Site icon SumutPos

Pemko Siap Tampung Warga Pinggir Rel di Rusun

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Alat berat terlihat merobohkan bangunan yang beridir dikawasan pinggiran rel di Jalan Stasiun kereta api lama Belawan Medan, Kamis (14/9). Kegiatan tersebut terkait rencana pembangunan jalur rel ganda kereta api dari stasiun besar Medan menuju Belawan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Penggusuran warga pinggir rel di sejumlah kawasan di Kota Medan yang dilakukan PT Kereta Api Indonesia (KAI), menyisakan cerita miris. Warga pinggir rel Jalan Stasiun, Belawan yang sempat melawan digusur PT KAI, kini bingung. Pasalnya, sebagian dari mereka terpaksa menumpang di rumah keluarga karena tempat tinggalnya sudah tiada. Pemko Medan didesak untuk mencari solusi hunian bagi nasib warganya.

Nazaruddin, tokoh masyarakat di Utara Medan mengatakan, dampak sosial menjadi aspek penting untuk kelanjutan proyek nasional, Pemerintah harus bertanggung jawab atas warga yang terkena gusur.”Setiap kehidupan warga terdampak penggusuran, adalah tanggung jawab pemerintah. Jadi harus diperhatikan juga seperti apa dampak sosialnya, karena mereka bagian dari warga Kota Medan,” katanya.

Dampak dari penggusuran warga pinggir rel, kata dia, bukan cuma dialami oleh warga Belawan, namun penertiban bangunan dengan alasan optimalisasi aset lahan PT KAI Divre I Sumut, juga bakal dialami ribuan rumah warga lainnya di Utara Medan.

Untuk itu, solusi atas dampak sosial lanjutnya diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab negara. Apalagi, tidak menutup kemungkinan PT KAI akan melakukan penertiban di lahan pinggir rel lain yang kini masih didiami warga.”Jangan hanya berpikir proyek strategis nasional. Negara wajib melindungi warga negara yang tidak memiliki hunian,” tegasnya.

Ia berharap, pemerintah harus menyusun strategi pembangunan yang lebih manusiawi. Tetap tegas, tapi tidak semena-mena melanggar hak-hak warga miskin. Dibutuhkan analisis akar masalah penyebab dari maraknya permukiman liar di Kota Medan.”Antisipatif mencegah bangunan liar juga perlu dilakukan sejak sekarang. Supaya ke depan tak ada lagi penggusuran yang melukai hati masyarakat,” cetus dia.

Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemko) Medan, siap mengakomodir warga yang menjadi korban penggusuran PT KAI tersebut. Solusi paling konkret yakni tinggal di rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Solusi ini ditawarkan Wakil Wali Kota Medan Akhyar Nasution.”Ya, rusunawa merupakan jawabannya. Kita persilahkan bagi mereka kalau mau masuk. Tapi masalahnya mindset warga kita, mayoritas berpikir tinggal di situ adalah korban penggusuran,” katanya.

Mantan Anggota DPRD Kota Medan ini mencontohkan, warga Cina sangat bangga ketika tinggal di rusunawa. “Di luar negeri warganya tidak malu karena tinggal di rusunawa. Contohnya saja di Cina, yang cuma punya 40 persen daratan dan 60 persen hutan dan lautan. Artinya mereka memanfaatkan perluasan lahan menjuntai ke langit, karena keterbatasan tanah yang ada,” kata Akhyar.

Akhyar juga mengkritisi kinerja PT KAI yang tidak tuntas melakukan pembersihan saat penggusuran. Sebab, paska berhasil menertibkan warga pinggir rel, PT KAI masih menyisakan persoalan baru. Di mana masih ada ruang atau lahan kosong di pinggiran rel, yang bisa dimanfaatkan oleh warga. “Alhasil parit atau drainase kita ditutup pelan-pelan oleh warga lagi, kemudian dibangunkan lagi pondasi untuk rumah mereka,” katanya.

Menurut Akhyar, bila paska penertiban warga pinggir rel, PT KAI tidak menyisakan lahan lagi atau bisa dimanfaatkan oleh warga untuk bermukim. “Saya pernah sampaikan kepada PT KAI perihal tidak tuntasnya pekerjaan mereka itu. Di sinilah terkadang tidak sinkronnya koordinasi antarpemerintah,” katanya.

Sementara itu, pasca penggusuran di pinggir jalur kereta api, suasana di kawasan tersebut tampak sepi dan lengang, karena seratusan bangunan telah rata dengan tanah. Namun, penertiban dimaksud saat ini menimbulkan dampak sosial. Sebab, sebagian warga yang pasrah tergusur, terpaksa menumpang tinggal di rumah sanak keluarganya.

Sebelumnya, penggusuran tahap pertama oleh PT KAI terhadap 149 unit bangunan di pinggir rel Jalan Stasiun, Belawan sempat mendapat perlawanan. Bahkan, warga yang geram melihat satu per satu bangunan dirubuhkan alat berat menjerit serta melempari petugas dengan batu.(rul/prn/ila)

 

 

Exit mobile version