Site icon SumutPos

Ubah Status ‘BU’, Langsung Dapat Mangsa

Foto: MHD AKHWAN/RIAUPOS Web yang menampilkan wanita panggilan dengan transaksi pemesanan secara online, Maraknya Protitusi Online di kalangan remaja sangat meresahkan. Pekanbaru. Riau. Ahad (9/10/2016).
Foto: MHD AKHWAN/RIAUPOS
Web yang menampilkan wanita panggilan dengan transaksi pemesanan secara online, Maraknya Protitusi Online di kalangan remaja sangat meresahkan. Pekanbaru. Riau. Ahad (9/10/2016).

Gaya hidup modern dan glamor memang memberi banyak pengaruh. Gadget ter update, pakaian bermerek, perhiasan hingga tunggangan (mobil). Hasrat untuk memiliki benda mewah itu susah untuk dibendung. Tak sedikit remaja yang jatuh ke dalam dunia prositutusi. Terlebih dalam era perkembangan teknologi yang membuat setiap individu dapat terhubung dengan sangat cepat.

—————————–

AFIAT ANANDA, Pekanbaru

—————————–

W (19), saat ditemui Riau Pos (grup Sumut Pos) terlihat sangat anggun. Mengenakan dress merah, ia datang dengan menunggangi sebuah mobil jenis city car di sebuah kafe di Jalan Sudirman Pekanbaru, Rabu (17/10). Setelah bersalaman, W duduk dengan manis di depan Riau Pos.

Setelah duduk, ia menaruh tas merek chanel warna hitam diatas meja kayu bundar kafe. Sebuah handphone tipis berwarna rose gold dikeluarkannya.”Bentar ya bang, aku balas sms temen,”ujarnya sambil mengetik pesan. Ia tampak tersenyum-senyum membalas pesan itu. Sesaat kemudian, ia kembali menaruh handphone kembali ke meja. Dari tas yang sama ia mengeluarkan kotak rokok.

“Apa yang bisa aku bantu Bang?” tanyanya sembari memantik sebatang rokok. Riau Pos pun menjelaskan maksud mengundang W untuk sebuah wawancara. Ia menyetujui, namun dengan syarat identitasnya dirahasiakan. Kesepakatan pun terjalin. Sebelum memulai obrolan, ia memesan minuman terlebih dahulu. Usai memesan obrolan pun berlanjut.

Memulai pembicaraan, W mengatakan saat ini sedang kuliah semester 4. Orangtuanya tinggal di Kabupaten Kampar. Sedangkan di Pekanbaru ia menghuni sebuah rumah kontrakan di kawasan Soekarno Hatta. Soal kondisi perekonomian keluarga, orang tuanya memang tidak terlalu berkecukupan. Namun masih mampu mengirimi dirinya uang sebesar Rp1 juta per bulannya.

Jumlah itu, lanjutnya, dimaksudkan untuk membiaya kegiatan kuliahnya sehari-hari. Mulai dari uang kostan, makan hingga kelangsungan kuliah. Soal uang semester lain lagi. Tiap masuk semester baru, ia diberikan uang Rp2.4 juta. Namun keinginan untuk terlihat “kekinian” membuat W mau melakukan apapun. Asal dapat uang lebih.

Jika anggaran untuk tinggal (kostan) dari orangtua ia hanya ditakar Rp300 ribu sebulan. Namun W tinggal di rumah kontrakan dengan harga Rp12 juta setahun. Angsuran mobil yang ditungganginya Rp3,2 juta per bulan. Sehari-hari lanjutnya bercerita, minimal ia mengeluarkan uang Rp100 ribu. Entah itu untuk makan, pulsa dan lain sebagainya. Terkadang, dalam sehari ia bisa mengeluarkan uang Rp1 juta sehari.

“Nongkrong-nongkrong sama temen, dugem banyaklah habis uang,” tuturnya. Jika ditotalkan, kira-kira W butuh uang sebesar Rp10 juta dalam sebulan. Maka dari itu, uang Rp1 juta kiriman orangtua tidak cukup. Jika dalam sebuah kondisi dirinya membutuhkan uang, ia tinggal mengaktifkan sebuah akun aplikasi chatting di smartphone miliknya.

“Tinggal ubah status. BU. Maksudnya butuh uang. Nanti banyak nge-chat. Saya tinggal bilang harganya. Kami janjian. Melakukan keinginan si pemesan. Terima bayaran. Gampang,” katanya menyeletup. Diceritakannya, dalam aplikasi tersebut biasanya si pemesan meminta foto dirinya. Namun, tak jarang hanya bentuk penipuan. Maka dari itu, ia tidak lantas mengirimi foto. Jika mau, langsung bertemu.

Namun jika ingin mendapatkan uang lebih banyak biasanya ia menghubungi seorang teman. Yang punya kenalan banyak bos yang mau membayar mahal untuk sekali kencan. Dari ‘sang teman’ tersebut akan dijadwalkan kapan dan dimana harus bertemu sang hidung belang.

Diakui W, dalam sekali kencan ia mematok tarif mulai dari Rp1.2 juta sampai dengan Rp4 Juta. Harga tersebut tergantung kebutuhan dirinya pada saat itu. Soal uang jasa narahubung, biasanya diberikan belakangan. Ketika uang sudah diterima. (bersambung)

Exit mobile version