Site icon SumutPos

AKSIS 2017 Perkuat Keanekaragaman Hayati

Foto: M IDRIS/SUMUT POS
Dari kanan: Direktur Eksekutif Yayasan Kehati, MS Sembiring, Direktur Program TFCA-Sumatera Yayasan Kehati, Samedi, Fasilitator TFCA-Sumatera Wilayah Utara, Hamdan, dan Ketua Panitia, Masrizal Saraan, menyampaikan penjelasan tentang Expo AKSIS 2017, kemarin.

SUMUTPOS.CO – Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) menggelar expo Aksi Konservasi Hutan Tropis Sumatera (AKSIS) 2017, di Lapangan Merdeka Medan. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari ke depan, Senin-Rabu. Dan, kegiatan itu digelar dalam rangka memperkuat keanekaragaman hayati.

Direktur Eksekutif Yayasan Kehati, MS Sembiring mengatakan, tantangan terbesar Indonesia di sektor kehutanan hingga saat ini adalah menjaga kelestarian hutan dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Sekaligus, meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Non-sense ketika bicara kelestarian hutan tanpa memikirkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Oleh karena itu, upaya konservasi hutan juga harus didorong ke arah perbaikan kesejahteraan. Tak hanya itu, juga peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di dalam dan sekitar hutan yang imbal baliknya akan menjadi pelindung hutan dan pemimpin konservasi di wilayahnya.

“Dari waktu ke waktu, upaya–upaya konservasi hutan terus dilakukan. Namun faktanya, ancaman terhadap kelestarian hutan masih ada, sementara spesies kunci masih tertekan. Ironisnya, kerusakan sumber daya hutan ternyata tidak berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan,” ujar MS Sembiring didampingi Ketua Panitia, Masrizal Saraan dalam temu pers di Hotel Inna Dharma Deli, Minggu (19/11).

Menurutnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2016 mencatat, dari 25.863 desa di dalam dan sekitar kawasan hutan, sekitar 71 persen hidupnya bergantung kepada hutan. Dari jumlah itu, diperkirakan 10,2 juta jiwa warga yang tinggal di kawasan tersebut masuk kategori miskin.

Salah satu upaya untuk menjaga kesejahteran masyarakat di dalam dan sekitar hutan adalah dengan menyediakan alternatif usaha ekonomi bagi mereka. Sumber-sumber ekonomi yang selama ini telah ada, misalnya, perkebunan kopi, cokelat, karet, cengkeh, pala, dan lain sebagainya perlu ditingkatkan lagi efektivitasnya dan diarahkan pada kelestarian hutan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan kebijakan yang ada.

“Dengan cara itu, mereka dapat memperoleh kehidupan yang layak dan tidak berorientasi pada perambahan kawasan hutan untuk mendapatkan lahan garapan lagi,” ujar dia.

Sebagai bagian dari upaya menjawab permasalahan konservasi dewasa ini, khususnya di Sumatera, KEHATI melalui program Tropical Forest Conservation Action for Sumatera (TFCA Sumatera) telah melakukan aksi konservasi hutan secara sistematis di tingkat tapak di Sumatera, yang hasilnya akan dipresentasikan dalam kegiatan ekspo di Lapangan Merdeka, Medan, pada 20-22 November 2017.

Direktur Program TFCA-Sumatera Yayasan Kehati, Samedi menuturkan, expo yang bertemakan ‘Aksi Konservasi Hutan Tropis Sumatera’ diikuti seluruh mitra TFCA Sumatera-KEHATI dari Lampung hingga Aceh, untuk dapat saling berbagi pengalaman, saling menginspirasi, serta memberikan saran, sehingga para mitra mampu meningkatkan kinerjanya. Selain itu, mereka akan dipertemukan dengan pelaku bisnis dan pakar-pakar pemasaran untuk memperkuat kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat menjadi bisnis konservasi yang profesional dan berkelanjutan.

Samedi mengungkapkan, sejak dimulai pada tahun 2010 hingga kini, program TFCA Sumatera telah mengintervensi 12 lansekap konservasi prioritas mulai dari Aceh hingga Lampung. Tidak kurang dari 54 konsorsium mitra yang terdiri dari hampir 100 lembaga anggota (LSM / Perguruan Tinggi) telah terlibat di dalamnya. Selama itu, ada beragam inisiatif, inovasi, maupun produk yang dihasilkan mitra dan penerima manfaat (masyarakat).

Untuk capaian tersebut, lanjut Samedi, dapat diperkenalkan kepada khalayak luas, membangun inspirasi satu sama lain, promosi produk dan jasa kepada pasar, membangun jejaring pasar baik konvensional maupun daring, sekaligus terbangunnya komunikasi yang lebih baik dengan pemerintah pusat dan daerah. “Kegiatan expo Aksi Konservasi Hutan Tropis Sumatera ini kami selenggarakan sebagai show-window dari aksi nyata TFCA Sumatera-KEHATI di lapangan,” kata Samedi yang didampingi Fasilitator TFCA-Sumatera Wilayah Utara, Hamdan.

Selain pameran produk-produk, sambung Samedi, expo ini juga diisi dengan beragam acara menarik dan bermanfaat. Di antaranya, dialog nasional yang menghadirkan Menteri LHK sebagai pembicara utama, Menteri Pariwisata yang akan memberikan arahan mengenai pariwisata berkelanjutan, talkshow, seminar, temu bisnis, peluncuran buku, penanaman pohon serentak di dua provinsi di Sumatera.

Kemudian, pelatihan kewirausahaan dan pengelolaan jasa lingkungan, ngopi bersama, menggalang 10.000 tanda tangan untuk dukungan gerakan konservasi hutan, lomba foto booth, lomba foto jurnalistik lingkungan dan pameran foto, serta lomba menggambar dan mewarnai.

“Expo ini menjadi penting karena dapat dimanfaatkan untuk berbagi informasi baik kegagalan maupun keberhasilan program, berfungsi sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi di antara para pelaku konservasi kehutanan di Indonesia, khususnya di Sumatera, serta mempertemukan pelaku bisnis dengan masyarakat,” ujar Samedi.

Menurut Samedi, keterampilan masyarakat di dalam dan sekitar hutan harus ditingkatkan untuk menjadi masyarakat mandiri dan sejahtera. Sehingga, dapat hidup berdampingan dengan kelestarian hutan.

Hal tersebut selaras dengan makna holistik konservasi hutan, yang sesungguhnya tak hanya mencakup kegiatan pengawetan, perlindungan, pemulihan dan peningkatan kualitas alam, tetapi juga pemanfaatannya secara berkelanjutan. (ris/ila)

 

 

Exit mobile version