Site icon SumutPos

Danlanud Minta Maaf: Kami Hanya Menjaga Aset!

Foto: Teddi/Sumut Pos Komandan Lanud Soewondo, Kolonel Pnb Ariefin Syahrir, memaparkan barang bukti berupa panah dan senjata tajam saat penyisiran dalam konflik warga Sari Rejo vs TNI AU, Senin (15/8) lalu.
Foto: Teddi/Sumut Pos
Komandan Lanud Soewondo, Kolonel Pnb Ariefin Syahrir, memaparkan barang bukti berupa panah dan senjata tajam saat penyisiran dalam konflik warga Sari Rejo vs TNI AU, Senin (15/8) lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemko Medan menggelar pertemuan tertutup bersama Danlanud Soewondo, Formas Sari Rejo, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, dan pihak terkait lainnya di Ruang Rapat III, Balai Kota Medan, Kamis (18/8). Usai pertemuan itu, Danlanud Soewondo, Kolonel Penerbang (Pnb) Ariefin Syahrir mengaku sangat menyesali kejadian tersebut. Dia mengaku pihaknya tidak ada niat sedikit pun menyakiti, melukai bahkan menakuti rakyat.

“Tadi saya sudah jelaskan semuanya, termasuk tuntutan rekan-rekan media. Kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada masyarakat dan rekan media yang terluka saat meliput, serta belum sempat menengok semua yang terluka saya mohon maaf,” katanya.

Mabes TNI, sebut Arifin, pada hari ini akan mengirimkan tim investigasi sebagai bukti keseriusan pihaknya atas konflik tersebut. “Jadi besok (hari ini, Red) Mabes akan kirimkan tim investigasi, mereka datang ke lokasi. Apapun bentuk yang terjadi dan tidak ada ditutup-tutupi. Dan mereka akan menindaklanjuti semua. Buat masyarakat dan rekan-rekan media yang menjadi korban, saya dan Pak Wali Kota Medan sudah sepakat akan memberikan bantuan. Bantuan ini sebagai bentuk perhatian kami atas terjadinya insiden kemarin,” paparnya.

Arifin menyebut, insiden serupa tak akan terulang ke depan. Ia juga sudah mengumpulkan seluruh jajaran paskabentrokan terjadi, Senin (15/8) lalu. “Saya yakin ini tidak terjadi lagi. Saya sudah sampaikan kepada semua anak buah bahwa paskakejadian mengumpulkan baik Dan Wing, Pangkosek maupun kami, sudah dikonsolidasikan ke dalam dan kita hal ini tidak terjadi,” janji dia.

Menurutnya, selama ini TNI hidup berdampingan dengan masyarakat. “Kita hidup bersebelahan, bertetangga. Jadi tidak mungkinlah kami mau ribut-ribut. Sama sekali tidak ingin, tidak. Mohon disadari tugas kami hanya menjaga aset, dan aset itu dipertanggungjawabkan kepada kami. Itu saja masalahnya,” kata Arifin.

Lantas bagaimana soal peralatan jurnalis yang dirampas dan segala kerusakan yang terjadi saat bentrokan? “Saya juga tadi sudah sampaikan permohonan maaf. Kami sudah temukan beberapa item dan kembalikan ke teman-teman media. Dan yang belum kami temukan, karena hal itu belum ditemukan. Tapi saya sendiri sudah bentuk tim untuk mencari semua, baik sepeda motor, handphone semua akan kita kembalikan. Sudah ya, sekali lagi saya buru-buru ini, karena harus bertemu dengan Komnas HAM dan minta maaf secara khusus kepada teman-teman media,” pungkasnya.

Saat ditemui Sumut Pos di kantornya, kemarin sore, Danlanud Soewondo Kolonel Pnb Ariefin Syahrir menyebutkan, kemarin tim investigasi dari Komando Operasi Angkatan Udara (Koops AU) I, sudah tiba di Medan. “Tim investigasi sudah datang. Ada dua tim. Pertama dari Komando Operasi dan satu lagi Mabes TNI AU. Besok (hari ini), dari Mabes datang,” jelas Ariefin.

Dia juga menjelaskan awal mula kerusuhan tersebut. Menurutnya, aksi itu terjadi bukan secara spontanitas. Soalnya, warga Sari Rejo seolah memanfaatkan kaum hawa dan anak-anak yang berdiri di depan dalam aksi tersebut.

Dia menceritakan, pihaknya sudah berusaha meredam demo dengan meminta bantuan polisi dan Polisi Militer TNI AU yang berbaris menghalangi massa aksi. Dia pun mengakui, ada seorang warga yang diamankan bernama Rahmat Suryadi. Rahmat, menurut Ariefin, bukan warga Sari Rejo. Itu berdasarkan kartu tanda penduduk yang dimilikinya.

Saat Rahmat Suryadi diambil oleh TNI AU, massa meronta-ronta untuk mengeluarkan Rahmat. Alhasil, terjadi pertemuan dengan pendemo. Dalam pertemuan itu, massa dan TNI AU yang disaksikan Camat Medan Polonia, Kapolsek Medan Baru, dan polisi lainnya, sepakat untuk memulangkan Rahmat dengan catatan, massa harus membubarkan diri.

Menurut Ariefin, Moses Sitohang yang mewakili massa, sepakat dengan kesepakatan tersebut. Namun setelah Rahmat dilepas, massa tidak membubarkan diri. Bahkan, menutup semua jalan-jalan yang digunakan pengendara. Sehingga pecahlah bentrokan tersebut.

BANTAH MENEMBAK WARGA
Pecahnya bentrokan itu, kata Ariefin, ditenggarai karena seorang prajurit, Kopda Wiwin yang mengalami cedera karena terkena lemparan batu dari massa pendemo. Dia menepis, pihaknya melakukan aksi balas dendam dengan melakukan sweeping ke rumah-rumah yang ada di seluruh Sari Rejo. Menurutnya, TNI AU mengerahkan anggota karena ingin arus lalu lintas kembali terbuka agar pengendara dapat melintas.

Soal ada enam warga yang menderita luka tembak peluru karet saat bentrokan itu, Ariefin membantah hal tersebut.

“Tidak ada luka tembak, tidak ada proyektil. Kita sudah dapat foto ronsen dari rumah sakit. Kalaupun misalnya iya, itu senjata siapa? Paskhas yang lagi piket yang menembak? Itupun dua peluru kosong dan satu peluru karet dan ditembakkan ke udara. Tidak ada anggota yang masuk bawa senjata. Semua pakai pentungan karet dan tameng,” ungkap Ariefin.

Saat melakukan penyisiran, pihaknya menemukan sejumlah barang bukti seperti gear motor, busur dan panah beracun.

Soal aksi brutal anggota Lanud dengan Paskhas yang merusak kotak infaq masjid, dia seolah menyalahkan keberadaan kotak infaq tersebut. Selain itu, soal keberadaan CCTV di masjid yang mengarah ke jalan, Ariefin juga seolah menyalahkan hal tersebut. Namun, saat ditanya lebih jauh, Ariefin enggan menanggapinya.

“Daripada pernyataan saya jadi masalah, lebih baik tim investigasi sajalah. Lagi pula, pasukan masih jauh, kenapa mesti teriak-teriak,” kata Ariefin.

Mengenai keputusan pertemuan di Balai Kota, lanjut Ariefin, masyarakat Sari Rejo dan TNI AU sama-sama menunggu keputusan dari pemerintah pusat. Menurut Ariefin, semuanya menyadari bukan wewenang tingkat pemerintah daerah.

“TNI AU bertugas jaga aset dan masyarakat mengklaim karena dihuni sudah bertahun-tahun. Ini penyelesaian di atas. Karena aset itu terdaftar di Kemenkeu,” kata dia.

Ariefin pun sudah menyerahkan semuanya ke tim investigasi tersebut. Selain itu, menormalisasi kembali hubungan yang terjalin dengan masyarakat dan TNI AU sembari menunggu keputusan dari pemerintah pusat. “Harapan kami begitu, tidak ada aksi blokade lagi,” pintanya. (prn)

Exit mobile version