Site icon SumutPos

“Masukkan Dia dalam Mimpiku, Tuhan”

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS Keluarga Kapten Jan Hotlan Parlin Saragih menangis histeris ketika melihat jenazah nya di Lanud Soewondo Medan, Senin (19/12) Kapten Jan Hotlan Parlin Saragih adalah salah satu di antara 13 korban Hercules C-130 yang jatuh di Wamena.
Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Keluarga Kapten Jan Hotlan Parlin Saragih menangis histeris ketika melihat jenazah nya di Lanud Soewondo Medan, Senin (19/12) Kapten Jan Hotlan Parlin Saragih adalah salah satu di antara 13 korban Hercules C-130 yang jatuh di Wamena.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Suasana haru dan isak tangis menyelimuti Hanggar Lanud Soewondo Medan, Senin (19/12) pagi. Sejumlah prajurit TNI berpakaian rapi, lengkap dengan senjata dan baretnya, siap untuk menggelar upacara militer penyerahan jenazah Kapten Pnb Jan Hotlan Parlin Saragih, co-pilot Hercules A-1334 yang jatuh di Gunung Tugima, Wamena, Papua, kepada keluarga.

Keluarga korban Jan Hotlan yang semula duduk di kursi, langsung beranjak ketika pesawat TNI AU Boeing AI-7301 landing di landasan pacu Lanud Soewondo tepat pukul 10.00 WIB. Mereka ingin mendekati pesawat yang membawa jenazah Jan Hotlan yang diangkut dalam pesawat dari Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang.

Istri Jan Hotlan, Bripka Hotriani Kristina boru Purba ikut dalam pesaawat tersebut. Dia tampak turun dari pesawat dengan kursi roda yang didorong oleh dua prajurit TNI AU. Dia tampak terpukul atas insiden yang dialami suaminya. Bahkan, dia sempat pingsan.

Begitu di Hanggar, pihak keluarga berusaha menyadarkannya. Begitu siuman, dia langsung disuguhi air menieral kemasan cup.

“Tolong jagain anak-anak aku. Kembalikan dia (Jan Hotlan) di sini. Aku enggak kuat,” kata Hotriani dengan nada terisak-isak.

Jan Hotlan meninggalkan dua orang anak laki-laki yang masih kecil. Putra sulungnya Immanuel Saragih berusia 4 tahun, dan yang bungsu Gabriel Saragih berusia 2 tahun. Selain itu, Jan Hotlan merupakan anak bungsu dari empat bersaudara.

Melihat sang ibu tak kuasa menahan tangis, Immanuel Saragih yang mengenakan jaket corak loreng tentara mendekat kepada ibunya. Dari gestur tubuhnya, bocah berkulit putih ini terkesan ingin menenangkan ibunya.

“Masukkan dia dalam mimpiku Tuhan. Dia baik. Papi, kamu pulang ya papi. Pulang kau ya sayang, pulang ya kau cinta. Maafin aku ya. Aku enggak bisa ke situ. Kamu kemarin sakit ya, maafin aku ya sayang. Maafin aku papi,” kata Hotriani yang mengenaan baju merah dipadu celana hitam ini.

 

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Keluarga Kapten Jan Hotlan Parlin Saragih menangis histeris ketika melihat jenazahnya di Lanud Soewondo Medan, Senin (19/12) Kapten Jan Hotlan Parlin Saragih adalah salah satu di antara 13 korban Hercules C-130 yang jatuh di Wamena.

Tulang korban, Waldison Purba kepada Sumut Pos menyatakan, ia mengetahui kabar duka itu dari siaran televisi. Menurut Waldison, pada Jumat (16/12) lalu, Jan Hotlan sempat menghubungi ibunya, Ulpeinim boru Purba. Kala itu Jan Hotlan seperti buang tabiat.

“Apa ibu enggak rindu sama kami,” kata Waldison menirukan ucapan Hotlan.

“Begitu kami tahu kabar (duka) itu, saya sempat telepon untuk memastikan. Tapi sudah tidak aktif,” sambung Waldison.

Tepat Pukul 11.10 WIB, kedua orangtua Jan Hotlan tiba di Hanggar Lanud Soewondo. Keduanya terlihat menangis, tak kuasa melepas kepergian anak bungsu mereka.

“Oh Tuhan, kenapa kau cepat kali pergi meninggalkan kami,” teriak Ulpeinim boru Purba, ibu korban.

Berselang 20 menit, Komandan Lanud Soewondo Kolonel Pnb Arifien Sjahrir bertindak sebagai inspektur upacara dalam pelepasan jenazah Kapten Pnb Jan Hotlan Saragih yang akan dibawa ke rumah duka di Dusun Pagar Jandi, Desa Bandar Meriah Butu, Kecamatan Silau Kahean, Simalungun.

Kepada wartawan, Arifien mengatakan, ini adalah prosesi militer penerimaan dan pelepasan jenazah, karena posisi almarhum adalah perwira dari Skuadron Udara 32 di Malang. “Jadi secara khusus diberangkatkan ke sini atau kampung halamannya karena permintaan pihak keluarga untuk dimakamkan. Secara militer kita menerima dari Lanud Abdurrahman Saleh, setelah itu kita lepaskan jenazah. Kemudian dari Lanud Soewondo diberangkatkan ke kampung halamannya. Lalu besok (hari ini) kita makamkan. Namun hingga saat ini belum ada kepastian apakah almarhum ini dimakamkan secara adat atau pun secara kemiliteran. Tapi apapun itu, kita sudah siap,” tambah perwira menengah dengan pangkat tiga melati emas di pundaknya ini.

Kata dia, setiap personel TNI yang gugur dalam tugasnya pasti akan dikibarkan bendera setengah tiang. Itu menunjukkan suasana berkabung. Saat disinggung sampai kapan bendera setengah tiang itu, Arifien mengaku, belum tahu.

“Setiap personel TNI yang gugur dalam bertugas akan dikibarkan bendera setengah tiang,” tandasnya. (ted/adz)

Exit mobile version