Site icon SumutPos

Sinabung Meletus Dahsyat, Langit Karo Gelap Gulita

Material vulkanik erupsi Gunung Sinabung menyembur di udara, Karo, Sumatera Utara, Senin (19/2/2018). Gunung Sinabung kembali erupsi besar Senin ini, status gunung berada di level IV atau awas disertai gempa kecil yang terasa di sekitar Sinabung, dari catatan pos pemantau gempa terjadi sekitar 607 detik.

KARO, SUMUTPOS.CO – Gunung Sinabung, gunung berapi tertinggi di Sumatera Utara, kembali meletus dahsyat pada Senin (19/2) sekitar pukul 08.53 WIB pagi. Akibat erupsi dengan ketinggian 5.000 meter ini, langit di 8 kecamatan Kabupaten Karo gelap gulita selama beberapa jam. Status Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) Gunung Sinabung meningkat menjadi RED.

INI KESEKIAN kalinya gunung dengan ketinggian 2.451 meter di atas permukaan laut itu mengalami erupsi. Tahun 2010 menjadi awal perjalanan erupsi Gunung Sinabung setelah 400 tahun lamanya “tertidur” sejak tahun 1600.

Kemarin pagi, letusan disertai luncuran awan panas ini tercatat sebagai erupsi terbesar hingga bulan kedua tahun 2018. Selain abu  vulkanik, muntahan abu dan guguran awan panas Sinabung juga disertai batu kerikil. Batu-batu berwarna hitam dan putih menghujani Desa Kutarayat, Kecamatan Naman Teran, dan beberapa desa di Kecamatan Tiganderket, Karo.

Meski cuaca cerah (musim kemarau), namun tebalnya abu menyebabkan sebagian besar wilayah di sekitar Sinabung gelap gulita bak di malam hari. Beberapa wilayah yang terdampak  di antaranya Kecamatan Payung, Tiganderket, Naman Teran,Simpang Empat, Munthe, Kutabuluh, Juhar dan Tigabinanga.

Erupsi besar ini sontak membuat warga yang hendak beraktivitas panik. Apalagi erupsi kali ini disertai suara gemuruh besar, seolah-olah  gunung tengah runtuh. Tebalnya abu juga memaksa puluhan sekolah yang berada di sekitar kaki gunung Sinabung terpaksa memulangkan anak didiknya. Sejumlah rekaman foto yang beradar menunjukkan wajah panik anak-anak sekolah yang berlarian pulang ke rumah masing-masing.

Kepala Pos Pantau Gunung Sinabung Armen Putra menyebut, luncuran abu vulkanik cukup tinggi mencapai 5.000 meter. Selain luncuran debu vulkanik, gempa kecil juga terasa di sekitar Sinabung. Catatan pos pemantau menunjukkan gempa terjadi sekitar 607 detik. Hasil pemantauan mereka jarak luncur sektoral mengarah ke Selatan-Tenggara dengan ketinggian 4900 meter. Sementara arah Tenggara-Timur mencapai 3500 meter dengan amplitudo 120 milimeter.

Erupsi susulan disertai guguran awan panas masih terjadi hingga pukul 13.00 WIB. Tebalnya abu juga mengganggu aktivitas warga, khususnya pengendara. “Terjebak aku tadi dua jam di kawasan Desa Pertibi. Jalan tiba-tiba gelap. Abu sangat tebal, lampu mobil pun tak bisa menembus. Parah kali abunya. Jalan pun tak keliatan lagi,” kata Riza, salah seorang sopir yang pagi itu mengantar barang kelontong ke Desa Pertibi.

Indah Tarigan, warga Desa Munte, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo yang berjarak 12 km dari Gunung Sinabung menceritakan letusan terdengar sekitar pukul 08.50 WIB. Indah mengira awalnya suara tersebut bukan berasal dari letusan Gunung Sinabung.

“Tadi kedengaran suara dentumannya keras, kami keluar rumah. Kami pikir ada kecelakaan atau apa, ternyata gunungnya yang meletus,” ucap Indah, seperti dikutip dari Kumparan.

Setelah itu, langit yang awalnya cerah berangsur-angsur gelap. Matahari juga tidak terlihat jelas. “Langit itu gelap gulita, ketutup abu vulkaniknya. Bukan karena mendung,” ucapnya.

Selain langit gelap, bau belerang juga tercium di Desa Munte. Warga juga tidak bisa bernapas dengan nyaman karena banyaknya abu dan bau belerang tersebut.

“Nggak pernah seperti ini di tempat saya, sebelum-sebelunya belum pernah. Dari 2010 itu Gunung Sinabung meletus nggak pernah seperti ini, biasanya cuma kena dampak abunya saja. Ini bau belerangnya menyengat dan gelap gulita gara-gara tertutup abu,” ujar Indah.

Warga di Desa Munte memilih untuk tidak keluar rumah. Mereka takut terkena dampak letusan Gunung Sinabung. “Anak saya yang SMP udah pulang, disuruh pulang, yang kerja di kebun juga pada pulang. Jadi aktivitas itu terhenti ya takut,” katanya.

“Kami yang jauh aja kayak gini, apalagi yang dekat. Tadi kami dengar juga ada desa yang hujan kerikil,” imbuh Indah.

EVAKUASI

Kapolres Kabupaten Karo, AKBP Benny R Hutajulu SIK mengaku pihaknya sudah mengerahkan  water canon ke daerah-daerah  terdampak. Jajaran Polsek Simpang Empat dan Payung juga sudah diarahkan untuk koordinasi dengan Koramil 04 dan 05 dan mengerahkan dua unit  truk Dalmas untuk mengevakuasi warga.

“Kita sudah mengerahkan anggota ke lokasi-lokasi terdampak. Kita sudah menyiram jalan dan fasilitas lainnya yang tertutup abu tebal,” katanya. Hingga Senin siang, polisi belum menemukan adanya korban jiwa dalam erupsi ini.

Kalak Badang Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Martin Sitepu mengimbau semua warga tetap waspada. Tim BPBD dan relawan katanya, sudah standby dan damkar (Pemadam Kebakaran) sudah siap serta stok masker cukup kalau ada perlu penanganan khusus warga diminta segera memberikan info.

“Masyarakat yang terdampak kita imbau jangan panik. Tetaplah waspada dan jauhi zona merah,” katanya.

Dia juga mengaku pihaknya masih terus melakukan pemantauan ke lokasi-lokasi yang membutuhkan masker. Pihaknya juga masih memantau zona-zona yang membutuhkan masker dan yang membutuhkan penyiraman, koordinasi dengan Danramil dan Polsek terdekat.

Data sementara, adapun  wilayah terdampak abu vulkanik di antaranya, Kecamatan Simpang Empat meliputi Desa Gamber, Jeraya, Pintu Besi, Berastepu dan Tigapancur. Kecamatan Naman Teran yang meliputi Desa Kuta Tonggal, Naman, Sukadebi, Beras Tepu, Ndeskati, Gung Pinto, Kutambelin, Sigarang-garang dan Sukanalu.

Seluruh  desa yang tersebar di Kecamatan Payung, Kecamatan Tigandetket dan Kecamatan Kutabuluh. Selanjutnya Kecamatan Munte yang meliputi Desa Kineppen, Bandar Meriah, Sukarame, Kutagerat, Barung Kersap, Buluhnaman, Munte, Tanjung Beringin dan Desa Selakkar.

“Di sini (Payung) tiba-tiba menjadi sangat gelap. Siang hari tiba-tiba berubah seperti malam hari, karena ditutupi awan Sinabung. Kami terpaksa menghidupkan lampu,” ujar Berlian Pandia, warga Payung.

Kecamatan Tiga Binanga meliputi Desa Limang,Perbesi,Pertumbuken, Bunga Baru, Kuta Raya, Kuta Galoh dan kelurahan Tigabinanga sekitarnya. “Abu vulkanik juga menyerang Tigabinanga. Daun-daunan dan atap rumah semuanya berubah menjadi putih, karena ditutupi abu vulkanik Sinabung,” ujar Mitcha Sebayang, warga Tiga Binanga.

Sementara di Kecamatan Juhar yang terdampak meliputi Desa Pernantin, Kuta Gugung, Suka Babo, Batu Mamak dan Desa Nageri. Ketebalan abu di wilayah ini ketebalan mencapai 5 cm dan jarak pandang ke depan lebih kurang 2 meter. (deo/mea)

Inilah 8 Kecamatan Terdampak Erupsi Sinabung

 

  1. Kecamatan Simpang empat :

 

  1. Kecamatan Naman Teran:

 

  1. Seluruh Desa di Kecamatan Payung
  2. Seluruh Desa di Kecamatan Tiganderket
  3. Seluruh Desa di Kecamatan Kutabuluh
  4. Kecamatan Munte:

 

  1. Kecamatan Tigabinanga:

 

  1. Kecamatan Juhar

(Sumber Data: PVBMG Pos Pantau Gunung Sinabung dan Bidang Humas Polda Sumut)

Fenomena Alam Gunung Sinabung

 

* Gunung api strato (gunung api kerucut)

* Semula masuk gunung api tipe A, yaitu sejarah letusannya tidak tercatat sejak tahun 1600-an.

* Mendadak meletus pada 27 Agustus 2010, dua tewas, 12 ribu warga dievakuasi

* Letusan 2010 dikategorikan tipe letusan freatik

* Erupsi tahun 2010 berlangsung Agustus hingga September.

* Sejak saat itu Gunung Sinabung diklarifikasikan ke dalam tipe A, atau tercatat mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.

* Tahun 2013, kembali erupsi, Status Awas.

* 2014 meletus, 14 tewas

* 2 Juni 2015 meletus, status tetap Awas

* 2016 meletus besar, 7 tewas, 2 luka

* 2017, Sinabung terus bergejolak dan mengeluarkan awan panas

* 2018, meletus besar pada Sabtu (20/1/2018) pukul 07.30 WIB.

* NB: Ribuan warga Karo masih tinggal di pengungsian hingga sekarang.

(Diolah dari berbagai sumber)

Exit mobile version