Site icon SumutPos

Sopir dan Kernet Truk Gula Tewas Terjepit

Foto: Raja/PM Truk pengangkut gula menabrak pohon di jalan tol Belmera, Selasa (23/6) sekira pukul 01.00 Wib. Sopr dan kernet truk tewas terjepit.
Foto: Raja/PM
Truk pengangkut gula menabrak pohon di jalan tol Belmera, Selasa (23/6) sekira pukul 01.00 Wib. Sopr dan kernet truk tewas terjepit.

LABUHAN, SUMUTPOS.CO – Sikap Anggiat Purba (33) mengherankan abangnya, J. Purba (37). Anggiat mengajaknya duduk bersama dan bercanda, juga meminjam bajunya. Dua hal itulah yang puluhan tahun tak pernah dilakukan Anggiat padanya.

Ternyata itu pertanda. Beberapa jam kemudian, tepatnya Selasa (23/6) sekira pukul 01.00, Anggiat tewas bersama kernetnya, Hamdan (23). Keduanya meregang nyawa setelah truk pengangkut gula BK 9626 CI yang mereka bawa, menghantam pohon di Tol Belmera jalur B km 9450, Medan Labuhan.

Truk baru saja keluar dari gudang di kawasan Martubung dan akan mengantarkan gula ke gudang di kawasan Tanjung Morawa. Agar cepat tiba di tujuan, Anggiat mengemudikan truk dan masuk tol Martubung. Nahas, di lokasi kejadian, diduga mengantuk, truk oleng ke kiri dan menghantam pohon. Anggiat dan Hamdan tewas di dalam truk dengan kondisi terjepit.

Kecelakaan itu akhirnya ditangani Sat Lantas Polsek Medan Labuhan. Usai olah TKP, jasad keduanya dibawa ke RS Pirngadi Medan. Sedangkan barang bukti dibawa ke Kayu Putih. Kanit Lantas Polsek Medan Labuhan, Iptu Sr Sihite mengaku sedang mengusut.

“Sekarang sedang kita lakukan penyelidikan motif dari kecelakaan tunggal tersebut. Apakah benar supir mengantuk, apa karena fisik mobil dump truk yang dikemudikan korban dalam kondisi rem blong ataupun stir tidak berfungsi. Sekarang sedang kita kita proses penyebab kecelakaan tunggal yang menewaskan supir dan kernek tersebut,” ucapnya.

Sementara, J. Purba (37), abang kandung Anggiat Purba, warga Griya 2 Martubung, mengatakan, “Saya dapat informasi dari tempat kerja yang dikabarkan kepolisian Belawan. Gimana kejadiannya kami gak tahu, tapi kata polisi di TKP itu yang bawa mobil Hamdan, sementara Hamdan itu kernet adik saya,” ungkapnya saat berada di depan Ruang Forensik RSU dr Pirngadi Medan.

Bapak beranak 3 ini mengatakan, terakhir bertemu dengan adiknya tersebut pada hari senin pagi di rumah dan di tempat kerja mereka. “Terakhir jumpa semalam di rumah pagi sama ditempat kerja,” ujarnya. Menurutnya, adiknya tersebut yang sehari-hari tidak kompak dengan abangnya, tiba-tiba mengajak abangnya untuk ngobrol berdua.

“Ada kejanggalan memang sama dia yang baru kusadari setelah dia meninggal. Dia yang biasanya sama saya gak pernah akrab, gak pernah cakap-cakap, gak pernah tertawa sama, tiba-tiba semalam itu di tempat kerja saya dipanggilnya. Sini dulu bang bicara kita, kata dia sama aku, tapi aku gak mau. Di rumah pun dia ketawa-ketawa aja bercanda padahal dia samaku gak pernah seperti itu,” jelasnya.

Selain itu, adiknya tersebut juga tidak pernah mau memakai pakaiannya, tetapi kemarin sebelum berangkat kerja, adiknya tersebut meminjam bajunya untuk dipakainya. “Sebelum pergi dia datang kerumah ganti baju. Baju saya dimintanya. Padahal seumur-umur, dia itu gak mau pakai bajuku, tapi semalam gak tau kenapa dia minta bajuku dari istriku untuk dipakenya. Kak minta dulu satu baju si abang, mau kupakai, kata dia sama istriku,” jelasnya kembali.

Menurutnya, jenazah adiknya tersebut akan dibawa ke kampung halaman di daerah Siantar dan akan dimakamkan di TPU di sekitar. “Mau dibawa ke kampung, mau dimakamkan di sana,” ujarnya. Akibat kejadian tersebut, Anggiat Purba mengalami luka robek di bagian kepala yang diduga akibat terjepit, sementara Hamdani mengalami luka robek di bagian kepala serta luka-luka robek kecil di wajah.

Terpisah, di kediaman Hamdan yang berada di Gg. 2 Selebes, Belawan, begitu kentara suasana duka. Apalagi, bungsu 7 bersaudara itu, jadi kesayangan abang dan kakaknya setelah orangtua mereka meninggal. Ini disampaikan Sarah (35), kakak kandung Hamdan.

“Abangku dapat kabar dari adik kami yang nomor 4, lalu abangku kasih tahu samaku lewat telepon,” ungkapnya saat berada di depan Ruang Forensik RS Pirngadi Medan. Perempuan yang tinggal di daerah Helvetia ini mengatakan, adiknya tersebut merupakan anak bungsu yang sangat mereka sayangi. “Kami 7 bersaudara, dia anak bungsu, kami sangat sayang sama dia,” ujarnya sambil menangis.

Perempuan beranak 3 ini mengatakan, adiknya tersebut tinggal di rumah Pakcik mereka yang berada di Belawan. “Sejak orangtua kami meninggal, dia tinggal sama Pakcik di Belawan, karena tinggal dia yang belum berumah tangga,” ungkapnya. “Tapi, 2 tahun belakangan ini dia jarang pulang ke rumah Pakcik, dia tinggal
di rumah kawan-kawannya,” jelasnya.

Sarah mengatakan, dirinya tidak memiliki firasat apapun terkait meninggalnya adiknya tersebut, namun hanya memiliki perasan tidak enak. “Gak ada firasat, cuma perasaan gak enak, gak tau gak enak kenapa, ternyata ini jawabannya,” ujarnya. “Mau dibawa ke rumah Pakcik yang di Jalan Gang 2 Selebes, dimakamkan
di pekuburan dekat situ,” jelasnya sambil meneteskan airmata.

Senada disampaikan Rahim dan istrinya, Sutini, pakcik Hamdan. “Selama ini anak kami itulah yang sering membantu kami, baik uang sekolah adik-adiknya maupun untuk makan sehari-hari. Sebelum kematian anak kami itu, dia tidak ada menunjukkan tanda, sayapun tidak ada firasat buruk,” ucap Rahim.

Rahim sendiri mengaku kalau Hamdan adalah anak ketiganya dari 5 bersaudara. “Namanya sudah musibah mau bagaimana lagi kita bilang, semua itu sudah kehendak Maha Kuasa. Walaupun sebentar lagi lebaran, harus dapat menerimanya dengan ikhlas. Yang jelas lebaran tahun ini dan seterusnya tanpa anak ketiga saya, namun begitu doa tetap akan saya panjatkan buat buah hati saya,” tambah Rahim saat membawa anaknya ke peristiharatanya terakhir di TPU di kawasan Belawan setelah sholat zuhur.(cr2/mag3/trg)

Exit mobile version