Site icon SumutPos

AWAS! Februari, Ada Potensi Teror: Racun dan Bom

Foto: Natalia Fatimah Laurens/JPNN Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan.
Foto: Natalia Fatimah Laurens/JPNN
Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah dan aparat keamanan kini sedang berancang-ancang kembali menghadapi potensi teror. Namun, seperti deteksi yang sempat dilakukan sebelum terjadinya serangan Thamrin pada pertengahan Januari 2016 lalu, pemerintah dan aparat juga belum bisa memastikan waktu dan tempatnya.

”Kami tahu, mereka (teroris, Red) sudah mau menyerang sekarang ini, pengumuman ini seperti dulu kami umumkan pada Desember 2015,” beber Menteri Koordinator Polhukam Luhut Pandjaitan, saat rapat gabungan bersama Komisi I dan II, di Komplek Parlemen, Jakarta, Senin (15/2).

Luhut menyatakan, berdasar informasi yang diterimanya tersebut, pemerintah dan aparat baru sebatas bisa melakukan pemantauan. “Sekarang, kita lihat, Februari ada atau tidak,” tegasnya.

Meski sama seperti deteksi terdahulu, dia menegaskan kalau tidak ada istilah kecolongan dalam penanganan aksi terorisme. Sebab, menurut dia, secanggih apapun operasi intelijen, tetap tak bisa menebak waktu dan posisi serangan teroris. ”Karena aksi itu menyangkut orang dan hati, maka dari itu kami kejar terus,” lanjutnya.

Luhut menambahkan, sulitnya mengetahui waktu dan tempat secara persis aksi terorisme bukan hanya dirasakan Indonesia. ”Tidak ada satupun intelijen negara yang tahu soal besok atau lusa akan terjadi teror. Kalau ada, kami bisa belajar,” lanjutnya.

Meski demikian, dia menegaskan, kalau pemerintah dan aparat tidak akan bernegoisasi dalam hal penindakan terhadap para teroris. Setiap ada serangan, serbuan akan langsung dikerahkan tanpa kompromi.

”Begitu (teroris) attack langsung serbu, tidak beri waktu konsolidasi,” tegas purnawirawan jenderal tersebut.

Selain Luhut, hadir pula dalam rapat gabungan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Menkumham Yasonna Laoly, dan Wakabin Torry Johar. Dalam rapat, sejumlah sorotan dari anggota DPR sempat dialamatkan pada pemerintah dan aparat dalam hal penanganan terorisme di tanah air.

Sementara Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menjelaskan, terdapat informasi intelijen bahwa kelompok teror akan menggunakan racun dalam menyerang anggota Polri. ”kan ada banyak cara yang mereka gunakan, bom, menembak dan yang kali ini racun,” tuturnya.

Untuk mengantisipasinya, maka semua anggota Polri diwajibkan lebih hati-hati terhadap pemberian makanan dan minuman saat bertugas. Kalau perlu membawa makanan atau bekal sendiri. ”Ya, harus lebih waspadalah. Ancaman menggunakan racun itu tidak hanya sekarang, dulu juga pernah,” tuturnya.

Lalu, petugas juga harus menggunakan pelindung tubuh atau rompi anti peluru saat bertugas. Saat bertugas itu ada juga ada satu orang yang harus mengawasi keadaan. ”Tentunya, mengantisipasi keadaan yang tidak diinginkan,” ujarnya.

Rapat gabungan tersebut di antaranya juga membicarakan revisi UU Terorisme yang drafnya sudah masuk ke DPR. Secara garis besar, pemerintah berharap DPR segera menuntaskan pembahasan dalam masa sidang kali ini yang bakal berakhir pada Maret 2016 mendatang. (dyn/bay/idr/flo/jpnn)

Exit mobile version