Site icon SumutPos

Ormas Islam Incar Hotel Emerald Garden

Minta Masjid Raudhatul Islam Dibangun dan Akses tak Ditutup

MEDAN- Massa yang tergabung pada pembela Masjid Raudhatul Islam akan melakukan aksi di Hotel Emerald Garden, yang berada di Jalan Putri Hijau Medan, hari ini. Aksi ini dilakukan untuk mempertanyakan pembangunan Masjid Raudhatul Islam yang sampai sekarang belum ada kepastiannya.

SENGKETA: Suasana di Masjid Raudhatul Islam yang lahannya menjadi sengketa di Jalan Putri Hijau, Gang Peringatan, Medan, Kamis (24/1)

Hal ini disampaikan Humas Badan Kenajiran Masjid (BKM) Raudhatul Islam Sugandhi Siagian SH. “Besok (hari ini, Red) selesai Salat Jumat, kami yang tergabung ormas Islam dan aliansi lainnya akan melakukan aksi di Emerald. Paling sedikit 500 massa akan kepung (hotel) Emerald dengan tujuan meminta untuk pembangunan masjid,” ucapnyan saat ditemui di Masjid Raudhatul Islam Jalan Putri Hijau Gang Peringatan.

Massa pembela Masjid Raudhatul Islam yang akan melakukan aksi besar-berasan ini di antara lain Lembaga Muslim Indonesia (LMI) Sumut, Laskar Merah Putih Indonesia Sumut, Forum Umat Islam (FUI) Sumut, BKM Raudhatul Islam, Laskar Ababil, Partai Buruh Muslim Indonesia (PBMI), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan berbagai ormas Islam lainnya.

“Kami akan kepung Emerald, tujuan kami akan minta bangun masjid kembali yang dihancurkan. Kami juga minta tembok yang akan dibuat itu dibatalkan. Pasalnya, tembok itu akan menutup akses Raudhatul Islam. “Kalaulah meraka mau bangun, mana IMB-nya?” tanya Sughandi.

Untuk itu, untuk mempertahankan akses jalan  ke Masjid Raudhatul Islam seperti  Jalan Kelambir Lima, Jalan Putri/Gang maut, dan Jalan peringatan mereka akan berjuang. “Yang suda ditutup ada satu jalan. Misalnya jalan yang di samping kanan masjid ini, dulunya Madrasal Al Khairiyah. Madrasah itu dirubuhkan sejak 2003,” katanya.

Sughandi dan pembela Masjid Raudhatul Islam meminta pemilik PT Jatimasindo dan  perwakilan Pemko Medan agar hadir untuk melakukan musyawarah. “Kami harap ini cepat terselesaikan,” ucapnya.
Sebelumnya, masjid itu pada 11 April 2011 lalu telah dirobohkan pihak PT Jatisamindo. Warga melawan, masjid itu berstatus wakaf. Artinya, tidak bisa dirobohkan dan dipindahkan. Kasus ini telah dikasuskan dan hingga kemarin belum ada penyelesaian.

Pada 15 Juli 2012, warga pun membangun kembali masjid yang telah dirobohkan tersebut. Namun, pada 10 Januari 2013, pihak pengembang malah ingin memindahkan  dan membangun masjid itu ke jarak 100 meter dari posisi awal.
Rabu (23/1), perang batu sempat terjadi di areal masjid. Ditengarai hal itu terjadi karena ada upaya pembangunan tembok yang menutup aksws masjid. Dan, Ikatan Pemuda Karya (IPK) yang diduga menjadi ‘pengawal’ pembangunan bentrok dengan ormas Islam.

Terkait bentrok itu, sehari setelah kejadian, tak terlihat seorang pun pihak kepolisian  yang berjaga-jaga di masjid tersebut. “Ya, tidak ada yang jaga,” katanya Wakil Ketua Badan Kenaziran Masjid (BKM) Raudhatul Islam, Murwinto.
Murwinto menjelaskan, usai bentrok pihaknya telah berbincang dengan petinggi IPK. Ternyata, petinggi IPK tak tahu kalau anggota mengamankan proyek PT Jatisamindo. “Rupanya oknum saja. Hubungan kita dengan IPK sebenarnya masih baik,”ucapnya.

Sebelumnya, saat dikomfirmasi soal pengamanan dari kepolisian, Kepala Bagian Operasional (Kabag Ops) Polisi resort kota (Polresta) Medan, Sugeng Riadi mengatakan banyak personel disiagakan di lokasi. “10 orang dari Polsek Medan Barat,” katanya.

Sugeng pun begitu yakin kalau tidak ada bentrok sususaln. “Sampai saat ini belum ada informasi,”ucapnya.

Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan, Prof DR H Mohammad Hatta, MA menyayangkan perang batu antara pihak IPK dan Ormas Islam yang terjadi di kawasan Mesjid Raudhatul Islam, Rabu (23/1) lalu. Pasalnya, sikap arogansi dengan perang batu itu bukanlah membuka  jalan keluar suatu permasalahan.

“Saya yakin bila permasalah Masjid Raudhatul Islam itu dibicarakan baik. Pasti akan menghasilkan keputusan yang baik. Sehingga, sikap arogansi perang batu tidak terjadi,” bilang Hatta, kemarin.

Dilanjutkan guru besar Institut Agama Islam Sumatera Utara (IAIN-SU),  bahwa sebelumnya permasalahan letak keberadaan Masjid Raudhatul Islam itu sudah selesai dengan baik. “Hasil yang saat itu saya dengar dari keputusan tersebut, Masjid Raudhatul Islam akan dipindahkan ke beberapa meter saja. Memang sih mesjid tersebut dirubuhkan. Tapi, dibangun kembali oleh pihak yang merubuhkan itu,” ucapnya.

Dikatakannya, apa yang telah disepakati bersama saat itu, haruslah  kita terima keputusannya dengan baik. Untuk itu, Hatta berharap kedepannya kepada para pihak pengusaha atau pengembangan yang hendak membangun perumahan agar selalu menghargai tempat ibadah yang telah berdiri dengan baik selama bertahun-tahun.

“Bila pembangunan  perumahan selalu saling menghargai adanya tempat ibadah yang telah berdiri lama. Jangan pula, kalau mau bangun perumahan. Lalu tempat ibadah jadi sasaran untuk digusur,”cetusnya. (mag-19/omi)

Exit mobile version