Site icon SumutPos

Mulai Sakit-sakitan dan Kerap Ikut Tarkan untuk Bertahan Hidup

FOTO: ist Shin Hyun Joon yang tergolek sakit sembari menunggu gajinya yang belum dibayarkan.
FOTO: ist
Shin Hyun Joon yang tergolek sakit sembari menunggu gajinya yang belum dibayarkan.

Cerita miris pemain asing yang merumput di Indonesia seperti tak ada habisnya. Penyebabnya sama: gaji yang tak dibayarkan.

Setelah Diego Mendieta dan Salomon Begondo meninggal karena sakit dan tak memiliki biaya berobat. Sempat muncul Sergei Litvinov yang harus tinggal menumpang-numpang, sampai jualan jus, untuk sekedar bertahan hidup.

Kali ini ada lagi pemain asing yang bernasib sama. Dia adalah Shin Hyun Joon. Hak pemain asal Korea Selatan (Korsel) itu belum dibayarkan oleh beberapa klub yang pernah diperkuatnya. Sudah setahun lalu dia kembali ke Indonesia untuk bertahan menunggu pelunasan gaji dari mantan klub-klubnya itu.

Nilai tunggakan gaji Shin pun cukup besar. Jika ditotal, dari tiga klub yang pernah dibelanya, jumlahnya sekitar Rp 700 juta. “Aku main di Deltras (Sidoarjo) tidak digaji sekitar Rp 100 juta, PSMS (medan) dan Perseman Manokwari sekitar Rp 450 juta,” kata pemain 31 tahun tersebut, saat menghubungi JPNN, Kamis (19/3) sore.

Pada musim lalu, dia masih bisa bertahan karena mendapatkan kontrak bermain di Divisi Utama Liga Malaysia. Hasilnya dia tabung untuk menagih hutang tiga klub di Indonesia.

Kini, untuk menyambung hidup sekedar makan, dia kerap mengikuti laga-laga uji coba dan diundang untuk bermain sebagai lawan tanding. Bahkan, dia pernah ikut lomba antar kampung (tarkam).

“Saya seperti ini karena aku mau meminta uangku yang belum dibayarkan. Saya sudah minta tolong PSSI tapi tidak ada tindak lanjutnya. Hubungi klub, tidak kasih jawaban. Tapi teman-temanku, pemain lokal sudah dapat sebagian,” ungkapnya.

Pemain 31 tahun itu, kini harus merana. Di tengah usahanya mendapatkan hak dan mencari keadilan, Shin harus sakit. Dia pun tergolek lemas di rumah kontrakan temannya, di Tangerang.

Dia tak menyebutkan apa penyakitnya, namun, dia mengiyakan saat disinggung badannya sempat lemas, demam, dan kadang juga merasakan kedinginan.

“Aku ingin pulang ke Korsel. Tapi aku butuh uang gajiku. Aku sudah main, tapi aku belum dapat gajiku. Tiga tahun lebih aku menunggu,” tegasnya.

Untuk berobat, Shin tak bisa mencari rumah sakit yang ternama. Dia hanya pergi ke klinik kampung, dan kemudian memilih istirahat. Sebenarnya, dia ingin ke rumah sakit yang lebih besar, sayangnya, dia tak cukup uang.

“Aku untuk makan saja berpikir. Untuk apa aku ke rumah sakit. Makan saja aku dikirimi duit orang tua, kadang pinjam teman,” paparnya.

Kini, pemain yang kemana-mana memilih naik ojek itu, masih tergolek lemas di rumah temannya.

Untungnya, Shin masih bisa bertahan. Tapi, dia tak tahu sampai kapan dan tak mau mati di Indonesia. Setelah uangnya dibayar, Shin ingin langsung pulang ke Korsel.

“Saya bingung sama Indonesia. Tidak ada profesional. Bagaimana mau sepak bola. Dari kompetisi saja sudah tidan baik,” tandasnya. (dkk/jpnn)

Exit mobile version