Site icon SumutPos

Melukis Alam Lewat Puisi, Pidato,dan Tarian

Makin canggih peradaban teknologi.
Makin banyak polusi
Kini pemasan global terjadi
Di seluruh bagian bumi ini
Manusia tak sadar perbuatan, yang merusak lingkungannya
Hewan dan tumbuhan juga merasa, lingkungan di rusak manusia
Panas menyengat kulit manusia, bencana terjadi dimana-mana
Semoga saja semua manusia tak akan lagi merusak lingkungannya.

Itulah sepenggalan puisi yang dibacakan Afifa Anis (12), kelas IV Sekolah Dasar (SD) 068005 Medan Tuntungan ini di atas panggung dalam memperingati Hari Bumi.

M Sahbainy Nasution, Medan.

HADIAH: Kepala Sekolah SD 068005 Jamahi Saragih memberikan hadiah lucky draw kepada para peserta lomba.//Sahbainy Nasution/sumut pos

Puisi yang dibacakan Afifa mampu memukau hati para undangan dan panitia. Afifa salah satu murid SD yang mengikut perlombaan dalam rangka hari Bumi yang digelar oleh SD 068005 Medan Tuntungan tersebut.

Memang, sekolah ini sangat tepat mengadakan acara untuk memperingati Hari Bumi yang jatuh pada Senin  (22/4). Tak banyak sekolah-sekolah di Kota Medan menyelenggarakan Hari Bumi ini, hari disibukan dengan UN.

Setelah Afifa turun dari panggung, ia sempat mengatakan kalau bumi sudah mengalami pemanasan global. “Karena kan udah global warming, maunya manusia menjaga dan merawat lingkungan lingkungan,” ujarnya.

Afifa mengatakan, sekolah sudah mengajari siswa tentang mencintai bumi. Hanya saja, murid sekolah belum sadar. “Untuk sekolah diajari kok bagaimana menjaga lingkungan dan mencintai bumi, tapi murid kurang sadar. Padahal guru dan kepala sekolah juga menganjurkan murid untuk tidak membuang sampah sembarangan,” katanya dengan polos.

Begitu juga perserta lain, Shakira Alaya (10) kelas V  SD Aridho, Medan Tuntungan. Katanya, dalam perlobaan ini ia ikut lomba menggambar. “Saya gambar bumi dan ada orang yang lagi menanam pohon. Nah orang itu yang menjaga kelestarian bumi,” ucapnya.

Ya Afifa dan Shakira adalah sekian murid dari 350 peserta  anak SD/TK yang berbagai daerah Medan Tuntungan yang mengikuti perlobaan hari bumi ini. Dalam gelaran itu, di salah satu kelas terpampang hasil kerajinan gambar anak murid tersebut. Ada yang menggambar gunung, sungai dan manusia yang merasakan panas.

Panitia acara sekaligus Kepala Sekolah  SD 068005, Medan Tuntungan, Jamahi Saragih mengatakan, acara ini dilakukan tepat untuk memperingati hari Bumi. “Selain kita memperingati hari bumi, di sekolah ini memang berbasis lingkungan,”u capnya.

Ia menjelaskan, untuk acara sendiri dibuat perlombaan  puisi, pidato, mewarnai, menggambar dan tarian kreasi tentang penyelamatan lingkungan. “Ada 350 peserta dari TK dan SD se-kecamatan Medan Tuntungan, bahkan dari Deliserdang seperti daerah Pancur Batu ikut andil acara ini,” tuturnya.
Untuk pemenang, kata Jamahi, mendapatkan tropy dan uang pembinaan sebagai motivasi diri siswa tersebut untuk menjaga lingkungannya masing-masing.  “Selain kita membuat perlobaaan, kita juga memberi edukasi kepada anak-anak agar tidak membuang sampah sembarangan dan memisahkan sampah organik dan non organik serta menanam pohon,” bilangnya.

Menyinggung sekolah yang meurpakan berbasis lingkungan, Jamahi menyatakan, sekolahnya adalah berbasis lingkungan dan memang ditujukan menjadi pemenang Adiwiyata. “Ada tingkatan untuk mendapatkan Adiwiyata yaitu kota, Provinsi dan Pusat yang menjadi Adiwiyata mandiri. Kalau sekolah ini menjadi juara 2 se-Kota Medan tinggkat SD yang masih jadi Adiwiyata,” tambahnya.

Menurutnya, untuk sekolah di Kota Medan, program sekolah Adiwiyata ini tidak banyak. Padahal, banyak sekolah-sekolah yang lebih bagus dan indah dari sekolah mereka. “Banyak sekolah yang bagus, tapi tidak berbasis lingkungan,” ucapnya.

Jamahi mengatakan, pada tahun 2010 kemarin, sekolahnya belum seindah sekarang ini, lebih mirip kandang hewan sehingga masyarakat enggan menyekolahkan anaknya di tempat mereka. “Sekarang sudah jauh berbeda kondisinya dengan adanya berbasis lingkungan. Kalau dulu murid kita hanya 80 orang, sekarang sudah 130-an siswa dan kondisi sekolah juga sudah lebih baik,” terangnya.

Sekolah yang berbasis lingkungan ini dibantu pihak swasta dan pemerintah. Di antaranya Dinas Pertamanan dan Kehutanan. “Sumut Pos pun pernah membantu 100-an pohon pada tahun 2010 kemarin untuk menperindah sekolah ini,” kata dia.

Jamahi mengharapkan, pada hari bumi ini untuk menyelamatkan lingkungan dan terkhusus bumi ini, sebaiknya di ajarkan sejak dini. Sebab, bila sejak dini diajarkan bisa diterapkan dalam kehidupan mereka nantinya. “Ke depannya, kompos-kompos di sekolah ini akan kita jadikan pupuk dan di polibagkan. Sedangkan an-organiknya bisa buat kerajinan tangan,” ucapnya. (*)

Exit mobile version