Site icon SumutPos

Anak-anak SD yang Dilukai dengan Pisau Dapur Sudah Mulai Pulih

Foto: Polres Kupang for Timex Salah satu toko milik pendatang yang dirusak massa yang emosi akibat perbuatan Irwansyah yang menyayat 7 orang siswa SDN 1 Seba, Selasa (13/12).
Foto: Polres Kupang for Timex
Salah satu toko milik pendatang yang dirusak massa yang emosi akibat perbuatan Irwansyah yang menyayat 7 orang siswa SDN 1 Seba, Selasa (13/12).

KUPANG, SUMUTPOS.CO – Rabu (13/12), aktivitas belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Seba, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua (Sarai), Kupang berjalan seperti biasanya.

Aktivitas belajar mengajar di sekolah yang saat ini dipimpin Kepala Sekolah, Arthur Radja Pono, berlangsung normal.

Kebetulan, pada Selasa pagi itu, semua murid sementara mengikuti ujian perbaikan di ruang kelas masing-masing. Namun, kosentrasi para murid SDN 1 Seba dalam mengikuti ujian perbaikan tiba-tiba berubah jadi gaduh.

Pasalnya, para murid diserang seorang pemuda tanggung yang saat itu tak dikenal identitasnya dengan menggunakan pisau dapur.

Awalnya, para guru dan murid tidak menyangka akan terjadi petaka hingga berujung pada dilukainya leher, wajah, daun telinga serta tangan beberapa orang murid.

Kepada Timor Express (Jawa Pos Group), Arthur mengisahkan, tiba-tiba saja, halaman sekolah dimasuki sosok tak dikenal dan langsung menuju ke ruang kelas 5A.

Kedatangan pria paruh baya itu awalnya dikira orang tua murid yang ingin bertemu guru kelas. Namun yang terjadi justeru berbeda.

Setelah berada di depan kelas 5A, pria tersebut yang diketahui bernama Irwansyah, 32, lalu merangkul salah seorang murid kelas 5A, SDN 1 Seba yang duduk paling depan, Alberto Manue Tamelan lalu menggorok lehernya.

Tak puas menggorok leher Alberto, pelaku lalu merangkul murid lainnya yakni Aldi Miha Djami hingga berlanjut ke murid SDN 1 Seba lainnya.

Sontak saja, kejadian penggorokan tanpa sebab itu lalu direspon oleh guru kelas 5A yang sementara mengawasi ujian perbaikan murid di ruang kelas, Debrina Rihi, termasuk para murid lain. Teriakan minta tolong ada pembunuhan langsung pecah.

Debrina Rihi langsung memerintahkan seluruh anak muridnya yang berjumlah 33 orang untuk keluar dari ruang kelas guna menyelamatkan diri.

Tak puas menggorok leher kedua murid tersebut, pria itu lalu mengejar beberapa orang murid yang sudah berhamburan di luar ruang kelas.

Akibatnya, seragam putih merah tujuh orang murid SDN 1 Seba berlumuran darah karena mereka digorok pakai pisau dapur oleh pria yang diketahui ingin mengadu nasib di Pulau Sabu itu.

Kepala SDN 1 Seba, Arthur Radja Pono yang dihubungi via telepon selularnya Rabu (14/12), mengatakan, saat ini ketujuh murid korban tragedi itu sudah berangsur pulih.

Mereka sudah mendapatkan perawatan medis di Puskemas Seba. “Kita baru saja bertemu dengan rombongan dari Pemprov NTT dan membahas soal masalah kemarin (Selasa red). Kalau soal kondisi kesehatan murid-murid saya saat ini sudah berangsur pulih. Dan akan segera dikembalikan ke rumah masing-masing. Hanya saja, anak-anak masih trauma dengan kejadian itu,” terang Arthur.

Dari luka semua murid yang dirawat, kata Kepala SDN 1 Seba, luka Naomi Pawalu paling parah karena ada luka gorokan di leher dan mulut karena diseret dari ruang kelas hingga ke pintu gerbang.

Dia menuturkan, saat pelaku masuk ke dalam ruang kelas dan menggorok anak-anak, ada beberapa orang murid dibantu beberapa orang guru serta warga yang melintas di jalan melakukan perlawanan terhadap dengan melempar batu ke arah pelaku.

Saat itulah, pelaku kewalahan dan lari menyelamatkan diri ke ruang kelas 6. Namun, dia malah kembali menggorok leher dua orang murid kelas 6, yakni Juniarto Ananda Apri Dimu dan Gladis Riwu Rohi.

“Setelah kejadian ini, anak-anak termasuk guru-guru yang ada di ruang kelas masih merasa trauma. Akan tetapi, ada gabungan organisasi seperti tokoh agama, tokoh masyarakat serta lintas pemuda gereja sudah bersepakat untuk memberikan pemulihan kepada para korban termasuk para guru sehingga kondisi psikis mereka bisa segera pulih,”pungkas Arthur.

Komandan Korem 161/Wira Sakti, Brigjen TNI Heri Wiranto kepada Timor Express via telepon dari Sabu Raijua menjelaskan situasi keamanan sudah kondusif namun pasukan tetap stand by. Aparat TNI dan Polri terus melakukan pendekatan dengan masyarakat agar tidak terprovokasi.

Menurut Danrem, Rabu (14/12), sekira pukul 11.00, Gubernur NTT Frans Lebu Raya juga tiba di Sabu Raijua. Bersama Kapolda NTT, Brigjen Pol Widyo Sunaryo, ketiganya melihat dari dekat para korban penikaman.

Dan, enam di antaranya sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Satu lainnya masih sementara dirawat, namun kondisinya sudah berangsur pulih. Pada kesempatan itu, gubernur juga memberi santunan kepada para korban.

Selain itu, bersama Gubernur mereka menggelar pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan semua elemen masyarakat di Sabu Raijua.

Di akhir pertemuan dibuat pernyataan sikap bersama yang intinya menyayangkan kejadian tersebut dan mengimbau semua pihak tidak terprovokasi dan menimbulkan terjadinya konflik di masyarakat.

“Semua sepakat bahwa tidak boleh terprovokasi dengan kejadian ini. Biarlah diselesaikan oleh aparat,”kata Danrem.

Semua masyarakat harus tetap tenang dan mengawasi lingkungan masing-masing. Dan, setiap ada warga baru harus melapor ke RT atau RW setempat dalam 1 x 24 jam.

Ketua RT dan RW juga harus aktif mengecek warganya. Kamis hari ini akan dilakukan pertemuan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) tingkat Provinsi NTT.

Dalam pertemuan ini semua tokoh, baik tokoh masyarakat, tokoh agama maupun tokoh pemuda dan elemen lainnya menyatakan siap menjaga perdamaian di NTT. Insiden berdarah di Sabu, memantik reaksi Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) NTT untuk ikut bersikap.

Sebagai wadah berhimpunnya para tokoh dari berbagai etnis di NTT, Rabu (14/12) kemarin FPK menggelar rapat khusus menyikapi peristiwa itu.

Usai rapat, Theo Widodo sebagai wakil ketua didampingi wakil ketua lainnya Johny Kiuk, tokoh etnis Ende Raymundus Lema dan beberapa tokoh etnis lain seperti Syamsu Barhiman, H.St Yusri Tanjung, Mesakh Lapuimakuni, Jhon Liem, Goris Fodju, Uly Riwoe Kaho dan Wie Hadjo Baru sebagai ketua FPK Sabu Raijua, menyerukan imbauan kepada seluruh warga NTT.

Antara lain, agar semua pihak jangan mudah diprovokasi isu-isu negatif. Juga  mempercayakan penanganan kasus ini sepenuhnya kepada pihak yang berwajib.(gatra batuama/sam/boy)

Exit mobile version