Site icon SumutPos

USU Manfaatkan Tekhnologi Drone untuk Pemetaan Hutan Mangrove

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Universitas Sumatera Utara (USU) kembali mengedukasi dan membantu masyarakat pesisir melakukan pemetaan dengan teknologi drone atau pesawat nirawak. USU melakukan pemetaan potensi kawasan mangrove di pesisir Belawan.

Onrizal, pakar kehutanan USU mengatakan, pemetaan ini sudah mereka lakukan sejak Juni hingga Desember 2021. “Masyarakat yang tergabung di dalam Koperasi Nelayan Cinta Mangrove, juga kita berikan berbagai pelatihan,” kata Onrizal, ketika ditemui wartawan di sela sela kegiatannya.

Lebih lanjut, Onrizal yang merupakan penggagas desa binaan USU di pesisir Belawan ini menjelaskan, pemetaan dilakukan untuk mengetahui potensi hutan mangrove di sekitar Kampung Nelayan Seberang seluas 152 ha yang dikelola sebagai ekowisata mangrove. “Kita tahu ekowisata ini berpotensi meningkatkan perekonomian masyarakat,” kata Onrizal.

Onrizal juga mendorong pelestarian mangrove yang selama ini terus tergusur karena berbagai aktifitas eksploitatif. Baik karena perkebunan sawit hingga tambak.

Irwan, seorang tokoh masyarakat Kampung Nelayan Seberang yang juga pengurus Koperasi Nelayan Cinta Mangrove (KONACIM) menyampaikan, konversi mangrove di sekitar kampung mereka dan bagian hulu sejak era 2000-an. Mulai untuk perkebunan kelapa sawit dan tambak. Kondisi ini telah mengancam kehidupan mereka. “Hasil tangkapan ikan nelayan terus berkurang. Banjir rob juga semakin sering terjadi dan semakin tinggi,” ungkap Irwan.

Kondisi ini mendorong KONACIM bersama masyarakat untu melestarikan mangrove. Upaya pelestarian sudah berjalan sejak 2020 lalu.

Hasil pemetaan dengan menggunakan drone menunjukan sebagian mangrove di pesisir Belawan telah dikonversi menjadi tambak dan perkebunan kelapa sawit. Perkebunan Kelapa Sawit berada di bagian hulu dari pulau yang dihuni masyarakat Kampung Nelayan Seberang. Sedangkan, pertambakan baik yang masih aktif dan maupun yang sudah ditinggal terdapat di pulau dan di sekitar Kampung Nelayan Seberang.

Masyarakat juga masih melihat setiap hari ada perahu yang membawa kayu-kayu bakau. Baik dibawa ke Belawan atau lokasi lainnya.

Achmad Siddik Thoha, pilot drone dari Fakultas Kehutanan USU menerangkan bahwa berdasarkan hasil drone diketahui sebagian mangrove di Kampung Nelayan Seberang masih tergolong baik dan lebat. Sebagian lain termasuk mangrove yang tergolong jarang akibat penebangan pohon mangrove. Sebagian lagi, mangrove relah dikonversi menjadi tambak.

“Oleh karena itu, teknologi drone sangat penting dalam pengelolaan hutan mangrove mulai dari perencanaan dan pengelolaan sampai kegiatan moniroing dan evaluasi kegiatan ekowisata mangrove dan aktivitas masyarakat yang berdampak pada ekosistem mangrove,” ungkapnya.

Sampai saat ini, USU terus menjalin kerjasama dengan Dinas Kehutanan Sumatera Utara dan UPT/OPD lainnya di tingkat nasional, provinsi dan daerah serta komponen masyarakat lainnya, termasuk LSM/NGO dan dunia bisnis dalam mendukung pengelolaan mangrove secara lestari. Karena pada prinsipnya, upaya konservasi harus dilakukan secara kolaborasi. (rel/adz)

Exit mobile version