Site icon SumutPos

Mantan Kabag Humas Pemko Medan Jadi Perajin Ukiran Batok Kelapa

Khairul Bukhari

Mantan Kabag Humas Pemko Medan, Khairul Bukhari (47) kini menjadi perajin ukiran batok kelapa. Usaha tersebut sudah sejak kecil dan secara otodidak dikerjakannya karena merupakan keturan dari kakeknya.

M Sahbainy Nasution, Medan

BATOK KELAPA: Khairul Bukhari menunjukkan hiasan batok kelapa.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

Khairul Bukhari merupakan mantan Kabag Humas Pemko Medan pada tahun 2010 tapi hana hanya setahun menjabat. Dia juga mantan Lurah Pasar Baru tahun 2004-2006, Lurah di Titi Papan pada tahun 2002-2006 dan sempat setahun menjadi Camat Medan Area tahun 2006-2009.
“Saya bisa menjadi pejabat karena saya pernah mengecam pendidikan Akademik Pemerintahan Dalam Negeri (APDN),” katanya.

Selain itu, katanya, istrinya juga seorang mantan camat di Pagar Merbau, Deliserdang.

Sejak tak menjabat lagi, pria yang punya anak satu ini pun banting setir menjadi pengusaha. Kairul menceritakan dua kakeknya merupakan seniman. Kakek dari ibunya merupakan seniman membuat perhiasan rumah dan grafis.

Sedangkan kakek dari ayahnya merupakan desainer bangunan dari zaman Belanda dan juga pembuatan miniatur rumah-rumahan.

Pria yang tinggal di Jalan Karya Baru I no 6 Medan Helvetia itu mengaku, awal mula dia fokus dengan usaha kerajinan tangan tersebut tahun 2011.
Awal dia memakai bahan baku dari akar kayu. Nah, kemudian pindah ke batok kelapa.

“Saya melihat ukiran batok kelapa sangat bagus menjadi pajangan di rumah, lalu saya mencobanya ternyata cukup banyak yang menyukainya,”katanya.
Khairul pun menyulap batok kelapa menjadi hiasan rumah yang cukup elegan dan dinamis. Selain batok kelapa Khairul juga memanfaatkan bahan-bahan yang sederhana seperti lem, kayu, dan alat pendukung lainnya. Khairul juga memakai melamin sebagai pengkilat batok untuk memberikan warna yang lebih terang.

Produk ukiran yang dihasilkannya berbentuk seperti ceret, kran air, gelas, cangkir, pohon-pohonan, kupu-kupu, burung, asbak rokok, dan lainnya. Harga jualnya bervariasi mulai puluhan ribu sampai ratusan ribu.

Khairul menjelaskan, seperti ceret Rp300 ribu beserta perangkat lainnya, kupu-kupu Rp75 ribu, burung-burungan Rp75 ribu, asbak rokok Rp75 ribu, cangkir Rp30 ribu. Ada juga ukiran perpaduan atau kombinasi seperti pohon-pohon dan hewan dengan harga Rp400 ribu.

“Sebenarnya semua itu tergantung kesulitannya, semakin sulit pembuatannya semakin mahal juga harganya seperti kran air yang saya buat ini harganya mencapa Rp800 ribu,” katanya.

Pria kelahiran Tebingtinggi ini mengaku, batok kelapa dibeli dari warung-warung penjual kelapa.
“Saya membeli dari kedai-kedai Rp10 ribu per goninya,”ucapnya.

Dikatakannya, untuk perawatan setiap produk berbahan baku batok kelapa sangat sederhana. Karena cukup membersihkannya dengan kuas saja. Jadi nggak perlu dicuci.

Saat ini produknya masih dipasarkan di toko kerajinan tak jauh dari rumahnya. Ke depannya, Khairul ingin memasarkannya ke daerah-daerah hingga menembus mancanegara.

Menurutnya omzet yang didapatkannya cukup lumayan Rp3 juta sampai Rp 7 juta per bulan. (*)

Exit mobile version