Site icon SumutPos

Kapolres Jangan Cuma Terima Setoran

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
KUNKER KAPOLRI_Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjadi pembicara seminar nasional Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Asrama Haji Medan, Rabu (17/5) Kapolri Jenderal Tito Karnavian melakukan kunjungan kerja ke Medan dan menghadiri beberapa acara salah satunya Seminar nasional Ikatan Mahasiswa Muhammadiya (IMM).

MEDAN – Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian mengingatkan seluruh Kapolres di Sumut untuk tidak menerima setoran saja dari anggota, tetapi juga harus mau memberikan penghargaan kepada anggotanya yang berprestasi. Tito juga mengapresiasi Kapolda Sumut Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel yang memberikan penghargaan kepada personelnya yang berprestasi.

“Para Kapolres juga harus mencontoh Kapolda, berikan penghargaan kepada anggota yang berhasil. Jangan mau terima setoran dari anggota saja,” kata Jenderal bintang empat tersebut yang disambut tawa para polisi di Aula Tribrata, Mapolda Sumut, Rabu (17/5).

Dalam acara makan bersama di Aula Tribrata Markas Polda Sumut sekaligus pemberian piagam penghargaan kepada sejumlah personel Polisi sejajaran Polda Sumut yang mampu meraih prestasi atas kinerjanya. “Saya bangga kepada Kapolda Sumut karena mampu memanfaatkan waktu kunjungan saya ke Medan untuk memberikan penghargaan,” kata Tito.

Sementara menurut Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Rina Sari Ginting, ada 178 personel Polri di jajaran Polda Sumut menerima penghargaan yang langsung diserahkan Kapolri.

Indonesia Berpotensi Pecah

Sebelumnya, Kapolri Tito Karnavian memberikan kuliah umum di acara seminar yang digelar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bertajuk “Peran Mahasiswa Guna Memperkokoh Kebhinekaan dalam Rangka Menjaga Keutuhan NKRI” di Asrama Haji Medan, Rabu (17/5). Dalam seminar yang dihadiri Gubsu Erry Nuradi, Kapoldasu Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin dan pejabat lainnya itu, Kapolri menilai, tidak meratanya pembangunan menjadi salah satu sumber masalah yang dihadapi bangsa ini. Hal itu juga menyebabkan tingginya masyarakat miskin yang disebut low class. Perpecahan yang terjadi di Uni Soviet, menjadi contoh.

Indonesia, menurutnya juga memiliki potensi perpecahan seperti Uni Soviet. Karenanya, peran mahasiswa dalam memerkokoh kebhinekaan sangat diperlukan.

Selain itu, Tito berpendapat, potensi perpecahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah di depan mata. “71 tahun kita tidak pecah seperti negara-negara tadi, kita tidak boleh menganggap ini biasa-biasa aja. Saya berpendapat potensi itu ada. Darimana sumbernya? Internal dan eksternal. Problema terpenting kita memang mampu menjaga selama 71 tahun, tapi kita belum mampu untuk membuat Indonesia didominasi kekuasaan kelas menengah. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang didominasi kelas menengah, seperti piramida terbalik,” kata Tito.

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
KUNKER KAPOLRI_Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjadi pembicara seminar nasional Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Asrama Haji Medan, Rabu (17/5) Kapolri Jenderal Tito Karnavian melakukan kunjungan kerja ke Medan dan menghadiri beberapa acara salah satunya Seminar nasional Ikatan Mahasiswa Muhammadiya (IMM).

Orang nomor satu di Polri ini mencontohkan, Singapura yang sudah berhasil membuat kelas menengahnya kuat, high classnya kecil. “Jadi masyarakatnya egaliter. Intelektualnya cukup, masyarakatnya cerdas. Nah, kita saat ini masih didominasi oleh low class. Kecil high classnya, tidak besarnya middle class,” ungkapnya.

Tito juga menyebutkan, Indonesia telah memilih jalan demokrasi. Namun dalam perjalannya, praktik-praktik demokrasi disalahgunakan oleh kelompok-kelompok yang memanipulasi keadaan.

Berbicara sekitar satu jam di atas podium dia mendorong para pemuda untuk merumuskan sejumlah hal dalam mengatasi persoalan bangsa. “Perlu ada skema penanganan konflik. Skema pemerataan ekonomi dan pencegahan dominasi pemilik kekuasaan, pemilik modal, dan penguasa opini,” ungkapnya.

Selain itu, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memperkuat mekanisme pencegahan penyalahgunaan pemilik kekuasaan.

“Kita harus memperkuat mekanisme pencegahan penyalahguaan pemilik kekuasaan, pemilik modal, pemilik opini dengan menciptakan pressure group, menjadi penyeimbang agar pemilik kekuasaan ini tidak memanipulasi demokrasi ini. Dan memang sekali lagi ini memerlukan waktu. Are we on the right track or not?” katanya dengan nada tanya.

Saat ini, lanjut Tito, kecendrungan yang ada, masyarakat menyalahkan pemerintah terhadap kondisi bangsa saat ini. “Kita melihat bahwa tidak fair, kalau seandainya menyalahkan pemerintahan yang baru berjalan dua tahun. Inilah the price we play jalan demokrasi yang mengarah liberal di tengah masyarakat yang didominasi low class. Artinya kita berusaha untuk menangani potensi yang dapat memecah,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IMM, Taufan Putra Revolusi yang memberikan sambutannya mengatakan, kondisi kita saat ini mengkhawatirkan. “Kebhinekaan dan persatuan kita tengah berada di titik nadir,” kata dia.(dvs/adz)

Exit mobile version