Site icon SumutPos

Warga Madina Takut Gunakan Air Sumur

Pembahasan Konflik Tambang Emas Martabe Masih Tunggu Menteri

MEDAN-Upaya penyelesaian konflik tambang emas Martabe di Desa Aekpining, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), belum menemui titik terang.

Terlihat, tidak diterimanya tim penyelesaian konflik tambang emas, yakni tim advance bentukan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) dan pihak Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumatera Utara (Sumut) serta Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Sumut oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik.

Batalnya pertemuan itu merupakan kali kedua. Pertama, Senin (8/10) lalu, dengan alasan sang menteri tengah melakukan kunjungan kerja ke Bali. Pembatalan rencana pertemuan kedua, Kamis (11/10), alasannya jadwal sang Menteri ESDM yang padat. “Belum ada pertemuan, masih padat ac pak menteri,” jawab Ketua Tim Advance Provsu, Eddy Sofyan kepada Sumut Pos, Minggu (14/10).

Hal senada juga dikemukakan, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Kadistamben) Sumut, Untungta Kaban. ”Pertemuannya belum jadi, karena jadwal pak Menteri ESDM padat,” katanya.

Untungta menyebutkan, sudah diagendakan kembali rencana pertemuan dengan Menteri ESDM, Jero Wacik, pada Selasa (16/10) atau Rabu (17/10) mendatang.

“Kemungkinan Selasa atau Rabu, tanggal 16 atau 17 Oktober 2012,” akunya.

Begitu pula jawaban Eddy Sofyan, Ketua Tim Advance yang juga Kepala Badan Kesatuan Kebangsaan, Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kaban Kesbangpol dan Linmas) Provsu ini. “Kita masih menunggu jadwal pertemuan dari menteri,” cetusnya.

Sebelumnya, pihak perusahaan tambang emas melalui Communications Managernya, Katarina Hardono, mengaku pihaknya tidak terlibat atau diundang dalam pertemuan dengan Menteri ESDM, Jero Wacik.

“Tidak ada yang ikut, karena memang tidak diundang. Itu rapat internal jajaran pemerintah terkait saja. Tapi kami sudah siap, untuk dipanggil jika sewaktu-waktu diperlukan,” terang Katarina.

Di tengah kesibukan tim membahas konflik tambang emas Martabe, warga Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailingnatal (Madina) yang berdekatan dengan Tapsel, mengeluhkan penambang emas liar di sekitar wilayah mereka. Warga mengaku jarang menggunakan air sumur di rumah untuk dikonsumsi menjadi air minum, karena khawatir air sumur mereka terkontaminasi air raksa yang dianggab tidak baik bagi kesehatan.

“Warga di sejumlah desa di Hutabargot belakangan ini tidak lagi mengonsumsi air sumur untuk diminum melainkan membeli air minum kemasan galon, padahal selama ini warga tidak pernah mau membeli air galon itu dan memilih air sumur untuk semua kebutuhan mereka, akibat tambang emas liar itu,” kata Rukiah (41) warga Simalagi kepada METRO Tabagsel (Group Sumut Pos). Minggu (14/10) di Panyabungan.

Menurutnya, warga menemukan ratusan unit galundung yang pengoperasiannya menggunakan air raksa untuk menghancurkan batu mencari emas. “Makanya, kami takut menggunakan air sumur, sebab air sungai yang mengaliri di sini sudah tercemar air raksa itu,” katanya. (ari/smg)

Exit mobile version