Site icon SumutPos

Dua Gadis Belia yang Dijual Itu Diasuh Sejak Kecil

Foto: Gibson/PM Tasya dan Elvira, dua gadis belia tertangkap tangan menjual jasa seks ke pria hidung belang.
Foto: Gibson/PM
Ta dan Elf, dua gadis belia tertangkap tangan menjual jasa seks ke pria hidung belang.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemeriksaan intensif penyidik akhirnya membuat Farida alias Bunda (36) mengakui kebohongannya. Ya, saat penangkapan di Hotel Asean, Kamis (19/3) dinihari, Farida mengakui Elf (17) dan TA (24) sebagai anak kandungnya. Namun, karena tak bisa menunjukkan bukti, akhirnya janda yang dicap warga sebagai mucikari dan terkenal cerewet itu, resmi dijadikan tersangka

Kabid Humas Poldasu, Kombes Helfi Assegaf mengaku elf dan TA dipulangkan karena mereka korban. “Keduanya juga tidak menyangka kalau diajak Farida ke hotel dan mau dijual ke hidung belang. Dia mengatakan keduanya adalah anaknya agar hukumannya ringan dan dia dapat pulang hari itu juga. Ternyata, kebohongannya di depan penyidik tidak berhasil. Bukti-bukti konkrit seperti akte lahir tidak ada. Setelah diperiksa, barulah dia katakan, kalau keduanya diasuhnya sejak kecil karena ditinggal keluarga,” terangnya, Kamis (19/3).

Lanjutnya, dari hasil keterangan tersangka, setiap kali menawarkan kedua anak asuhnya ke pria hidung belang, tarifnya Rp.1,5 juta. Bila berhasil, tersangka mendapatkan komisi Rp500 ribu. Tersangka juga mempunyai teman-teman yang banyak di luar dan sering memberikan cewek-cewek untuk menemani pria berkaraoke. Namun, hingga saat ini, tersangka belum memberikan keterangan siapa saja temannya dan jaringannya.

“Penyidik mengembangkan jaringannya,” ucapnya.

Selama ini kedua korban kerap dijual ke berbagai hotel dan tempat hiburan malam yang ada di Kota Medan. “Mungkin karena uangnya enak, dia ketagihan dan tidak mengetahui temannya transaksi adalah polisi. Saat ini, tersangka hanya mengaku baru menjual kedua korban, namun, penyidik mempunyai penilaian lain untuk mengembangkan kasusnya. Kedua korban juga pernah dijual untuk menemani pria hidung belang berkaorake. Sah-sah saja dia membela diri,” beber perwira berpangkat tiga melati emas di pundaknya itu.

Sementara, Elf mengaku dia terjerumus karena pergaulan. Apalagi, didikan yang diberikan Farida tidak ada yang benar. Namun, untuk menyambung hidup, dia mau saja ikut bila Farida mengajaknya.

“Aku memang pernah digituin Bang. Di Belawan juga pernah, apalagi aku pernah bekerja di restoran di sana. Aku sebenarnya malu bang, aku nggak mau ingat-ingat itulah. Aku mau tobat Bang,” ucapnya sembari berjalan ke luar Poldasu.

Sumber terpercaya di Poldasu mengatakan, Farida adalah pemaIn lama yang ditarget. Dalam menjalankan aksinya, Farida pindah-pindah tempat, setiap malam dia sering ke diskotik untuk mencari pria hidung belang. Kalau dilihat dari geliat tersangka sewaktu diperiksa, nampaknya dia memang pemain lama.

“Setiap pertanyaan penyidik dijawabnya dengan tenang. Malahan, dia tidak canggung berbohong di depan penyidik. Hingga saat ini, belum ada yang menjenguknya. Mungkin besok-besok, apalagi dia tersangka. Di depan penyidik saja, dia berani bohong,” tutur bintara tersebut di depan gedung Renakta.

Lain pula cerita warga Gg. Langgar Kecamatan Medan Denai. Sudah banyak yang mengetahui kelakuan Farida, termasuk menjual tubuh Elf dan TA. Farida dikenal sebagai perempuan malam yang keluar masuk gang dengan becak dan kadang dijemput mobil silih berganti. Farida tak sendirian karena selalu ditemani perempuan perempuan ABG yang tidak dikenal warga.

“Selalu berganti-ganti yang jemput. Elf dan TA bukan anak kandungnya. Pemain itu, bukan orang sini anak yang dijual itu. Karena orang sini baik-baik, cuma dia yang suka keluar malam ke diskotik,” ujar Ujang, warga setempat.

Masih Ujang. Farida adalah janda dan menempati kontrakan di sana sejak 3 tahun lalu. “Warga setempat sebenarnya risih dengan kelakuan Farida yang kerap membawa anak-anak perempuan berpakaian seksi ke rumahnya. Kadang 3 orang dan kadang 4 orang. Setelah itu Farida dan anak anak ABG yang dibawanya, dijemput mobil di depan gang,” tambahnya.

Warga pun menjuluki Farida sebagai mucikari. Hanya saja tak berani mengucapkan langsung. ”Cerewet kali mulutnya, malas kami ladeni. Pernah kami tegur kalau dia buat resah, katanya suka hati akulah, emang kau yang kasih makan aku. Gitu katanya, apa gak pening awak dengarnya,” ujar Ujang lagi.

Nah, pemilik kontrakan Farida, Pak Musim, mengaku tak sudi menerima janda itu lagi. Apalagi, masa kontrakannya sudah mau habis. “Tidak akan saya kontrakkan lagi rumah saya ini. Haram buat dia, buat malu saja,” ujar Pak Musim, mengaku Farida kerap membayar kontrakan di awal.

“Selama ini Farida tinggal bersama dua saudara perempuannya. Banyak saudaranya yang datang dan masih remaja, semuanya perempuan. Sering datang pakai pakaian yang seksi semua dan masih remaja rata rata. Aku cuek aja, orang katanya saudaranya,” ujar Pak Musim.

“Aku tahunya pas baca koran tadi. Rupanya selama ini betul kalau Farida ini mucikari. Dia ini gak ada anaknya, setau kami ngakunya janda dan tak punya anak,” ujar Fahmi, tetangga Farida. Diakuinya, Farida memang tidak pernah menggoda warga satu kampungnya, baik menawarkan remaja-remaja seksi.

Tidak diketahui pasti dari mana asal Farida. Namun menurut Pak Musim, Farida mengontrak rumahnya dengan seorang lelaki yang mengaku sebagai suaminya. Namun setahun terakhir lelaki tersebut tak pernah nampak lagi.(gib/mri)

Exit mobile version