Site icon SumutPos

Jangan Ada Kesan ‘Mengerjai’, Nanti Turis Ogah Kembali

Foto: ANDRI GINTING/SUMUT POS Wisatawan asing memainkan alat musik tiup bersama rombongan karnaval Sigale-gale yang ikut memeriahkan Festival Danau Toba 2013 di Bukit Beta, Samosir, Sumut, Senin (9/9).
Foto: ANDRI GINTING/SUMUT POS
Wisatawan asing memainkan alat musik tiup bersama rombongan karnaval Sigale-gale yang ikut memeriahkan Festival Danau Toba 2013 di Bukit Beta, Samosir, Sumut, Senin (9/9).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Langkah PT Garuda Indonesia membuka jalur penerbangan dari Jakarta menuju Bandara Silangit, dinilai cukup efektif. Terutama dari sisi transportasi, karena mempermudah wisatawan datang berkunjung ke Danau Toba.

Namun menurut tokoh masyarakat Batak di Jakarta, Sarman Simanjorang, hal tersebut tidak cukup. Karena percuma ada transportasi, kalau ketika berada di sekitar Danau Toba, wisatawaan tidak menemukan apa yang mereka inginkan. Terutama keramahan masyarakat dalam menerima keberadaan mereka.

“Pertanyaannya dan yang harus dibenahi pemerintah itu, apakah masyarakat di sekitar kawasan Danau Toba sudah siap menerima kedatangan turis lokal maupun mancanegara dengan sikap ramah, bersahabat, jujur dan pelayanan yang berkesan,” ujar Sarman kepada Sumut Pos saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (20/3).

Menurut pengusaha yang juga sekaligus Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta ini, tanpa ada jaminan penerimaan dari masyarakat, sangat mustahil turis akan datang ke Danau Toba.

“Saya melihat kesadaran masyarakat di sana masih sangat rendah dan masih banyak memberikan kesan negatif yang membuat turis tidak mau kembali dan tidak merekomendasikan kepada orang lain untuk berkunjung ke sana,” kata pria asal Dairi ini.

Ia kemudian mencontohkan masalah menjaga kebersihan yang masih sangat rendah. Kemudian pelayanan transportasi lokal selama wisatawan berada di kawasan Danau Toba, cukup mahal. Bahkan terkesan mengerjai dan mengambil  kesempatan kepada turis dengan tarif yang cukup mahal?

“Untuk itu saya kira, pemerintah daerah sudah harus melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat sekitar, bagaimana memberikan pelayanan kepada pengunjung yang berkesan,” ujarnya.

Langkah ini menurut Sarman, harus dilakukan beriringan dengan upaya pemerintah pusat membenahi infrastruktur yang ada. Termasuk membuka penerbangan langsung ke sekitar Danau Toba. Dengan demikian wisatawan akan semakin banyak berkunjung.

“Kalau wisatawan banyak berkunjung, tentu dapat menambah  perputaran ekonomi di sana. Jadi masyarakat harus diberikan standar pelayanan baku,” katanya.

Langkah lain, pemda-pemda yang ada, termasuk Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kata Sarman, juga perlu membentuk Badan Usaha Milik Daerah ?(BUMD). Terutama khusus untuk mengelola transportasi turis dari Silangit ke berbagai tujuan kawasan Danau Toba.

“Untuk saat ini saya rasa tidak perlu dibangun bandara yang lebih dekat ke Danau Toba. Bandara Silangit sudah sangat strategis, pemerintah daerah hanya meningkatkan insfrastruktur jalanan yang baik dengan berbagai fasilitas restoran, sarana dan prasarana wisata dan tujuan berbagai wisata di kawasan Danau Toba,” ujarnya.

Sarman juga menilai, ke depan promosi Danau Toba juga harus semakin ditingkatkan dengan koordinasi antar pemkab di kawasan tersebut. Dengan menyusun paket wisata yang dapat melintasi seluruh pemkab di kawasan Danau Toba.

“Masyarakat di sana harus dapat meniru perilaku masyarakat Bali yang sudah sangat sadar bahwa sumber mata pencaharian mereka adalah dari sektor wisata. Mereka memberikan pelayanan yang ramah, baik dan berkesan. Sehingga orang-orang  akan kembali ke Bali,” ujarnya.

Demikian juga dengan fasilitas hotel atau tempat-tempat penginapan, menurut Sarman juga harus dibenahi dari sisi kenyamanan, harga dan pelayanan. Harus memiliki standar baku.

“Mari kita jadikan Danau Toba sebagai tujuan wisata yang berkelas dan berkesan dan berkesinambungan dengan keterlibatan semua kalangan masyarakat?” ujar Sarman. (gir)

Exit mobile version