Site icon SumutPos

4 Anggota IDI Medan Meninggal Akibat Covid-19

JUBIR: Jubir GTPP Covid-19 Sumut, Mayor Kes dr Whiko Irwan SpB menyampaikan data kasus di Sumut. Hingga Minggu (19/7), total kasus positif di Sumut 2.937 orang, sembuh 719 orang, dan meninggal 147 orang.
JUBIR: Jubir GTPP Covid-19 Sumut, Mayor Kes dr Whiko Irwan SpB menyampaikan data kasus di Sumut. Hingga Minggu (19/7), total kasus positif di Sumut 2.937 orang, sembuh 719 orang, dan meninggal 147 orang.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – SUASANA duka kembali dirasakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Medan. Sebab, seorang lagi anggota organisasi profesi kedokteran itu meninggal dunia akibat terinfeksi Covid-19, dr Aldreyn Asman Aboet SpAn-KIC.

Dengan wafatnya dokter Spesialis Anesthesi Konsultan Intensive Care tersebut, kini sudah 4 anggota IDI Medan meninggal karena terjangkit virus corona. Informasi diperoleh, sebelum meninggal dr Aldreyn Asman Aboet SpAn-KIC sempat menjalani rawat inap di RS Bunda Thamrin sekitar 2 minggu sejak 3 Juli 2020. Namun, pada 17 Juli 2020 pukul 03.00 WIB menghembuskan nafas terakhirnya.

Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan membenarkan dr Aldreyn meninggal dunia karena terpapar Covid-19. “Tim medis sudah berupaya maksimal menyelamatkan dr Aldreyn. Akan tetapi, belum membuahkan hasil,” ujar Alwi kepada wartawan, akhir pekan lalu.

Bahkan, sambung Alwi, almarhum dr Aldreyn sempat dilakukan terapi plasma agar memiliki antibodi. Namun tidak juga membuahkan hasil. “Nyawanya tidak dapat diselamatkan dan mungkin sudah kehendak Yang Maha Kuasa,” katanya singkat.

Sekretaris IDI Medan, dr Ery Suhaymi SpB mengakui, sudah empat orang anggota IDI Cabang Medan yang meninggal karena Covid-19. Bahkan, di luar Medan ada juga. “Selain IDI Medan ada juga anggota IDI yang meninggal dunia, yaitu anggota IDI Asahan 1 orang, dan IDI Labuhanbatu Utara 1 orang,” ungkapnya.

Sementara, Ketua IDI Medan dr Wijaya Juwarna Sp-THT-KL menyampaikan, penanganan Covid-19 ini diharapkan harus dan terus dilakukan dengan maksimal. Misalkan, untuk infeksi paru pakarnya adalah dokter Spesialis Paru didukung Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Umum yang terlatih. Untuk pemeriksaan swab nasofaring dan orofaring dapat dilakukan oleh ahli mikrobiologi dan analis laboratorium yang dilatih oleh Spesialis THT-KL.

Wijaya menuturkan, anggota IDI Medan yang tersebar di institusi pendidikan kedokteran dan seluruh RS di Kota Medan yang memiliki kompetensi menangani wabah pandemi ini, diminta untuk bisa menyisihkan sebagian waktu dan energinya meneliti serta melakukan pelayanan yang optimal. Namun, tentunya dengan dukungan seluruh pihak baik pemerintah maupun seluruh komponen masyarakat. “Kunci sukses menghadapi virus corona tergantung semangat hidup dan daya tahan tubuh (imunitas) dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Selain itu, jangan lupa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa pemilik hidup dan kehidupan sejati,” tuturnya.

Ia meminta, agar para dokter dan tenaga medis lainnya yang juga merupakan anggota masyarakat dilindungi oleh pemerintah, karena itu menjadi kewajiban. “Faktor keselamatan seperti APD yang lengkap wajib disediakan. Tak hanya itu, insentif juga sehingga keluarga yang mereka tinggalkan selama bertugas tidaklah terabaikan,” kata Wijaya.

Apalagi, penanganan wabah yang belum ditemukannya vaksin tidaklah sama dengan penyakit yang sudah ada vaksin atau obatnya. “Virus corona ini sangat mudah menyebar dan bereplikasi. Jika seorang yang telah terinfeksi berpotensi menyebarkan ke 3-5 orang lain, begitu seterusnya sampai kita sulit menghitungnya. Oleh karena itu, seorang yang telah terbukti mengalami infeksi, wajib hukumnya isolasi selama 14 hari,” terang Wijaya.

Dia menjelaskan, pintu masuk virus ini sama seperti jenis virus flu lainnya, yaitu hidung dan mulut. Hal ini menjadi kunci bahwa cuci hidung, sikat gigi dan berkumur merupakan hal yang penting dilakukan. Untuk itu, hindari menyentuh mulut, hidung dan mata sebelum mencuci tangan dengan sabun menggunakan air mengalir.

Lebih lanjut Wijaya mengatakan, ia menilai pasien Covid-19 yang semakin banyak maka jumlah paparan akan semakin besar. Hal ini sangat berisiko tinggi bagi tenaga kesehatan (nakes). “Saya menilai dengan pasien yang semakin banyak, maka jumlah paparan akan semakin besar. Hal ini sangat berisiko tinggi bagi nakes, apalagi yang mengalami kelelahan dan adanya penyakit penyerta,” papar Wijaya.

Oleh karena itu, dia meminta kepada nakes mengutamakan kesehatan dan keselamatan diri sendiri terlebih dahulu dengan senantiasa memakai APD ketika memberikan pelayanan kesehatan. “Dokter dengan penyakit penyerta dilarang memberikan pelayanan langsung kepada pasien dengan infeksi Covid-19,” cetusnya.

Kemudian, lanjut Wijaya, bagi dokter yang melakukan pelayanan langsung kepada pasien Covid-19 agar kiranya tidak melebihi 10-15 pasien. Hal itu untuk mengurangi dosis paparan, dan melakukan rotasi dengan dokter lain setelah 14 hari agar istirahat sejenak. “Bagi dokter yang melakukan praktik pribadi sebaiknya mengurangi hari dan waktu jam praktik. Misalnya, Senin praktik, Selasa istirahat. Lalu, Rabu praktik, Kamis istirahat dan Jumat praktik. Sedangkan Sabtu dan Minggu bisa digunakan untuk istirahat dan berolahraga sehingga sistem imunitas tubuh tetap terjaga,” tukasnya.

Untuk diketahui, sebelumnya 3 anggota IDI Cabang Medan telah meninggal dunia. Pertama, dr Ucok Martin pada Selasa malam, 17 Maret 2020 karena terpapar Covid-19 usai pulang dari daerah terjangkit di luar negeri dan sempat mendapat perawatan di RSUP H Adam Malik sejak 14 Maret 2020.

Kemudian, dr Anna Mari Ulina Bukit yang meninggal pada Senin 4 Mei 2020. Anna terpapar dari suaminya, Malem Tarigan yang merupakan pendiri Yayasan Politeknik MBP Medan, dan juga meninggal karena virus mematikan tersebut. Selanjutnya, dr Irsan NHN Lubis SpS meninggal saat menjalani perawatan di RS Columbia Asia akibat terpapar virus corona pada Senin 18 Mei 2020. (ris)

Exit mobile version