Site icon SumutPos

Kecurangan UN Pasti Ada

Ujian Nasional (UN) bukan lagi penentu bagi siswa untuk lulus sekolah atau tidak. Karena, yang bisa menentukan siswa itu lulus atau tidak adalah guru bersangkutan.

Untuk itu, sudah selayaknya UN ditiadakan, karena dapat memberi berdampak psikologis bagi siswa. Apalagi, sudah banyak yang menjadi korban, seperti stres dan bahkan ada yang nekat bunuh diri karena tidak lulus UN.

Hal ini dikatakan Ketua Komunitas Air Mata Guru, Abdi Musakarya Saragih kepada wartawan Sumut Pos, Bagus Syahputra, kemarin. Berikut petikan wawancaranya.

Seperti apa Anda melihat pelaksanaan UN tahun ini.
Menurut saya, persiapan UN tahun ini sudah maksimal tinggal pelaksanaannya. Apalagi, jauh hari sebelum pelaksanaan UN ini, pihak sekolah sudah mempersiapkan siswanya dengan memberi bekal berupa materi tambahan di luar jam sekolah berupa les yang diberikan guru masing-masing bidang studi yang diujiankan.

Menurut Anda, apakah masih tepat UN dijadikan tolok ukur kelulusan siswa?
Kembali lagi kita kepada persiapan UN itu sendiri. Persiapan UN di masing-masing daerah pastinya berbeda. Seperti persiapan di siswa di Nias dan di Kota Medan, kita lihat sendiri dari fasilitas sampai standar pendidikan yang diberikan jauh berbeda. Ini sudah menjadi patokkan untuk persiapan diri siswa untuk mengahadapi UN itu sendiri.
UN saya ibaratkan seperti raja yang memerintah parajurit yang harus diikuti dan dipatuhi, seperti itulah UN yang harus diikuti dan dipatuhi kepala dinas pendidikan, guru dan siswa.

Guru sudah tahu kemampuan siswanya, bisa atau tidak mengikuti UN. Karenanya, saya rasa sudah selayaknya UN diganti dengan evaluasi siswa yang dilakukan gurunya masing-masing untuk menentukan kelulusan seorang siswa tersebut.

Menurut Anda, ada atau tidak kemungkinan terjadi kecurangan pada UN tahun ini?
Kemungkinan lecurangan UN itu pasti ada setiap tahun. Seperti yang kita temukan pada 2009 lalu.
Sebelum pelaksanaan UN, kita sudah dapatkan soal UN tersebut. Kita sudah pesimis dengan sejumlah kasus kecurang pada 2009 lalu, seperti penemuan soal UN itu. Saat itu, kita sudah layangkan surat ke Menteri Pendidikan di Jakarta, tapi apa hasilnya? Tidak ada respon yang ditanggapi. Lebih baik UN ditiadakan saja jika setiap tahun selalu ada kecurangan dalam pelaksanaannya.

Exit mobile version