya, karena cell (jaringan) mereka di Surabaya. Selain itu, pimpinan mereka di Jawa Timur juga sudah ditangkap,” kata Kapolri Jendral Tito Karnavian kepada wartawan di Mapolda Jawa Timur (Jatim), Jalan A Yani, Surabaya, Senin (14/5).

Terror bom yang dilakukan satu keluarga ini, menjadi rentetan terror serupa di di Surabaya dan Sidoarjo, yang menewaskan puluhan orang. Tiga keluarga menjadi pelaku di seluruh pengeboman itu.

Data dihimpun, satu keluarga yang menjadi pelaku pengeboman di tiga gereja Surabaya terdiri atas Dita Oepriarto (ayah), Puji Kuswati (ibu), dan empat anak, yakni YF, FH, FS, dan P. Mereka bergabung dalam jaringan teroris JAD-JAT.

Kemudian, pengeboman yang tiba-tiba meledak di Rusun Wonocolo, Sidoarjo, Jatim, pada Minggu (13/5) pukul 22.00 WIB, ada enam pelaku yang merupakan satu keluarga. Identitas pelaku yang tewas adalah Anton Febrianto (47), Puspita Sari (47, istri Anton), dan LAR (17, anak pertama Anton). Pelaku yang luka-luka adalah AR (15, anak kedua Anton), FP (11, anak ketiga Anton), dan GHA (11, anak keempat Anton). Dari 3 anak Anton, 2 di antaranya dirawat di RS Bhayangkara. Mereka yang dirawat adalah FP dan GHA.

Dalam peristiwa ketiga yang terjadi Senin tadi di depan gerbang Mapolrestabes Surabaya, lima orang yang terlibat juga merupakan satu keluarga. Dalam peristiwa itu, 4 pelaku meninggal, seorang anak kecil selamat. (mag-01/bbs/mea)

 

 

Exit mobile version