Site icon SumutPos

Kepling Tertolong, Lingkungan pun ’Kinclong’

Foto: Pran Hasibuan/Sumut Pos
Mangapul Harianja, petugas Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Umum (P3SU) Medan, bersama rekannya.

Bergabung sebagai Petugas Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Umum (P3SU) memiliki sarat yang ketat. Salah satunya membuat dan menandatangani surat pernyataan, bersedia bekerja kapan pun dibutuhkan. Selain handphone harus aktif 24 jam, juga siap melakukan apapun yang diinstruksikan lurah.

 

PRAN HASIBUAN, Medan

 

DENGAN peralatan seadanya, Mangapul dan rekan-rekannya bergegas menuju parit di wilayah Sakti Lubis. Kebetulan pada beberapa hari lalu, mereka diminta untuk membersihkan parit di kawasan itu. Mereka dibagi dalam dua kelompok. Satu dari arah Jalan Alfalah, satu lagi masuk dari Simpang Limun. Sampai di sana, mereka pun langsung sigap melaksanakan tugasnya.

Satu persatu personel P3SU masuk ke dalam parit. Mereka mengangkuti sampah yang menumpuk di selokan tersebut. Sampah-sampah itu kemudian dinaikkan ke atas lalu dikumpulkan menjadi satu, sembari menunggu armada pengangkut. “Hari cukup terik, tapi kawan-kawan tetap semangat bekerja,” cerita Mangapul Harianja, personel P3SU Kecamatan Medan Amplas usai melaksanakan tugas di wilayah tersebut.

Saban hari, kata dia, di tiap kelurahan ada yang membutuhkan tenaga mereka. Sebelumnya, mereka turut serta menormalisasi sungai sulang saling yang berada didekat wilayah Medan Denai. Di situ, kata Mangapul, mereka rutin setiap bulan membersihkan sungai tersebut. Sebab kerap banyak limbah rumah tangga warga yang dibuang di sana.

“Sulang Saling itu sangat berat membersihkannya, mengingat saluran pembuangan limbah warga berada persis di belakang sungai. Termasuk kotoran manusia selalu kami dapati saat membersihkan sungai itu,” ujar pria yang berdomisili di Kelurahan Bangunmulia ini.

Mungkin bagi banyak orang, hal itu tentu menjijikkan. Sangat menjijikkan bahkan merasa seperti terhina. Namun buat Magapul Harianja, karena sudah terbiasa menemukan limbah semacam itu, tentu tidak lagi terkejut. “Mula-mula sampai nggak selera makan karena teringat dengan hasil yang dikorek tadi. Hahaha…” katanya.

Menurutnya, hal itu bagian dari tantangan sebuah pekerjaan. Bila tidak siap berkecimpung sebagai P3SU, Mangapul mengakui bisa menderita menjalani pekerjaan tersebut. “Sebelumnya, ada membuat surat pernyataan sebelum siap menjadi P3SU. Lurah yang mencari langsung siapa masyarakat yang bersedia bergabung,” katanya.

Dengan kondisi ekonomi saat ini, Mangapul mengaku, honor yang diperolehnya belum memadai. “Gaji Rp2.270.000 sudah dipotong dengan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Akan tetapi, banyak pun bisa tidak cukup bila kita tidak pandai bersyukur. Malah kalau sedikit, dengan kita bisa manfaatkan uang tadi, ya cukup juga,” katanya sumringah.

Di tempat yang sama, Supono, Kepala Lingkungan XIV, Harjosari I Kecamatan Medan Amplas, mengakui tenaga P3SU sangat diperlukan untuk membantu kebersihan lingkungan di wilayahnya. “Seperti masalah sampah, limbah langsung mereka angkut. Apalagi masyarakat kerap membuang sampah sembarangan. Banyaklah keuntungannya,” katanya.

Kebetulan, tiap Selasa dia mendapat giliran mendapat jasa ‘pengamanan’ kebersihan lingkungan P3SU. Karena dalam sepekan, tiap kelurahan digilir untuk didatangi dan ditangani personel P3SU. “Kan di tempat kami ini ada 14 lingkungan. Itulah dibagi. Dilapor kepling mana yang mau. Dalam satu hari satu kelurahan yang mereka tangani. Mudah-mudahan urusan kebersihan selalu  tertolong sejak ada mereka,” ungkapnya.

Setiap harinya kata Supono pihaknya berkoordinasi dengan lurah untuk pengiriman buser atau P3SU tersebut, terutama kebersihan sampah. “Untuk membersihkannya kita panggil buser. Jadi sampah tidak lama-lama menumpuk dan menimbulkan bau tak sedap, apalagi sampai diserak-seraki sama binatang,” katanya.

Ia berharap kesejahteraan P3SU bisa ditingkatkan, karena pihaknya sangat terbantu akan P3SU. Belum lagi pekerjaannya sebagai kepling yang standby 24 jam, tentu membutuhkan P3SU kapanpun diperlukan mengatasi persoalan di masyarakat. “Lingkungan jadi ‘kinclong’ dan membantu kami sebagai kepling,” pungkasnya.

Seperti diketahui, pembentukkan personel P3SU di masing-masing kelurahan di Kota Medan, merupakan buah pikir Wali Kota Medan Dzulmi Eldin sejak Mei 2017. Mereka dibentuk dengan tujuan dapat mengatasi berbagai kendala yang terjadi di tiap kecamatan, baik persoalan drainase tumpat, sampah berserakan, pohon tumbang dan lainnya. Buah pikir Wali Kota Medan ini mencontoh Pasukan Oranye, Pemprov DKI Jakarta.

Pengukuhan personel P3SU juga tak seheboh pengukuhan pejabat eselon Pemko Medan. Wali kota cukup instruksikan seluruh camat mencari lima orang di tiap kelurahan untuk bergabung sebagai personel P3SU. Pola rekrutmennya juga tidak banyak diketahui masyarakat. Oleh camat, lurah diberi keleluasaan mencari orang yang siap bekerja kapanpun dibutuhkan.

Kini, P3SU sudah bekerja selama enam bulan membantu permasalahan kebersihan lingkungan di Kota Medan. Kalau di Medan ada 155 kelurahan, berarti total P3SU ada sebanyak 755 orang. Mereka turut dibantu buser di tiap kecamatan sebanyak 10 orang, di mana sebelumnya memang sudah ada. Keberadaan mereka dibawah salah satu seksi di kantor kelurahan. Mereka tetap dikoordinir kecamatan sehingga sewaktu-waktu dapat digerakkan dan ditugaskan secara bersamaan. (*/adz)

Exit mobile version