Site icon SumutPos

Listrik Padam, Peserta Rapat dalam Gelap dan Kepanasan

Peserta musyawarah Bappeda Sumut rapat dalam gelap dan tanpa AC, Selasa (17/5), karena listrik padam.
Peserta musyawarah Bappeda Sumut rapat dalam gelap dan tanpa AC, Selasa (17/5), karena listrik padam.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rapat yang digelar Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatera Utara (Sumut) berlangsung panas. Pasalnya dari mulai dibuka sekitar pukul 09.00 Wib, Selasa (17/5), seluruh peserta merasa gerah disebabkan listrik yang ada di gedung itu padam sehingga rapat berlangsung tanpa pendingin udara.

Tak hanya itu, suasana gelap juga mewarnai rapat Musyawarah Pasca Musrenbang yang digelar Bappeda Sumut bersama dengan Bappeda kabupaten/kota yang berlanmgsung di gedung Bina Graha Sumut kemarin.

Dua hal ini ditengarai menyebabkan jalannya rapat menjadi tidak kondusif. Sebab saat penyampaian kata sambutan oleh perwakilan DPRD Sumut Bustami HS dan Sekdaprov Sumut Hasban Ritonga, termasuk Ketua Panitia sekaligus Kepala Bappeda Sumut Arsyad saat menyampaikan laporan kegiatan, harus bergelap-gelapan tanpa ada solusi seperti pengunaan genset.

Bahkan salah seorang peserta dari kabupaten/kota yang tidak menyebutkan namanya merasa heran dengan kondisi gelap dan panas yang dipertahankan Bappeda Sumut tanpa ada upaya menggunakan genset agar fasilitas seperti lampu dan mesin pendingin (AC) bisa menyala.

“Aneh kali orang ini (Bappeda Sumut), untuk gedung begini besar, genset saja tidak ada. Nampak kali tidak ada persiapannya panitia ini. Bagaimana peserta tidak keluar masuk karena kepanasan di dalam,” ujar seorang peserta dari kabupaten/kota.

Anggota DPRD Sumut yang hadir dalam rapat tersebut Syamsul Qodri Marpaung, mengaku bahwa kondisi mati listirk di gedug teresbut membuat dirinya merasa sangat tidak nyaman.

“Ya gitulah, menderita,” ujar Syamsul Qodri sambil berjalan menuruni anak tangga usai keluar dari ruangan rapat menyusul rekannya Bustami HS dan Zeira Salim Ritonga yang enggan berkomentar soal rapat “gelap dan panas” teresbut.

Dikonfirmasi, Sekdaprov Sumut Hasban Ritonga mengaku ketidaknyamanan terjadi dalam rapat teresbut. Bahkan saat dirinya berbicara di depan, sebagian besar peserta terlihat berkipas menggunakan kertas. Sehingga suasana rapat terkesan tidak konusif. Namun dirinya memlih bersikap tenang dan sabar serta berharap hal ini tidak terulang lagi.

“Tiada kata lain yang dapat disampaikan selain bersabar. Mudaha-mudahan tidak terulang lagi seperti ini. Ya kalau ditanyakan apa terganggu ya pasti terganggulah,” ujarnya.

Disinggung soal ketidaksiapan panitia penyelengara dalam hal ini Bappeda Sumut, dirinya mencoba memberikan pembelaan dengan berdalih bahwa kesalahan atas kondisi ini karena pemadaman.

“Artinya mungkin begini, kan peristiwa seperti ini (listrik padam) sudah lama tidak. Kita sudah mulai optimis itu tidak terjadi. Ternyata rupaya terjadi juga,” kilahnya.

Bahkan anggota DPRD Sumut Bustami HS yang hadir dan memberikan sambutan di hadapan khalayak, enggan memberikan komentar lebih jauh. Dirinya justru memberikan pembelaan bahwa genset yang ada digunakan untuk keperluan lain. “Ya maklum lah kita,” katanya.

Diketahui pelaksanaan rapat tersebut tanpa penerangan lampu dan pendingin ruangan sekitar hampir tiga jam. Selama itu, sejumlah peserta terlihat keluar masuk ruangan karena merasa kepanasan di dalam.

Pengamat Hukum dan Pemerintahan dari UMSU Rio Affandi Siregar mengatakan bahwa Bappeda dalam hal ini tidak ada persiapan. Apalagi rapat tersebut dihadiri pejabat dari pemerintahan kabupaten/kota. Sedangkan padamnya listrik, tidak akan bisa diprediksi terutama jika ada kejadian tidak terduga.

“Ini kan bukan acara tingkat keluarahan, tetapi ini rapat tingkat provinsi. Harusnya hal sepele seperti itu sudah tidak jadi masalah lagi untuk lembaga sekelas Bappeda Sumut ini,” sebutnya.

Dirinya menyayangkan sikap diam Bappeda dan membiarkan kondisi tersebut terjadi tanpa ada upaya mencari solusi. Sebab alasan yang disampaikan baik Sekda maupun anggota dewan, memperjelas bahwa instansi yang menyelenggarakan rapat tidak punya persiapan. Sehingga muncul kesan bahwa Pemprov Sumut dalam hal ini tidak menghargai kedatangan pejabat dari kabupaten/kota.

“Jangan waktu Presiden datang, semua disiapkan sempurna. Tetapi karena orang daerah yang datang, dibiarkan begitu saja. Kalau begitu, tidak profesional namanya,” ujarnya. (bal/ije)

Exit mobile version