Site icon SumutPos

Pedagang Pasar Kampunglalang: Kerugian Kami Sudah Tak Terhitung Lagi…

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
PENGERJAAN_Pekerja menyelesaikan pondasi pembangunan Pasar Kampunglalang di Jalan Medan-Binjai, Senin (19/2) Pedagang merasa di sangat di rugikan karena pasar tidak kunjung rampung pengerjaan nya.

SUMUTPOS.CO –  Pedagang Pasar Kampunglalang mengaku banyak mengalami kerugian akibat pembangunan pasar tak kunjung rampung. Bahkan, kerugian hampir setahun paska mereka diminta mengosongkan pasar, tidak terhingga jumlahnya.

“Walah sudah banyak kalilah kami rugi. Tidak terhitung lagi berapa jumlahnya. Sudah hampir setahun juga kami alami kondisi seperti ini,” kata Sekretaris Persatuan Pedagang Pasar Kampunglalang, Mialiste Sinaga kepada Sumut Pos, Senin (19/2).

Bicara omset selama berjualan di Pasar Kampunglalang, pedagang dalam per hari bisa meraup laba hingga Rp2 juta. Sedangkan keuntungan yang bisa diperoleh pedagang per bulan yakni berkisar Rp60 juta. “Dihitung saja sampai hampir setahun ini kami tidak lagi berjualan dan punya lapak tetap, sudah berapa banyak. Aduh, capek kalilah hitung kerugian kami itu,” ungkapnya.

Untuk saat ini, ungkap Mia, jangankan mendapat untung sebanyak itu, bisa buat makan tiga kali sehari saja sudah syukur. Bahkan rekan-rekannya sesama pedagang banyak bercerita, sekarang ini sudah dikejar-kejar oleh bank lantaran membayar cicilan hutang saja sudah tidak mampu.

“Terhitung dari pajak (pasar, Red) kami dihancurkan itu saja, banyak yang sudah tidak jualan. Sudah merana kali kami ini sekarang. Nafas kami pun sudah di ujung tanduk. Kredit-kredit di bank juga sudah menumpuk ini. Kami sudah gak mampu bayar lagi. Istilahnya, waktu pajak masih aktif, banyak kawan-kawan yang ambil dana dari bank,”” beber Mia.

Pedagang sangat berharap agar Wali Kota Medan serius akan nasib pedagang Pasar Kampunglalang. Dimana mengambil kebijakan tegas terhadap rekanan proyek, PT Budi Mangun KSO yang mereka anggap tidak becus mengerjakan pembangunan pasar tersebut. “Sudah tidak terhinggalah kerugian kami. Selain materi dan fisik, juga kami rugi semuanya. Tak ada yang peduli nasib kami,” pungkasnya.

Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Pasar Medan, Rusdi Sinuraya dalam satu kesempatan pernah mengungkapkan bahwa pihaknya sangat dirugikan karena Pasar Kampunglalang tidak beroperasi. Bahkan, potensi kerugian dari satu pasar tradisional itu saja, bisa mencapai miliaran rupiah pertahun. “Itu belum lagi dari Pasar Aksara. Jadi memang kita sangat rugi karena pasar tersebut tidak beroperasi. Satu bulan Rp150 juta gak kemana pendapatan yang bisa kita dapat dari situ,” katanya.

Padahal ditengah capaian target yang mesti PD Pasar peroleh setiap tahunnya, kalau cuma Rp 1 M saja pertahun sangat mampu diraih dari Pasar Kampunglalang. “Ya, kalau Rp150 juta perbulan pendapatan dari situ kita dapatkan, sepuluh bulan saja pasar itu jalan sudah Rp1,5 M kita peroleh. Tapi inikan jelas-jelas rugi kita akibat pasar tidak kunjung selesai. Dan pedagang terkena imbasnya akibat ini,” katanya.

Pengamat transparansi anggaran, Elfenda Ananda menyarankan agar proyek revitalisasi Pasarkampung lalang harusnya diaudit terlebih dahulu untuk mengetahui sejauh mana proyek itu berjalan. Terlebih apakah sesuai dengan perencanaan atau tidak yang dilakukan sebelumnya.”Audit bisa menyangkut penilaian keuangan dan kinerja capaian proyek. Setelah audit selesai, barulah bisa terlihat hasil rekomendasi audit seperti apa,” katanya.

Namun, dengan terbengkalainya pekerjaan seperti itu,  sulit rasanya harapan tersebut terpenuhi. “Harapan pedagang sebenarnya sederhana saja. Masyarakat dapat menjadikan pasar Kampunglalang menjadi pasar sesuai harapan yang nyaman untuk berusaha dan buat pembeli nyaman untuk berbelanja,” katanya.

Dia bilang, boleh dan sah saja DPRD membuat pernyataan untuk memutuskan kontrak rekanan proyek, tapi terlebih dulu memerhatikan hasil audit Pemko Medan. “Apakah ada dampak positif atau negatif justru lebih banyak. Sebab,  kontrak yang sudah jelas sepanjang tidak dilanggar tentunya ada konsekuensi.

Jadi, tidak sembarangan saja,” pungkasnya. (prn/ila)

 

Exit mobile version