Site icon SumutPos

Tak Pernah Sepi, Sehari Dikunjungi 50 Peziarah

Makam Datuk Alang Tualang Puso Syeikh Abdullah dan Enam Panglima

Makam Datuk Alang Tualang Puso Syeikh Abdullah yang berada di Jalan Datuk Keramat Tualang Puso 7 Panglima, Dusun I Tambak Rejo, Desa Amplas, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deli Serdang, tak pernah sunyi dari peziarah.

M Sahbainy, Medan.

MAKAM: Makam Datuk Alang Tualang Puso. //Sahbainy/sumut pos

Setiap harinya, ada 40 hingga 50 peziarah yang datang. Pemilik makam tersebut merupakan seorang tokoh penyebar agama Islam di Sumut pada Abad 17 dari  Sultan Serdang.

Memasuki areal kuburan ini,  lokasinya masih tanah berbatuan. Untuk mencapai lokasi, harus melewati Jalan Jermal XV Medan Denai, melalui depan jalan sebuah posko berwarna hijau yang bertuliskan BPRPI (Badan Perjuangan Rakyat Penunggu Indonesia).

Dari jalan ini, sekitar 3 Kilometer (Km). Berjalan terus, maka di ujung jalan akan tampak seperti sebuah bukit besar (tanah bukit). Lalu ada tiga  bendera terpacak di pohon rindang yang besar. Untuk sampai menuju makam di tanah sedikit berbukit itu, kaki harus menanjak. Sedangkan hamparan pohon-pohon besar yang tingginya mencapai 10 sampai 15 meter. Seperti pohon Tualang, Kling, Nogososro, Rambun-rambun dan Kepinding.

Pantaslah tempat ini sangat mega, selain di selimuti oleh pohon-pohon yang besar juga mempunyai dua bukit yang agak ‘aneh’ berada di lokasi seperti ini. Dari atas bukit ini yang tingginya sekitar 10 meter ini terlihat 5 dari 7 kuburan yang tampak dirawat oleh penjaganya. Salah satunya makam Datuk Alang Tualang Puso Syeikh Abdullah.

Dari tujuh kuburan yanag ada, sekitar lima dari kuburan tampak mencolok atau ukurannya paling besar. Selain kuburan tersebut panjang, juga ada sebuah pondok dengan luas 3X4 meter (m).

Menurut keterangan Koordinator BPRPI Syahrial Harahap (40), penjaga makam, Datuk Alang Tualang merupakan penyebar ajaran Islam di Sumut pada saat kerajaan Demak. Konon katanya, 3.000 tahun lamanya dia sudah ada di sini. “Menurut ulama ini (Datuk Alang Tualang Puso Syeikh Abdullah) merupakan salah satu kerajaan tertua,” ucapnya.

Selain tempat ini merupakan kerjaan, di lokasi itu juga menyimpan sejuta keramik yang berasal dari negara China, Pakistan, India, Arab dan lainnya.
Saat Datuk Alang Tualang Puso Syeikh Abdullah menyiarkan ajaran Islam di daerah ini, kata Syahrial, Datuk juga menikah dengan warga setempat yang merupakan keturunan dari Melayu. “Tapi, tidak tahu datuk mempunyai anak atau namanya istrinya siapa, karena masih simpang siur,” ucapnya.

Selain di bukit yang nan megah ini, ada juga menyimpan kuburan panglima lainnya. Seperti kuburan Panglima Denai, Tuidung Saji, Putri Dewi, Busut, Kumbang dan Nayan,”Mereka merupakan anak murid dari Datuk Alang Tualang Puso Syiekh Abdullah,” katanya.

Kata Syahrial, ada banyak pengunjung yang datang ke lokasi kuburan itu. Seperti pada daerah Jawa, Aceh, Sumut, Kalimatan Timur (Kaltim) bukan daerah Indonesia saja, tapi ada juga negara luar yaitu Malaysia dan Arab untuk berziarah.

“Di tempat ini tak pernah sunyi, ada aja yang datang. Ada yang berziarah, bernazar dan berdiam diri di sini sampai 24 jam. Setiap hari  sekitar 40 sampai 50 orang datang berziarah,”ucapnya.

Untuk merawat kuburan ini dengan baik dan indah, kata Syahrial, dijaga oleh empat orang, yakni orang yang tinggal di kuburan selama 24 jam. “Kami tinggal di sini, dan makan dan mandi di sini juga,” ujar Syahrial sambil pamit meninggalkan koran ini.

Soal sejarah yang pasti terkait makam itu, di tempat terpisah,  Wakil Pusat Sejarah Ilmu Sosial (Pusis) Erond L Damanik mengatakan, asal mulanya daerah Denai merupakan salah satu wilayah Sultan Serdang pada abad 17. Datuk Alang Tualang Puso Syeikh Abdullah merupakan seorang yang penyebar agama Islam. Katanya yang terkenal itu Panglima Denai karena asli warga Denai.

Saat dulunya, kata Erond daerah itu merupakan daerah ke sultanan Serdang yang terdiri dari 13 Kedatukan yang di antaranya, Denai, Percut, Kualanamu, Perbaungan dan lainnya. “Itu namanya salah satu daerah Datuk itu namnya Denai,”katanya.

Dalam memastikan daerah ini sudah lama, Erond mengungkapkan belum ada yang autentik atau batu, dan tempat yang menandakan daerah tersebut sudah tua. “Untuk penelitian belum ada yang jelas sampai sekarang keberadaannya,”kata Erond. (*)

Ket Foto : Syahrial (40) saat menata kuburan.

Exit mobile version