Site icon SumutPos

Menteri Perdagangan Belanja di Pasar Petisah

MEDAN-Rabu siang, (23/11) Menteri Perdagangan RI Gita Irawan Wirjawan hadir di Kota Medan. Sebagai menteri perdagangan, Gita pun melakukan kunjungan ke pasar tradisional yang ada di ibu kota Sumatera Utara ini.

Dalam kunjungannya itu, tentu, Gita didampingi oleh pejabat kota. Tampak Wali Kota Medan Rahudman Harahap dan jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemko Medan dalam rombongan.

Nah, di sela-sela pengecekan harga sembako, Gita menyempatkan diri untuk belanja. Pada momen inilah ada sebuah kejadian yang menarik. Wali kota dan SKPD sibuk mengeluarkan uang untuk membayari belanjaan sang menteri.
Awalnya, Gita membeli teri Medan sebanyak satu kilo dengan harga Rp80 ribu, dilanjutkan ke warung sebelah dengan membeli udang manis dengan harga per kilonya Rp40 ribu. Dengan berpindah-pindah ke warung lainnya, Gita juga membeli kentang merah Berastagi yang harga sekilonya Rp10 ribu, kemudian dilanjutkan ke warung sebelah dengan membeli kerupuk udang dengan harga Rp10 ribu per kilo. Dan, di warung terakhir Gita membeli bumbu masak (racikan Cina) yang harga sekilonya Rp45 ribu.

Saat ingin membayar bumbu masak inilah terlihat pejabat kota berebut untuk membayari belanjaan Gita. Mulai dari Kadis Perindag Syarizal Arief, Kadis Pertamanan Erwin, dan Wali Kota Medan Rahudman Harahap tidak ketinggalan merogoh kantung.

Tak pelak, Gita langsung menolak. Lalu, dia merogoh kantung celana sebelah kanan, namun yang ada uang pecahan Rp100 ribu sementara belanjaan hanya Rp45ribu. Langsung saja Kadis Pertamanan, Erwin, menyodorkan uang Rp50 ribu. Uang pun berpindah tangan.

Setelah itu Gita memberikan uang pecahan dari Erwin tadi ke pedagang. Dan, ketika uang kembalian diberikan pedagang, Gita menolak dengan halus. “Sudah tidak usah, saya ada uang,” kata Gita.
Pedagang melirik ke Erwin, mengingat dia melihat kalau Kadis Pertamanan itu yang memberikan uang tadi ke sang menteri. “Tidak papa pak, sekali saja,” tanggap Erwin.

Terlepas dari itu, Gita menganggap stok sembako di Medan cenderung aman menjelang Natal dan Tahun Baru. “Saya sudah bertanya ke pedagang yang berjualan di sini, saat ini harga komoditi memang relatif stabil dan tidak ada kekurangan pasokan menjelang natal dan tahun baru. Begitupun, kita harus tetap menyikapi sehingga stabilisasi harga tetap terjaga. Selain itu, kita juga harus menambah pasokan sesuai dengan kebutuhan,” katanya.
Untuk beras, Gita menyebutkan pihaknya telah melakukan diskusi dengan pihak luar negeri dan harus dilakukan impor beras untuk menjaga stok yang ada. Pasalnya, dari informasi yang diterima panen beras tidak seperti apa yang diharapkan. “Sehingga untuk jangka menengah, saat ini kita kemungkinan melakukan impor beras dengan tujuan menjaga stok beras yang sudah ada,” ungkapnya.

Sedangkan untuk kondisi pasar tradisional yang ada di Kota Medan menurutnya perlu dilakukan revitalisasi. Soal revitalisasi yang membutuhkan dana tidak sedikit, pengakuan Gita, telah ada diskusi dengan pihak DPR RI. “Kondisi pasar tradisional sekarang ini perlu dilakukan revitalisasi, dan ini sudah dibicarakan dengan angggota DPR RI untuk penambahan anggaran. Diharapakan 2011 dan 2012 bisa dikucurkan dengan Rp400 miliar,” jelasnya.
Selain itu, Gita Irawan menegaskan, untuk membatasi impor komiditi. Selain penguatan pasar domestik juga harus dilakukan peningkatan daya saing produk dalam negeri. “Kita harus memperkuat ekspor, saya setuju dengan impor selama ini asal tidak ada ketergantungan,”jelasnya.

Minyak Kita Dilauncing

Kemarin, pemerintah melalui kementerian perdagangan meluncurkan program konvensi minyak goreng curah menuju minyak goreng kemasan sederhana dengan merek Minyak Kita. “Salah satu program pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pangan adalah melakukan transformasi minyak goreng curah menuju minyak goreng kemasan,” ujar Gita, saat launching produk Minyak Kita.

Sementara Wali Kota Medan, Rahudman Harahap mengaku, transformasi ini harus dilakukan, karena dari segi harga Minyak Kita menyamai minyak goreng curah.
“Harga yang ditawarkan sama seperti minyak goreng curah, sekitar Rp9.500,” ujar Rahudman Harahap.
Dalam proses produksi pembuatan Minyak Kita, dikemas dengan kemasan plastik berbentuk bantal yang berpedoman pada Standar Nasional Indonesia (SNI). Minyak Kita sudah memperoleh sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dan izin edar dari Badan Pengawas Obat Makanan serta izin dari Kemenhum HAM. Produsen yang ikut menyumbang dalam pembuatan Minyak Kita, seperti Salim Pratama, Smart Tbk, Permata Hijau, Musim Mas dan lainnya. “Banyak produsen yang ikut terlibat dalam Minyak Kita, kurang lebih ada sekitar 20 produsen,” tambah Rahudman.
Untuk Medan, kebutuhan akan minyak goreng mencapai 240 kg per kapita per tahunnya, sedangkan untuk Sumut, kebutuhan minyak goreng mencapai 130.000 kg per kapita per tahunnya. (adl/ram)

Exit mobile version