Site icon SumutPos

Identifikasi Korban Lambat, Dikutip Biaya Peti Jenazah

Foto: Sumut Pos TNI dan warga mengevakuasi jenazah korban banjir badang yang melanda Air terjun Dua Warna di Sibolangit, Deliserdang, Sumut, Minggu (15/5/2016).
Foto: Sumut Pos
TNI dan warga mengevakuasi jenazah korban banjir badang yang melanda Air terjun Dua Warna di Sibolangit, Deliserdang, Sumut, Minggu (15/5/2016).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sudah jatuh tertimpa tangga. Itu yang dialami para keluarga korban banjir bandang di Air Terjun Dua Warna, Sibolangit. Mereka terpaksa menunggu berjam-jam bahkan hari, karena lambatnya proses identifikasi.

Lamanya proses tersebut membuat para keluarga korban tidak bisa segera membawa jasad korban yang sudah dievakuasi dari Rumah Sakit Bhayangkara ke rumah duka. Seorang keluarga korban, Dedi Mulia Purba mengatakan, ia bersama keluarganya menunggu proses identifikasi korban Ahmad Alhakim Lubis (21), warga Padanglawas, mahasiswa STIKes Flora yang tewas dalam tragedi banjir bandang tersebut.

”Saya mendampingi abang korban Sulaiman Lubis dan Surabari Lubis. Kedua abang korban tiba di RS Bhayangkara Senin malam (16/5),” ujar Dedi di RS Bhayangkara.

Ia dan keluarga korban lantas menyerahkan antemortem atau data diri korban sebelum meninggal ke Pos Mortem. Seperti, sidik jari pada ijazah SMA dari mahasiswa semester IV Prodi S1-Keperawatan STIKes Flora Medan. Namun, hingga Selasa sore (17/5), proses identifikasi tak juga selesai.

Padahal, kondisi korban Ahman Al Hakim yang merupakan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIKes Flora itu masih dalam keadaan baik dan bisa dikenali. Hal ini diketahui dari pengakuan teman-teman korban yang selamat.

”Hanya ada luka sobek di bibir korban. Kalau wajah masih bisa dikenali. Itu kata teman-teman korban yang selamat. Kami sangat kesal karena sampai sekarang juga belum diizinkan melihat jenazah korban,” ujar Dedi.

Dedi pun berharap agar tim identifikasi dapat bekerja lebih cepat agar jenazah korban bisa dibawa pulang ke kampungnya di Padanglawas.

Kekesalan Dedi tidak hanya soal proses identifikasi yang lambat, tapi juga sejumlah uang yang harus dibayarkan. Misalnya, pihak oknum petugas RS Bhayangkara meminta uang ambulan yang membawa jenazah ke Padanglawas dikenakan biaya Rp5 juta.

”Karena kemahalan, maka pihak kampus melobi oknum rumah sakit. Akhirnya disepakati biaya antar ambulan sebesar Rp1,3 juta. Uang ini akan dibayar begitu jenazah tiba di rumah duka,” ungkap Dedi.

Tidak hanya soal ambulan, pihaknya juga harus membayar uang peti jenazah sebesar Rp800 ribu. Padahal, kata Dedi, banyak keluarga korban tidak memiliki kesiapan uang untuk berbagai biaya yang harus dibayarkan. ”Saya dan keluarga korban memohon kepada Pemerintah Sumatera Utara, khususnya Plt Gubsu agar membantu biaya-biaya yang ada. Paling tidak, kami yang sedang sedih tertimpa musibah, jangan tertimpa kesusahaan biaya lagi,” harap Dedi sambil menunjukkan kwitansi pembelian peti mati sebesar Rp800 ribu.

Perwakilan STIKes Flora Medan, Minarni mengatakan, pihaknya sudah berkordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara untuk membantu penyediaan ambulans guna mengantarkan jenazah korban. Agar pemulangan segera dilakukan dan menghemat biaya transportasi pemulangan jenazah.

“Bukan biaya ambulans, tetapi biaya sopir dan bahan bakar minyaknya. Kalau ambulansnya kita sudah kordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi untuk pemulangan. Karena setelah kita tanya ke RS Bhayangkara, untuk sampai ke Padangsidempuan biaya ambulansnya bisa mencapai Rp5 Juta-Rp6 Juta,” jelas Minarni.

Sedangkan, biaya peti jenazah, pihak kampus tidak membantah ada pemungutan biaya terkait itu. “Kalau untuk peti mati ya wajarlah. Kondisinya kan tidak layak kalau hanya dikafani saja. Sudah kena air dan membengkak,” tuturnya.

Terpisah, Kepala RS Bhayangkara Medan, Komisaris Besar Polisi, Farid Amansyah membantah adanya pungutan tersebut. Farid dengan tegas mengatakan, tidak ada biaya yang diwajibkan kepada keluarga para korban. Dia juga mengatakan dalam hal ini, ada pihak-pihak lain yang membantu pembiayaan proses identifikasi dan pemulangan jenazah untuk seluruh korban yang tewas dalam musibah bencana alam ini.

“Enggak benar itu semua. Kalau identifikasi, seluruhnya ditanggung Polda Sumut. Ada juga bantuan dari pihak-pihak lain kalau untuk ambulansnya. Untuk peti mati, diberikan oleh Pemprov Sumut,” jelasnya.

Ia juga meminta keluarga korban bersabar agar proses identifikasi berjalan lancar. Pihaknya masih mengidentifikasi korban. Tidak hanya itu, ia juga mengumumkan kepada para keluarga korban kalau proses identifikasi tidak dipungut biaya.

Sementara, Dinas Kesejahteraan dan Sosial (Dinkessos) Sumut telah berkoordinasi intensif dengan Kementrian Sosial (kemensos) terkait usulan pemberian bantuan kepada ahli waris atau keluarga korban. Setelah proses verifikasi data korban lengkap, selanjutnya akan dikirim langsung ke Jakarta untuk di proses.

“Kita akan lengkapi dulu data korban by name by address (nama dan alamat) lengkap. Setelah itu akan kita kirimkan ke Kemensos,” ujar Plt Kadis Kessos Sumut Asren Nasution melalui Kepala Bidang (Kabid) Bantuan dan Jaminan Sosial (Banjamsos) Dinsos Sumut Ardo Sitompul.

Pihaknya yang telah menurunkan Tim siaga Bencana (Tagana) untuk membantu proses evakuasi korban banjir bandang tersebut, meyakini bahwa untuk santunan kepada keluarga atau ahli waris korban akan diserahkan langsung melalui proses transfer. Untuk proses pencairannya sendiri, tidak akan terlalu lama, hanya beberapa hari setelah data lengkap dikirimkan.

“Biasanya paling lama seminggu saja. Tetapi tidak spesifik untuk apa. Yang jelas akan ada santunan yang diberikan. Nanti kita akan verifikasi siapa (keluarga) penerima santunan tersebut,” jelasnya.

Pihaknya pun membantah bahwa biaya yang memberatkan keluarga korban. Meskipun tidak mengetahui persis bagaimana perihal pengutipan tersebut, namun Dinkessos memastikan santunan akan segera diserahkan setelah proses pendataan. (ila/gus/ain/bal/adz)

Exit mobile version