Site icon SumutPos

Rekor MURI Berkah dari Keterbatasan Crew

Foto: Bagus/Sumut Pos
Dedi Arliansyah Siregar, sutradara film ‘Selembar Itu Berarti’, yang meraih rekor MURI sebagai sutradara pemegang jabatan terbanyak.

Potret kehidupan masyarakat di tengah sulitnya perekonomian dan buramnya dunia pendidikan Tanah Air saat ini, memberi inspirasi bagi Dedi Arliansyah Siregar. Dia pun menuangkannya dalam sebuah film berdurasi 1 jam 45 menit, “Selembar Itu Berarti”. Luar biasanya, Dedi mampu merangkap 18 jabatan dalam produksi film ini dan memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

 

——————————————-

Bagus Syahputra, Tapanuli Utara

——————————————-

 

Bangga bercampur haru dirasakan Dedi Arliansyah Siregar saat menerima plakat penghargaan dari perwakilan MURI Andre Purwandono di GOR Sopo Partungkoan, Kabupaten Tapunuli Utara, Sumatera Utara, Sabtu, (21/1) malam. Apalagi, penyerahan plakat dari MURI itu disaksikan Ketua Parsi yang juga aktor senior Anwar Fuadi, Jay Wijayanto, Bupati Taput, Nikson Nababan, dan lainnya.

Film “Selembar Itu Berarti” memang belum tuntas digarap. Namun MURI sudah memberikan penghargaan kepada Dedi Arliansyah Siregar dengan kaeagori jabatan terbanyak dalam proses pembuatan film di Indonesia.

Sutradara alumni SMA Negeri 7 Medan itu merangkap 18 jabatan. Selain sebagai sutradara, dia juga merangkap produser, script writer, cameraman, make up, pengarang lagu, pengarang instrumen film, dan lainnya.

Dalam pembuatan film ini, dia juga tidak menggunakan crew layaknya film layar lebar. Dia hanya dibantu lima orang crew dalam menggarap film ini.

Andre Purwandono, perwakilan MURI, mengaku bangga kepada Dedi. Menurutnya, tidak mudah menyelesaikan sebuah film terbaik dengan keterbatasan crew, alat, dan dana. Namun, itu bisa dilakukan Dedi bersama lima rekan-rekannya untuk memberikan tontonan berkualitas kepada masyarakat Indoneisa, bahkan dunia.

“Suatu kebanggaan bagi kita, anak bangsa di Sumatera Utara memiliki karya terbaik dengan hanya lima orang crew. Tidak mudah menjalani rangkap jabatan dan pekerjaan di sebuah film. Makanya kita apresiasi dan bangga,” ucap Andre sembari memberikan plakat MURI kepada Dedy.

Menurut Andre, rekor sebelumnya, ada seorang sutradara menjabat 14 jabatan dalam pembuatan layar lebar. “Namun ini, Bapak Dedy Arliansyah Siregar memecahkan rekor terbaru dengan merangkap 18 jabatan,” kata Andre.

Film “Selembar Itu Berarti” dibintangi Puteri D Siagian, Raihan F Valendiaz, Yessica T Simanjuntak, Ratu Rizka Apriyani, Cut Indah Rizky, Anwar Fuadi, Rasilinna Rasyidin, dan Jay Wijayanto. Film ini menceritakan kehidupan keluarga miskin dengan kebatasan ekonomi. Namun, tidak membuat keluarga ini putus asa menyekolahkan kedua anaknya demi pendidikan yang lebih baik dan meraih cita-cita.

Sebuah ‘kolase’ kehidupan nyata masyarakat Kota Medan, dikemas apik oleh Dedi menjadi sebuah film yang penuh emosi namun tetap ringan. Sebagai salah satu wahana pembentuk karakter bangsa, sekolah adalah lokasi penting dimana para ‘Nation Builders’ Indonesia diharapkan dapat berjuang membawa negara bersaing di kancah global.

Hampir semua pembuatan film ini dikerjakan sendiri oleh Dedy. Menurut Dedy, penghargaan ini merupakan berkah dari keterbatasan yang dimiliki dirinya dan bersama rekan-rekannya. Tapi, keterbatasan itu tidak membuat mereka putus asa untuk memberikan karya dengan berkualitas di dunia perfilman Indonesia.

“Kami cuma enam orang. Kami akan terus berkarya di Sumatera Utara. Kami tidak akan berhenti di Tapanuli Utara sebagai tempat kami berkarya saat ini,” jelas Dedi kepada Sumut Pos, usai menerima penghargaan dari MURI

Menurutnya, misi dari film ini untuk mendukung pendidikan di Indonesia yang lebih dan maju lagi ke depan. Film “Selembar Itu Berarti” juga diharapkan menjadi wadah tontonan sebagai tuntutan masyarakat.

“Saya melihat sangat minim film pendidikan di Indonesia ini. Makanya saya buat film ini. Kita harus mendukung film-film pendidikan di Indonesia,” katanya.

Foto: Bagus/Sumut Pos
Dedi Arliansyah Siregar, sutradara film ‘Selembar Itu Berarti’, foto bersama para yang kru dan pemain film yang disutradarainya.

Dalam pembuatan film ini, Dedi mengaku tidak memiliki sponsor. Namun, mereka dibina Bupati Taput, Nikson Nababan. Meski dilakukan swadaya, Dedi sudah menciptakan sejumlah film dokumenter hasil karyanya.

Basis dari Wafer Band ini mengungkapkan, untuk penggarapan film mereka miliki keterbatasan alat untuk shoting. Tapi, tidak membuat Dedi dan kelima rekannya putus asa. Mereka tetap menciptakan karya baik, yang layak ditonton masyarakat.

“Dalam pembuatan film hanya bermodalkan satu camera saja. Namun, saya ingin menciptakan tontonan sebagai tuntutan. Bukan mencari pamoritas atau materi. Alhamdullilah kita juga dibantu oleh Om Anwar Fuadi, Rasilinna Rasyidin, dan Jay Wijayanto,” imbuhnya.

Dia juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap talent-talent terbaik di Sumatera Utara. Baik di Kota Medan maupun daerah lain, hanya tahu mencari keberuntungan di dunia hiburan di Jakarta. Namun, enggan berkreasi di kampung halaman sendiri secara nasional dan memajukan daerahnya melalui karya terbaik.

“Ketika mereka sekolah akting keluar negeri, mereka tahu mencari nafkah di Ibukota. Padahal, bisa juga dilakukan di Sumatera Utara ini. Saya menunjukan dengan talent-talent yang ada di Sumatera Utara, bisa berkarya dengan Film “Selembar Itu Berarti”,” lanjut Dedi.

Dia mengharapkan film “Selambar Itu Berarti” bisa ditayang secara nasional di Bioskop-bioskop di Indonesia. Walaupun, proses pembuatan film ini hanya dilakukan dua pekan saja. Namun, layak ditonton nantinya.

Sebelumnya, film ini telah ditayangkan perdana secara tester untuk kalangan pendidikan secara sederhana di dua daerah di Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Langkat, dan Kota Binjai, beberapa waktu lalu. Dan sangat mengejutkan, penayangan tersebut menghabiskan 80.000 tiket selama 3 hari penayangan.

Pelaku pendidikan di daerah tersebut sangat antusias. Itu terbukti, ribuan penonton terdiri dari pelajar, guru, kepala sekolah, Kepala UPT sampai Kepala Dinas Pendidikan meneteskan air mata terlarut dalam kisah Puteri dan Dias dalam film tersebut.

Untuk ke depannya, film ini juga akan ditayangkan secara serentak di bioskop–bioskop seluruh Indonesia. Film ini juga sangat berpotensi sebagai film pendidikan nasional, yang wajib ditonton oleh anak negeri yang ada di Indonesia sebagai landasan revolusi mental untuk generasi penerus bangsa. (*/adz/bersambung)

Exit mobile version