Site icon SumutPos

Guru di Medan Overkapasitas

MEDAN-Jumlah guru di Kota Medan sudah overkapasitas sehingga peme-rataan guru timpang. Hal ini berdasarkan data yang dirilis dari United States Agency for International Development Prioritizing Reform, Innovation, Opportunities for Reaching Indonesia’s Teacher, Administrator and Students (USAID PRIORITAS) melalui tiga sampel kabupaten/kota di Sumut seperti Medan, Labuhanbatu dan Nias Selatan (Nisel), perbandingan antara jumlah sekolah dan guru begitu timpang.

Guru

Menurut Rimbananto, pemateri dari USAID PRIORITAS mengatakan, untuk Medan sebanyak 420 sekolah tingkat SD dan SMP negeri terdapat 7.785 (95 persen) jumlah guru. Labuhanbatu 3.866 (93 persen) guru dari 323 sekolah, serta Nias Selatan sebanyak 2.806 (43 persen) guru dari 361 sekolah. “Ini menunjukkan bahwa SDM guru yang ada tidak sesuai daya tampung yang kita miliki,” ujarnya, Kamis (22/5), di Hotel Arya Duta Medan.

Begitu juga di semua mata pelajaran (mapel) pada SMP negeri di Medan, di mana terdapat kelebihan guru 663 orang atau 27 persen. “Jadi tak ada alasan merekrut guru mapel, apalagi menambah guru honor di sekolah,” paparnya.

Dia mencotohkan, di SMPN 41 Medan pada mata pelajaran Bahasa Inggris, di mana SMPN 41hanya membutuhkan 4-5 guru saja, namun diisi 9 guru yang semuanya PNS. “Akibatnya 787 guru mapel di SMPN dan 241 guru mapel di SDN tidak memenuhi jam mengajar. Karena mereka sudah lulus sertifikasi, maka terancam tidak akan mendapat tunjangan profesi. Bahkan tidak  imbangnya distribusi guru juga mengakibatkan masih ada sekolah yang tidak memenuhi SPM karena jumlah guru S-1 sangat terbatas,” sebut dia.

Dalam kesempatan itu USAID juga memaparkan perihal praktik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Di antaranya menyangkut pendekatan saintifik, penilaian autentik, penugasan yang mendorong siswa berfikir tingkat tinggi, serta literasi dalam pembelajaran. “Guna keberhasilan pembelajaran dalam rangka menyongsong implementasi kurikulum 2013, pemahaman terkait hal ini sangat perlu disampaikan, supaya pihak sekolah siap dalam melaksanakan kurikulum baru pada Juli mendatang,” kata Agus Prayitno, pemateri MBS didampingi Ajar Budi Kuncoro dan Anwar Holil.

Dikatakannya, tujuan utama MBS adalah peningkatan mutu pendidikan. Dengan adanya MBS ini, sekolah dan masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah dari atas. “Jadi mereka (sekolah) dapat mengembangkan suatu visi pendidikan yang sesuai dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi itu secara mandiri,” katanya.

Dalam pelaksanaan MBS itu, lanjutnya, alokasi dana kepada sekolah menjadi lebih besar dan sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan sekolah sendiri. “Artinya sekolah dan guru dapat bekerja lebih profesional dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak di sekolahnya. Sekolah juga dapat membuat perencanaan dan mengambil inisiatif sendiri untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan melibatkan masyarakat sekitarnya dalam proses tersebut,” paparnya.

Kegiatan yang diselenggarakan USAID ini akan berlangsung selama 2 hari, mulai Kamis (22/5) sampai Jumat (23/5). Mengusung tema Bagaimana  Meliput Praktik Pembelajaran Yang Bermutu dan Manajemen Pendidikan yang Baik. (mag-6/ila)

Exit mobile version