Site icon SumutPos

Peziarah Berkurang, Penjaga Kuburan Gigit Jari

DANIL SIREGAR/SUMUT POS - MENANGIS: Warga Asam Kumbang menangis melihat pemakaman sanak saudaranya telah dibongkar pihak pengembang di TPU, Jalan Bunga Sedap Malam, Selasa (9/6) lalu.
DANIL SIREGAR/SUMUT POS – MENANGIS: Warga Asam Kumbang menangis melihat pemakaman sanak saudaranya telah dibongkar pihak pengembang di TPU, Jalan Bunga Sedap Malam, Selasa (9/6) lalu.

SUMUTPOS.CO- Masyarakat Kota Medan biasanya memanfaatkan moment menyambut bulan suci Ramadan dengan berziarah ke makam sanak keluarga. Maka dari itu, setiap perkuburan hampir di sudut Kota Medan selalu ramai dikunjungi masyarakat, beberapa hari menjelang bulan suci Ramadan.

Momen ziarah kubur menjelang Ramadan ini juga biasanya dimanfaatkan para penjaga kuburan untuk mendapatkan uang tambahan. Biasanya uang tersebut diperoleh dari para peziarah yang datang.

Namun, para penjaga kuburan di tanah wakaf Jalan Bunga Palem 1/ Jalan Sedap Malam, Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang, tahun ini harus gigit jari. Pasalnya, penghasilan mereka tahun ini menurun drastis karena pengembang telah memindah sebagian kuburan di tanah wakaf yang rencananya akan dijadikan wahana permainan itu.

Selain itu, akses menuju perkuburan yang pengelolaannya berada di bawah STM Bunga Asoka itu ditutup dengan tanah, sehingga membuat kendaraan sulit masuk ke lokasi perkuburan.

Mayang, penjaga makam perkuburan STM Bunga Asoka mengaku tidak sesibuk tahun lalu. Biasanya, beberapa hari menjelang bulan suci Ramadan, jumlah peziarah melonjak drastis.

Akan tetapi, setelah adanya pemindahan kuburan ke lokasi lain dalam rangka pembangunan wanaha hiburan, maka jumlah peziarah jauh berkurang. Untuk itu, Mayang hanya disibukkan menutup lubang kuburan bekas galian. “Hari ini saja cuma beberapa orang yang berziarah,” ujarnya di sela-sela kesibukannya kepada Sumut Pos, Minggu (14/6).

Sore itu, Mayang hanya terlihat melayani satu keluarga yang datang untuk berziarah. “Mereka dulunya warga sini, cuma sekarang sudah pindah,” tambahnya.

Wanita berusia 59 tahun itu pun mengaku kecewa dengan rencana penggusuran tanah wakaf perkuburan. Apalagi, ketika seluruh perkuburan berhasil dipindahkan, maka pekerjaannya sudah tidak ada lagi. Mendekati Bulan Suci Ramadan, kata Mayang, dia biasanya mendapatkan berkah atau rezeki berlipat ganda dari para peziarah.

“Peziarah tahu kalau saya itu hidup sendiri (janda), dan pekerjaan sehari-hari hanya menjaga dan merawat perkuburan. Biasanya mau bulan puasa seperti ini, saya dapat banyak bingkisan atau sedekah. Dengan kondisi seperti ini, saya tidak dapat apa-apa lagi,” tuturnya.

Mayang yang bertempat tinggal tidak jauh dari perkuburan menambahkan, rumah tinggalnya berdiri di atas tanah saudara kandungnya. Dimana saudara itu berpesan agar tanah tersebut tidak dijual kepada pihak di luar STM. “Karena tanah itu juga sudah ada beberapa kuburan keluarga, kalau pihak STM mau beli untuk perluasan perkuburan boleh, kalau untuk pengembang tujuan komersil tidak,” bilangnya.

Kata dia, pihak STM dan keluarga yang enggan kuburannya direlokasi melakukan aksi unjuk rasa menolak rencana penggusuran kuburan, Selasa (9/6) lalu.

Hasilnya, sesaat setelah aksi tersebut malah pihak pengembang menutup jalan. “Jadi orang kecil susah menghadapi orang besar yang punya uang,” sebutnya.

Dia sendiri pun tidak dapat memastikan apakah perjuangan pihak STM Bunga Asoka untuk mempertahankan tanah wakaf perkuburan akan berhasil atau tidak. Namun, melihat situasi dia berharap pengurus STM saat ini konsisten memperjuangkan perkuburan tanah wakaf agar tidak dapat berpindah ketangan pihak yang hanya mencari keuntungan pribadi. “Hanya Allah yang bisa menjawab doa-doa orang teraniaya,”tukasnya.

Misriadi, penjaga kuburan menambahkan, sudah seharusnya rencana pemindahan kuburan dihentikan.

Pasalnya, tanah perkuburan itu merupakan tanah wakaf. Dimana ada aturan yang melarang peralihan tanah wakaf untuk kepentingan komersil. “Ada UU yang mengatur itu semua, tapi kenapa tetap tidak melawan orang yang memiliki uang,” timpalnya.(*)

Exit mobile version