Site icon SumutPos

Pria Ngaku BNN Culik Santri, si Penculik Balik Dikerjai

Foto: Fadli/PM/SMG AH (jaket hitam), santri yang diculik sorang pria mengaku personel BNN Medan, saat diperiksa di ruang penyidik Polsek Percut, Jumat (16/9).
Foto: Fadli/PM/SMG
AH (jaket hitam), santri yang diculik sorang pria mengaku personel BNN Medan, saat diperiksa di ruang penyidik Polsek Percut, Jumat (16/9).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Seorang pria mengaku personel BNN Medan, menculik seorang santri yang sedang berada di warnet. Atas dalih kepemilikan narkoba, santri itu disekap di gudang. Pelaku pun minta uang Rp1,5 juta. Namun bukannya untung, pelaku malah kabur setelah dikerjai ustadz.

Kejadian ini bermula ketika santri yang bernama AH (15) sedang mengerjakan tugas di warnet yang berada di Jalan Bandar Khalifah Dusun II Kenanga, Desa Bandar Khalipah, Percut Sei Tuan, Sabtu (10/9) lalu.

Ceritanya warga Jalan Pertiwi, Gang SMA 11, Bantan Timur Medan Tembung ini bersama temannya yang warga Belawan, AN (16). Setelah kurang lebih satu jam di dalam warnet, Arifin didatangi pelaku yang bernama Rizal Nasution. Tak berapa lama, Rizal berpindah posisi ke tengah, antara AH dan AN. Saat bersamaan Rizal mengeluarkan borgol dan mencoba memborgol tangan AN. “Pada saat itu temanku terkejut dan langsung lari keluar warnet, sementara tangan kanan aku sudah dipegang. Dia mengatakan ‘kau pakai narkoba kan’. Aku menjawab tidak. Namun dia memaksa aku untuk ikut ke kantor. Karena aku tidak merasa memakai narkoba, aku bilang ayo,” ujar AH saat membuat laporan ke Polsek Percut Sei Tuan Jumat (16/9) siang.

AHkemudian korban dibawa Rizal dengan berjalan kaki. Tapi bukannya ke kantor, melainkan ke ladang ubi yang jaraknya kurang lebih 300-400 meter dari warnet. “Di ladang ubi itu, aku disruh jongkok. Terus dia keluarkan pistol dan mengisi 3 butir peluru ke dalam pistol itu. Setelah itu dia bilang aku bolos dari pesantren. Aku coba menjelaskan aku dan kawan aku itu tidak bolos karena kami punya surat izin untuk keluar dari pesantren,” terang AH.

Di saat itu pelaku mengatakan namanya Rizal Nasution dan mengatakan bahwa dia anggota BNN Medan yang bertugas di bagian lapangan. “Kemudian dia mengatakan kepada aku, bahwa aku membawa narkoba dan memeriksa tas ransel aku, namun tak mendapati apa-apa,” tambah AH.

Setelah tidak mendapatkan apa yang dimaksud, Rizal membawa korban ke salah satu rumah yang juga tak jauh dari ladang ubi. Sampai di rumah tersebut pelaku meminta uang ke pada korban, dan langsung menarik dompet korban. “Dia mengambil uang aku sebanyak Rp100.000 dari dalam dompet. Tak berapa lama ada datang bapak-bapak ke rumah itu dan bapak itu mengeluarkan bungkusan plastik hitam dari dalam jok keretanya. Ternyata dia beli narkoba dengan bapak itu, Bang,” cerita AH.

Setelah mendapatkan narkoba itu, pelaku membawa korban ke gudang bekas pasar malam yang berjarak lebih kurang 300 meter dari rumah tadi. Kemudian pelaku memaksa korban untuk jongkok dan pada saat jongkok pelaku langsung memborgol tangan kiri korban ke tiang besi sebelah kiri, dan tangan kanan ketiang besi sebelah kanan.Tak sampai disitu pelaku juga melakban mulut korban. Melihat korban sudah tidak bisa bergerak, pelaku membuat alat isap sabu, dan pelaku langsung menghisap sabu.

Setelah puas menghisap sabu, pelaku membuka mulut korban yang sebelumnya dilakban, kemudian pelaku menyuruh korban untuk menghisap sabu itu. Tetapi karena korban menolak sampai beberapa kali, pelaku geram dan langsung memukul dada dan menampar pipi korban. Dia pun langsung memasukan pipet alat isap sabu itu ke mulut korban, tapi tak sempat lama korban melepaskan nya lagi.

“Kurang lebih dua jam, tiba-tiba ada orang yang menggedor pintu gudang itu bang. Dengar suara gedoran pintu itu, dia sempat gelagapan. Dia langsung mengambil pisau dan mengancam aku,” kata AH.

Pelaku keluar menjumpai orang yang menggedor pintu tersebut, setelah berbicara sebentar dengan yang menggedor pintu, pelaku kembali lagi ke dalam gudang. Tak berapa lama masuk, pelaku mendapat SMS dan juga sempat menerima telpon. Setelah itu pelaku melepaskan semua borgol dan lakban di mulut korban. Pelaku mengatakan kepada korban, bahwa pelaku mendapat tugas dari atasannya untuk menangkap bandar di tempat tersangka beli sabu tadi. “Setelah itu dia meminta uang sebesar Rp1.500.000. Karena aku tidak punya uang aku jawab tidak ada. Tapi dia tidak senang pas aku bilang gak ada dan terus memaksa bang. Karena aku takut dibunuhnya aku bilang aja uang aku ada cuma Rp200.000 itu pun uangnya di pondok (pesantren). Kubilang kalau abang mau ke sana kita. Saat itu dia sempat lama berpikir, tapi akhirnya dia mau bang,” jelas korban lagi.

Pelaku langsung membawa korban ke pesantren dengan menumpangi becak motor. Sampai di pesantren pelaku dan korban masuk ke dalam pesantren. Korban menemui ustadznya dan menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya dengan bahasa Arab supaya pelaku tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan korban dan ustadz. Ustadz yang telah mendengar cerita dari korban,mencoba memancing pelaku dengan berpura-pura mengajak korban ke ruangan ustadz untuk mengambil uang dan menyuruh pelaku untuk menunggu.

” Padahal gak ada uang yang aku bilang itu bang, aku mengatakan itu biar bisa lepas aja dari dia. Nah setelah aku bicara sama ustadz, kami berencana untuk menangkapnya dengan memanggil orang-orang yang ada di pesantren itu. Tapi pas aku dan ustadz keluar, si pelaku itu sudah tidak ada lagi. Gak tau aku gimana caranya dia (pelaku) keluar,” tambahnya lagi
Setelah berembuk dengan ustadz dan pihak keluarga korban. Korban didampingi abang kandungnya pada Senin(12/9) malam mendatangi Polsek Percut. Namun pada saat menjumpai petugas yang sedang piket, dan hendak melaporkan peristiwa yang dialaminya, laporan tidak diterima oleh petugas piket yang sedang berjaga.

“Kata bapak itu (petugas) aku masih dibawa umur jadi harus didampingi orangtua dan saksi-saksi ustadz yang di pesantren juga harus dihadirkan. Terus saksi kepling di tempat TKP juga harus dihadirkan. Padahal aku datang ditemani abang kandung aku bang, tapi itu pun gak bisa katanya. Pokoknya dipersulit lah malam itu. Makanya aku dan abang aku datang lagi hari ini untuk buat laporannya bang, mudah-mudahan gak dipersulit lagi lah bang,” harap korban.

Sementara Kapolsek Percut Sei Tuan Kompol Lesman Zendrato ketika dikonfirmasi kurang sepakat kalau kasus tersebut disebut penculikan. “Jangan bilang penculikan lah bos ngeri kali saya dengarnya, itu korban ditangkap terus dibebaskan. Kalau penculikan itu korban sampai bermalam ini kan gak sampai bermalam korbannya, iya kan bos?” ujar Zendrato.

Ketika disinggung apa alangkah yang telah dilakukan pihaknya menanggapi laporan korban penculikan itu, Zendrato kembali mengatakan dengan intonasi suara besar. “Jangan dibilang penculikan bos! Ngeri kali bahasa penculikan itu, sudah macam tak aman aja Kota Medan ini. Ya sudah terserahlah mau dibuat apa, kalau perlu buat besar-besar pelaku penculikan belum bisa ditangkap polisi,” kesalnya. (mag-2/sor)

Exit mobile version